Imagine With Us 2017 Chapter 12 : Little Secret (ft. Xi Luhan) [1/4]

Posted by Lee Yena, Released on

Option

Imagine With Us

Little Secret (ft. Xi Luhan — Part 1)

[ Romance, Adult, Kekerasan, Fourshoot ]


Menikmati es krim disaat cuaca yang begitu terik menjadi kenikmatan tersendiri bagi para penikmatnya. Termasuk bocah perempuan yang kini genap berusia 10 tahun tengah berjalan dengan riang, sembari fokus menikmati es krim rasa vanila yang berada di genggaman tangan kanannya. Sementara tangan kirinya terus memegang teguh tangan sang ibu, Nyonya Kim Yoora.


Semilir angin meniup pelan helaian rambut poni kecoklatan anak berwajah bulat itu. Membuat siapapun gemas akan keimutannya, "Pelan-pelan makannya Eun Ji." kekeh sang ibu yang kini tengah menatap gemas putri kesayangannya. Sedangkan sang anak hanya tertawa renyah sembari mengelap lelehan es krim yang mengotori sudut bibir mungilnya. Benar-benar menggemaskan, pikir Nyonya Kim.


Langkah ibu dan anak itu terus berlanjut paling tidak sampai mereka berhenti tepat di depan seorang pria, "Eh? Luhan!?" pekik Nyonya Kim tak percaya saat melihat pria berparas tampan plus imut berdiri tepat di depannya.


Pria itu—Xi Luhan—juga mengeluarkan ekspresi yang sama terkejutnya dengan wanita itu, "Noona?"


"Waah ... sudah lama sekali ya kita tak bertemu. Aigoo! Kau semakin tampan saja." Nyonya Kim tersenyum menggoda sembari menepuk pelan lengan Luhan yang tak lain adalah adik sepupunya yang berasal dari negeri Tirai Bambu itu.


Sudah lama ia tak bertemu dengan Luhan. Jadi wajar saja ia terkejut dengan perubahan yang ada ditubuh adik sepupunya itu. Bertubuh lebih tegap dengan tubuh yang tampak atletis dibalik baju kaos putih lengan pendek yang ia pakai. Diumurnya yang genap 24 tahun, Luhan benar-benar tampak mempesona.


"Ah, Noona terlalu berlebihan." Luhan tersenyum simpul, "Noona sendiri bagaimana?"


Nyonya Kim mengangkat bahunya singkat, "Ya, seperti yang kau lihat."


"Kabar Jongdae Hyung?"


"Ouh! Kau jangan khawatirkan dia." Nyonya Kim terkekeh saat mengingat kelakuan suaminya, "Dia sangat sehat."


Luhan mengangguk singkat mendengar jawaban kakaknya yang tergolong 'sangat amat baik' ini. Tapi ada satu hal yang membuat dirinya merasa aneh. Sosok kecil nan imut yang tengah bersembunyi dibalik tubuh kakak sepupunya. Menatapnya dengan tatapan yang seakan mengatakan siapa-pria-aneh-yang-tengah-berbicara-dengan-ibunya-ini?


"Ah, sayang. Ayo sapa Luhan Ahjussi!" Nyonya Kim menarik pelan tangan mungil Eun Ji, "Harap maklum ya, Luhan. Gadis kecil ini sangat pemalu."


Luhan tersenyum pasrah saat mendapati tatapan aneh dari Eun Ji. Baru pertama kalinya ia ditatap seperti ini. Biasanya para yeoja yang melihatnya akan tersenyum menggoda dan berusaha menarik perhatiannya, seperti mengajaknya kencan ataupun melakukan hal lain diluar sana. Bahkan mengajaknya bercin ... Akh, sudahlah.


'Apa yang salah denganku?' ringisnya dalam hati, "Ya, tak apa. Namanya juga anak-anak." balas Luhan sekenanya. Lalu ia tersenyum pada Eun Ji, memberi kesan hangat pada pertemuan keduanya dengan Eun Ji.


Luhan masih ingat, saat Eun Ji berusia 3 tahun. Kakak sepupunya menitipkan Eun Ji karena ia harus pergi ke supermarket bersama suaminya, Kim Jongdae. Baru saja ditinggal dan kebetulan mereka sedang berada ditaman kota. Eun Ji tiba-tiba menangis meraung-raung dan meneriakinya dengan sebutan penculik—dan sialnya—membuat dirinya berurusan dengan polisi yang kebetulan tengah berpatroli disana.


"Kau pasti sudah lupa denganku?" Eun Ji mengangguk pelan. Luhan menghela nafas, betul dugaannya, "Baiklah. Perkenalkan, namaku Xi Luhan." sapa Luhan.


Eun Ji masih terdiam sembari memainkan rok pink yang ia kenakan. Sembari mencuri-curi pandang pada pria dewasa didepannya. Sembarut merah muncul dikedua pipinya. Harus Eun Ji akui, ia sangat gugup. Karena baru pertama kali ini ada pria setampan Luhan—selain ayahnya tentu saja—tersenyum seperti itu padanya.


Senyuman yang memberikan rasa hangat dan nyaman. Membuat ketakutannya pada orang asing seakan sirna begitu saja, "Eum ... Na-namaku Kim Eun Ji." balasnya terbata-bata, "Sa-salam kenal, Ahjussi."


"Salam kenal, Eun Ji." balas Luhan seraya mengacak-acak rambut gadis yang tingginya belum melebihi perutnya itu.


"Aku harap kita bisa menjadi teman baik, Eun Ji." dan tak lama Eun Ji mengangkat wajahnya, ia tersenyum. Membuat Luhan terpukau akan kepolosan yang terpancar dari kedua bola mata gadis kecil itu.


"Luhan, bagaimana selama disini kau tinggal bersama kami?"


"Ah, tak apa, Noona. Aku akan menyewa penginapan saja."


"Ist, kau ini! Cobalah untuk menuruti permintaan Noona mu ini. Kan bisa hemat ongkos." gerutu Nyonya Kim.


Luhan menghela nafas berat, ia memilih menyerah dan menuruti permintaan Nyonya Kim untuk menginap dirumahnya. Awal perkenalan yang manis bukan? Tapi, sayangnya. Hal itulah yang menyebabkan hidup Luhan seakan terperangkap di dalam jurang. Ya, jurang yang sangat dalam.


🍂🍂🍂


Entah sudah beberapa kali Luhan membolak-balikkan posisi tidurnya, berusaha mencari posisi yang pas untuk sekedar menutup pelupuk matanya. Tapi, tetap saja kedua matanya masih terjaga.


Jedaaar! Jedaaar!


Zaaaasss!


Padahal cuaca malam ini sangat mendukung dirinya untuk terlelap. Hujan deras yang disertai dengan petir yang menggelegar. Yang pasti akan membuat siapapun lebih memilih terlelap diatas kasur. Apa karena ia tadi meminum kopi? Luhan merengut kesal.


"Sialan."


Tok! Tok! Tok!


"Hm?" Luhan terperanjat dari posisi tidurnya saat mendengar suara ketukan pintu. Apa itu Noona nya? Luhan memilih diam dan kembali terbaring diatas kasur. Mungkin saja Nyonya Kim akan menanyakan kasurnya sudah hangat atau hal lainnya atau bisa saja itu ketukan si keparat—Chen—yang akan mengajaknya bermain PS di ruang tengah.


Tok! Tok! Tok!


"Ahjussi." Luhan sontak terbangun. Tidak, ini bukan salah satu dari mereka. Melainkan ini adalah suara cempreng milik gadis kecil yang menyandang status sebagai keponakannya itu.


Kriiiet!


"Eun Ji? Eun Ji ada perlu apa kemari?" tanya Luhan sembari mengelus puncak kepala Eun Ji. Lalu ia berlutut, mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Eun Ji.


"Eun Ji, uhm ..." Eun Ji menunduk sembari memainkan kedua jarinya, "Tapi, Ahjussi jangan marah ya sama Eun Ji."


Luhan tertawa, "Aigoo, siapa yang tega memarahi gadis kecil ini?" ia mencubit pipi Eun Ji gemas, "Ne, Ahjussi berjanji tidak akan marah. Memangnya Eun Ji mau minta apa?"


Eun Ji mengangkat kepalanya, "Eun Ji takut petir." Eun Ji menjeda kalimatnya, "Kamar Eomma dan Appa juga terkunci. Eun Ji ketok berkali-kali tapi kamarnya tidak mau terbuka. Jadi-" Luhan masih diam, berusaha menebak apa yang akan dikatakan gadis kecil ini padanya, "Jadi, Eun Ji boleh tidur disini ya?"


🍂🍂🍂


Jedaaaar!


"Aakh!" Eun Ji meringis ketakutan saat mendengar suara petir yang semakin menggelegar. Membuat gadis kecil meringsut didalam selimut, dia ketakutan.


"Eun Ji." Luhan yang baru saja mencoba untuk tidur dibuat terkejut dengan teriakan gadis kecil itu, "Ada apa?" Luhan mulai membuka suaranya. Perlahan ia mengelus puncak kepala Eun Ji yang tertutup selimut.


"Hiks! Ahjussi ..." Eun Ji terisak, "A-aku takut." tak tega, Luhan segera menarik Eun Ji ke dalam pelukannya. Menenggelamkan gadis kecil itu dalam kehangatan yang tercipta akibat pelukan mereka.


"Ssssttt ... Sudahlah, ada Ahjussi disini." bisiknya, berusaha menenangkan Eun Ji.


"Hiks! Huaa! Ahjussi ..." lirih Eun Ji sembari menenggelamkan tubuh mungilnya didalam dekapan Luhan. Deru nafasnya yang sesak perlahan mulai kembali normal. Ekspresi ketakutan yang tadi tercetak jelas di wajah bulatnya perlahan menghilang. Eun Ji sudah tertidur.


Luhan terus mengusap punggung gadis kecil itu. Sesekali mengecup puncak kepalanya. Entah mengapa hatinya begitu bahagia saat merasakan Eun Ji yang semakin mengeratkan cengkramannya pada bajunya, seakan tak mau melepaskan dirinya barang sedetikpun. Kedua mata pria itu tak henti-hentinya mengamati lekuk wajah gadis itu. Dari rambutnya, matanya, hidungnya hingga bibir mungil berwarna pink cherry. Hanya satu kata yang pas menggambarkan itu semua. Cantik. Gadis kecil ini sangat cantik.


"Kenapa kau begitu menggemaskan, hm?" bisik Luhan, telapak tangannya yang tadi mengelus punggung Eun Ji beralih ke arah wajah gadis itu. Mengelus pipi pualam miliknya. Luhan berdecak kagum, bahkan permukaan pipinya sangat halus dan lembut.


"Ngghhh, Ahjussi ..." lenguh Eun Ji seraya mengerjabkan kedua matanya, menatap lemah wajah Luhan yang tampak salah tingkah. Ayolah, ia baru saja mengagumi kecantikan seorang gadis kecil berusia jauh dibawah dirinya. Pikirannya berkecamuk, takut jika tindakannya tadi membuat gadis kecil itu takut padanya, "Ahjussi, jangan tinggalkan aku ya?" Luhan bernafas lega, Eun Ji tak mengindahkan perlakuannya tadi.


"Ne, Ahjussi tak akan pergi kemana-mana." balas Luhan mantap. Eun Ji hanya membalas ucapan Luhan dengan anggukan sebelum ia kembali ke alam bawah sadarnya.


Luhan akui, ia memiliki kelainan seks yang cukup mengganggu hidupnya selama ini. Ia menderita DDLG, kelainan seks dimana ia mengambil peran sebagai Daddy bagi Little Girl nya. Ditambah tabiatnya yang sangat menyukai rough sex, membuat ia begitu ganas saat menuntaskan hawa nafsunya. Tak ada satupun yang tahu penyimpangannya ini kecuali teman-teman satu 'penyakit' dengannya.


Tapi, sungguh! Ia tak pernah mengincar gadis dibawah umur seperti Eun Ji. Semua wanita yang pernah menjadi pemuas ranjangnya pasti sudah berstatus sebagai pelajar SMA atau paling tidak anak kuliahan. Apa ia harus mendaftar ke psikiater? Tidak-tidak, ia tak suka itu.


'Tuhan.' Luhan menghembuskan nafas berat lalu mengeratkan pelukannya, 'Ada apa denganku?'


TO BE CONTINUES


Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset