Chapter 15
My feelings for you. It's never change.
Gedung Pengadilan, Seoul
Pukul 10.00
Setiap langkahnya kini terasa ringan, ia menarik oksigen sebanyak mungkin ke dalam paru-parunya. Seakan-akan ia tak pernah merasa sehidup ini. Pengadilan telah mengabulkan permintaannya. Dia, Kim Jongin telah menyandang status duda dan hak asuh Jae Oh juga jatuh di tangannya. Ia tak perlu lagi memikirkan nasib Krystal. Kejam memang, tetapi ia masih punya hati nurani. Kai tetap memberikan kesempatan untuk Krystal mengunjungi buah hatinya. Tak lebih dari itu.
"Kai Oppa." Kai menoleh dan mendapati Krystal berdiri di belakangnya.
"Ne?"
Krystal menyodorkan tangannya, "Salam perpisahan. Maukan?" pinta Krystal. Kai meraih tangan Krystal, membalas salamnya. Kini ia dan Krystal telah selesai. Selesai dalam arti sebenarnya, "Aku harap hubungan kita tak berubah." lirih Krystal seakan mencari secercah harapan di hadapannya.
"Hm, tapi sayangnya. Semua telah berubah." Kai tersenyum miring, "Aku harap kau mengerti." Betul, semua telah berubah. Dulu mereka bergandengan, tertawa bersama, saling menguatkan, menghilangkan beban satu sama lain. Tapi sekarang mereka bertemu layaknya orang asing. Begitu kaku dan dingin.
"Ne, aku mengerti." jawab Krystal. Kai melepaskan jabatan tangan nya, meninggalkan Krystal yang masih mematung ditempatnya berdiri. Krystal hanya memandang lemah punggung mantan suaminya, "Bye, Oppa."
•••
Empat hari kemudian ...
Namsan Tower
Pukul 19.00
Namsan Tower, tempat dimana para pelancong dunia dapat menyaksikan keindahan ibukota Seoul. Dengan cahaya perkotaan yang terang benderang bagaikan taburan bintang disertai keindahan sungai Han. Membuat siapapun pasti tertarik untuk mengunjunginya.
"Bagaimana penampilanku?" ujar Chen sambil merapikan kerah jas hitamnya. Berkali-kali ia bertanya hal yang sama pada pria yang tengah duduk didepannya, "Bagus tidak?"
Kai menatap Chen jengah, "Bagus." dia menghela nafas sembari memainkan rambut Jae Oh gemas, "Apa kau sudah menyiapkan cincinnya?"
Chen segera mengecek kantong bajunya dan mendapati cincin bermata berlian itu masih ada disana. Chen mengangguk, "Ya, sudah. Aku rasa sudah semuanya." jawabnya mantap.
Sementara dilain tempat, Hyun Ji tengah mengurus calon kakak iparnya. Memaksa Victoria berjalan kearah yang ia inginkan sambil menutup matanya dengan selembar kain hitam, "Awas ya. Jangan ngintip!" teriak Hyun Ji seraya mendorong punggung Victoria dengan kedua tangannya.
Victoria mendecih pelan, "Ini ada apa sih?"
Hyun Ji hanya cekikikan. Senyum jahil terpatri diwajahnya, "Liat saja nanti. Eonni pasti akan terkejut." godanya.
Mendengar perkataan Hyun Ji yang ambigu. Victoria mengerutkan alisnya bingung. Ayolah, siapa yang tak bingung jika tiba-tiba ada seseorang datang kerumahmu dan menyuruhmu memakai gaun putih yang dibawanya lalu menyuruhmu berjalan dengan kedua mata ditutup oleh kain hitam?
Kalau memang hari ini adalah hari ulang tahunnya, mungkin ia bisa menerima. Tapi masalahnya, hari jadinya masih jauh. Satu bulan lagi. Jadi mustahil kalau mereka mau merayakannya.
"Nah, sudah sampai." Hyun Ji menghentikan langkah Victoria dan perlahan membuka ikatan di kedua matanya. Victoria mengedipkan matanya berkali-kali dan mengedarkan pandangannya. Matanya membulat saat menatap hiasan bunga mawar putih dan karpet merah yang berada dibawahnya. Dilengkapi juga dengan lilin-lilin hias yang diletakkan sepanjang karpet. Begitu elegan dan romantis.
Siapa yang menyiapkan semua ini? Perlahan Victoria mengangkat kepalanya. Bertatap muka dengan pria yang sedari tadi melemparkan senyuman padanya, "Ch-Chen?" gagapnya.
Chen mulai melangkah, mendekati Victoria yang masih termangu di depannya. Tampak tangan kanannya menggenggam seikat mawar merah yang begitu menawan, "Terimalah." ucap Chen sambil memberikan bunganya pada Victoria.
Wanita di depannya tampak gugup. Ia segera mengambil pemberian Chen tadi dan tersenyum, "Terima kasih, Chen." tampak raut wajahnya kembali bingung, "Ta-tapi sebenarnya ada apa? Kok sampai kamu kasih hiasan bunga segala?"
Mendapat pertanyaan dari pacarnya Chen terkekeh pelan, "Masa kamu enggak ngeh sih?" Tak lama Chen berlutut dan menggenggam erat tangan mungil Victoria, "Nona Song Qian." ia segera mengeluarkan cincin yang ia kantongi di kantung jasnya, "Will you marry me?"
"Wha-" Victoria tampak tak percaya dengan apa yang ia dengar sekarang. Chen telah melamarnya, "Kau serius?"
Chen mengangguk, "Aku serius Nona Song Qian." godanya, "Apa kau melihat aku sedang bercanda?"
Victoria tak kuasa menahan senyum bahagianya. Pria yang selama ini dia tunggu-tunggu akhirnya bersimpuh. Memohon dirinya untuk bersedia menjadi pendamping hidupnya, "Ye-yes Chen, I will." teriaknya kegirangan.
Pernyataan Victoria disambut bahagia oleh orang-orang yang tak sengaja melintas disana. Riuh tepuk tangan dan ucapan selamat dilayangkan kepada mereka berdua. Termasuk dari orang-orang terdekat mereka. Mata Victoria berkaca-kaca saat cincin putih bermata berlian itu melingkar sempurna di jari manisnya. Cincin sederhana namun tampak begitu menawan dimata gadis itu.
Chen bangkit dari posisi berlututnya dan menghadiahinya Victoria dengan pelukan erat. Benar-benar erat sampai-sampai Victoria mengeluh sesak nafas, "Ch-Chen!" panggilnya.
Sontak Chen tersadar dan segera melepaskan pelukannya tadi, "Hehehe, mianhae. Aku terlalu bahagia." katanya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Hyun Ji menahan gelak tawanya saat menyaksikan kekonyolan kakaknya. Sekaligus bahagia disaat yang bersamaan. Ia senang karena kakaknya, Chen telah mendapatkan pendamping yang pas.
"Mereka cocok ya, Kai Oppa." Hyun Ji mencoba membuat topik pembicaraan kepada pria beranak satu yang berdiri tepat disampingnya.
"Ya, sangat." jawab Kai sambil menolehkan wajahnya ke arah Hyun Ji.
"Aku jadi iri dengan mereka." canda Hyun Ji lalu tersenyum miris. Hyun Ji kembali menatap lurus kearah mereka. Ia berangan-angan, andaikan saja ia bisa merasakan apa yang Victoria rasakan. Seperti di drama yang selama ini ia tonton, mendapatkan cinta dari pria yang selama ini kau puja-puja.
"Kau tak perlu iri dengan mereka." kata-kata Kai sukses membuat Hyun Ji terperanjat. Ia sontak memalingkan wajahnya, menatap langsung kearah Kai.
"A-apa?"
Kai menghela nafas, "Setiap orang memiliki kisahnya masing-masing. Dan yang ku tahu, tak semua kisah cinta berakhir bahagia." tak lama ia tersenyum, "Tapi paling tidak, kita bisa memperjuangkan apa yang kita rasakan bukan?"
Hyun Ji terdiam sesaat. Ia menatap lekat pria berkulit tan itu. Tepat di hazel coklatnya yang menawan, "Hahaha, benar juga." balasnya. Hyun Ji menundukkan pandangannya. Menatap kearah sepatu high heels yang ia gunakan. Menyembunyikan raut wajahnya yang seakan menyimpan ribuan pertanyaan pada pria di sebelahnya.
Memperjuangkan apa yang kita rasakan? Memperjuangkan perasaannya? Perasaan yang selama ini terkurung jauh di dalam hatinya? Apakah ia bisa? Heh, menyatakan padanya saja ia tak bisa. Tapi tak ada salahnya kan berjuang?
'Bodoh! Kau selalu mengharapkan yang tak pasti.' Hyun Ji menggigit bibirnya pelan. Saat merasakan ada sesuatu yang berperang didalam dirinya. Sesuatu yang menyuruhnya untuk berhenti berharap. Tapi disaat yang bersamaan, ada bisikan kecil yang menguatkannya. Berusaha memberikan semangat atas semua hal yang selama ini ia perjuangkan.
TO BE CONTINUES

