Pure Love 2017 Chapter 5

Posted by Lee Yena, Released on

Option

Chapter 5

My feelings about you. It's never change.


Hyun Ji p.o.v


Aku sekarang berada di apartemen tempat Chen Oppa menginap. Bisa dibilang apartemen Oppaku lumayan mewah, dengan tinggi 28 lantai, kolam renang sebesar lapangan bola, taman, beberapa supermarket serta kafe ternama. Membuat biaya sewanya merogoh kocek yang cukup besar. Untung saja Oppaku kaya kalau tidak. Yah bisa dibayangkan sendiri bagaimana. Eh, tunggu dulu ...


Plak!


Kutepuk jidatku pelan, "Aigoo! Aku lupa, dimana kamarnya!?" kataku kesal. Aku segera membuka ponselku untuk mengirimkan pesan ke Oppa.


Hyun Ji

Oppa! Dimana kamarmu? Awas kalau lama balas!


30 detik kemudian.


Tik tok!


Keningku seketika mengkerut. Cepat sekali dia membalasnya?

Oppa bebek

Apartemen oppa dilantai 15 no. 15-A7. Jangan lama-lama yah Oppa lapar! Peluk cium dari Oppa 😘


Aku menutup ponselku dan menaruhnya di saku celanaku, "Kalau sudah urusan makan oppa pasti cepat balas. Coba yang lain!? Haah ..." kataku kesal. Mataku mencari dimana letak lift terdekat. Oh, itu dia. Kakiku segera melangkah menuju lift yang ada didepan resepsionis, "Lantai 15, nomor kamar 15-A7." gumamku pelan sambil menunggu lift terbuka.


Ting!!


Aku masuk ke dalam lift dan menekan tombol lift menuju lantai 15. Setelah 3 menit berdiri, akhirnya pintu lift terbuka.


Ting!!


"Waah, capeknya." gerutuku pelan ketika berjalan keluar dari lift sambil merenggangkan lengan kiriku. Sementara tangan kananku masih sibuk membawa kantong plastik berisi makanan yang tadi ku pesan. Baru saja beberapa langkahku keluar dari lift.


"Faster! Fasteeer! Oppa yess ... Aaakh!"


Mataku membulat saat mendengar suara desahan dari salah satu kamar apartemen yang berapa di sebelah kananku. Kedengarannya seperti suara desahan wanita. 


"Aakh ... Aakh ... Oppa aakh!"


Suara itu semakin menjadi-jadi. Aku segera melangkahkan kaki menjauh dari tempat itu. Untung saja itu bukan berasal dari kamar Oppaku, "Oh My God! Apa ini!? Baru saja aku sampai di sini sudah disuguhi suara-suara seperti itu!? Nanti apa? Ada orang bunuh diri!" gerutuku pelan. Pipiku mulai bersemu merah dan pikiranku melayang entah kemana. 


Plak! Plak!


Aku menepuk kedua pipiku pelan, "Sadar Hyun Ji sadar! Jangan pikirkan itu jangan pikirkan itu!" gumamku seakan berusaha memantrai diriku sendiri, berusaha menjernihkan otakku dari halusinasi yang tadi terselip ke dalam pikiranku.


"Seharusnya pengelola disini membuat setiap kamar kedap suara. Kan malu kalau didengar oleh yang lain! Cih, sudahlah masa bodoh." lanjutku kesal. Aku segera berjalan menyusuri lorong apartemen. Mataku terus perhatikan setiap nomor yang terpampang di depan kamar.


"15-A5 ... 15-A6 ... Nah itu dia!" aku mempercepat langkahku. Sekarang aku tepat di depan kamar Oppa.


"Oppa!"


Tok! Tok! Tok!


Kulihat disisi kanan pintu ada bel. Kutekan bel itu berkali-kali.


Ting tong! Ting tong! Ting tong!


"Oppa! Ini aku Hyun Ji!" teriakku dari luar pintu, "Issh! kemana dia?"


Ceklek!


"Aaah, Hyun Ji-ya! Adik Oppa sudah datang rupanya!" sambutnya dengan penuh kegembiraan. Aku hanya menatapnya malas, "Sini Oppa bantu angkat!" dengan cepat tangan Chen meraih kantong plastik yang kubawa.


Aku dengan suka rela memberikannya pada Oppa. Tanpa ada rasa bersalah, Chen melangkah masuk ke dalam kamarnya, tangan kirinya mulai merapatkan pintu, "Yak! Oppa! Kau tidak menyuruhku masuk!? Kalau gitu sini makanannya!" teriakku kesal. Oppa Chen berbalik dan tertawa terbahak-bahak.


"Hahaha! Hanya bercanda Hyun Ji. Ayo silahkan masuk tuan putri." balas Chen sambil merentangkan tangan kirinya seakan mempersilahkan aku untuk masuk.


"Huuuum." sahutku. Aku melangkah masuk kedalam. Chen mengalihkan badannya, memberi jalan bagiku untuk masuk. Mataku terpukau, semua tertata dengan sempurna. Dekorasi ruang tamu, dinding apartemen dan semuanya begitu minimalis dan terkesan mewah. Memanjakan mata yang melihatnya, "Apartemenmu bagus, Oppa." pujiku.


"Ya, tentu saja! Siapa dong yang milih, Oppa!" balasnya. Chen segera menaruh kantong makanan diatas meja, mengeluarkan satu per satu bungkus makanan itu. Kulihat sekilas dia tersenyum, entah tersenyum karena dibelikan makanan olehku atau karena tak sabar ingin menghabiskannya.


"Oppa, dapur dimana?" tanyaku.


"Itu di sebelah sana." balas Chen sambil menunjuk pintu yang berada di depannya.


Aku kemudian berjalan ke arah dapur. Kubuka pintu dapur perlahan, "Bersih sekali! Perasaan ... kamarnya dulu seperti kebun binatang." aku tersenyum tipis. Aku ingat sekali bagaimana keadaan kamar Oppaku dulu sangat jauh dari kata rapi, "Apakah karena Victoria yah? Waah, tampaknya nanti aku harus membawakan oleh-oleh buat dia nanti." gumamku pelan.


Tak bisa ku pungkiri, sejak Chen Oppa mulai menjalin hubungan dengan Victoria. Sikap dan perilakunya berubah menjadi lebih baik, terutama dalam hal kebersihan. Yah, walaupun sifat jail dan kekanak-kanakannya masih saja membuatku jengkel. Kututup rapat pintu dapur dan berjalan kearah kulkas yang letaknya hanya sekitar 8 langkah di depanku.


Claak!


Aku mengambil botol air putih yang tersedia disudut kulkas. Banyak sekali minuman, bir, dan snack yang mengisi tiap sudut ruangan didalam kulkas. Aku hanya menggeleng kepala, "Oppa masih minum-minum ya." gumamku pelan.


Aku paling tidak suka dengan yang namanya Alkohol. Setiap kali aku memaksakan diri meminumnya pasti tak selang beberapa menit, kepalaku terasa begitu berat dan pandangan ku langsung kabur. Aku juga pernah dibawa ke klinik gara-gara pingsan sehabis pesta di rumah sahabatku, Krystal. Si penggila Alkohol.


"Oi! Hyung! Baru aku tinggalkan sebentar, Kenapa kau makan dulu!"


"Yak! Aku sudah kelaparan Jongin!"


Deg!!


Seketika tubuhku membeku. Jantungku berdetak kencang, aku hanya bisa mengeratkan peganganku pada pintu kulkas. Aku tidak yakin dengan apa yang ku dengar tadi. Oppa menyebut nama pria yang sangat kukenal. Orang yang sangatku rindukan.


"Jongin." bibirku bergetar. Bayangan akan masa lalu kembali menghantuiku. Saat aku terakhir kali bertemu dengannya. Sebelum mereka pindah ke Jepang 1 tahun yang lalu, "Tidak, itu tidak mungkin dia!" kilahku. Ku taruh botol air yang tadi kuminum ke dalam kulkas dan menutup pintu kulkas kasar.


Baam!


Aku segera berlari ke arah pintu dan membukanya perlahan-lahan. Memastikan apakah orang yang dipanggil Oppaku adalah dia, Kim Jongin.


End Hyun Ji p.o.v


•••


Ceklek!


Hyun Ji membuka pintu dapur perlahan-lahan, matanya memperhatikan dengan seksama. Siapa orang yang sekarang tengah bertengkar dengan Oppanya.


"Hyung! Sini itu ayamku!" gerutu Kai kesal. Tangannya terus berusaha meraih paha ayam goreng yang sekarang dipegang oleh Chen.


"Dasar kau! Aku juga mau kali! Perutku ini sudah keroncongan!" balas Chen tak mau kalah. Mereka masih sibuk bertengkar memperebutkan potongan ayam goreng yang masih berada di tangan Chen. Mata Hyun Ji membulat. Dia tak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang. Di depannya. Tepat di depannya. Ada dia. Hyun Ji berjalan pelan sambil menutup pelan pintu dapur.


Ceklek!


Pertengkaran mereka seketika terhenti. Kai terkejut dan segera menoleh kearah suara pintu tadi. Menoleh kearah wanita yang sekarang tengah berjalan ke arah mereka berdua.


Kai mengerutkan alisnya, berusaha untuk mengenali siapa wanita yang berada dihadapannya. Sementara, Chen hanya terdiam dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan, "Kau, Hyun Ji?"


Hati Hyun Ji bergejolak. Jantungnya berdetak kencang tak karuan hanya karena mendengar suara berat pria itu. Pria yang sangat ia rindukan. Jujur, Hyun Ji sangat bahagia bisa melihatnya kembali. Melihat pria yang dulu sangat dicintainya. Dicintainya dalam diam. Tetapi, sekarang lubang di hatinya kembali terbuka. Usahanya untuk melupakan pria yang kini telah berstatus suami dari sahabatnya gagal begitu saja.


Hyun Ji menghentikan langkahnya dan memasang senyuman terbaiknya. Berusaha untuk menutupi gejolak kesedihan yang tengah berkecamuk di dalam hatinya, "Hai." sapa Hyun Ji lembut, "Lama ya tidak bertemu. Kai Oppa ..."


TO BE CONTINUES

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset