Pure Love 2017 Chapter 16

Posted by Lee Yena, Released on

Option


Chapter 16

My feelings for you. It's never change.


1 bulan kemudian.


Hyun Ji mendengus pelan saat menyaksikan koper hitam berukuran sedang yang tergeletak di samping meja ruang tengah. Tampak dari arah pintu kamar, Chen sedang memilah-milah pakaian yang akan dibawa nya. Tak lama pria itu kembali dengan beberapa setelan baju dan celana.


"Oppa mau bulan madu ke mana?" tanya Hyun Ji.


"Tentu saja di Paris. Ya kan chagiya?" sahut Victoria dari arah dapur seraya memegang nampan berisi tiga gelas teh hangat. Ia berjalan ke arah Hyun Ji dan meletakkan nampannya di atas meja.


Chen mengangguk dan kembali memasukkan bajunya, "Kami bulan madunya enggak lama. Yah, paling cuma 3 minggu." tambahnya.


"Tiga minggu!? Mwo! Itu lama sekali." serunya tak terima. Baru 1 bulan lebih dia bertemu dengan oppanya dan sekarang dia harus pergi lagi. Apa tidak bisa mereka honeymoon di Korea saja?


"Hyun Ji, pengantin baru itu wajar menghabiskan waktunya bersama. Lagi pula masa ngelakuin 'itu' di rumah? Kan enggak asik." omel Victoria.


Hyun Ji hanya cengengesan sambil memamerkan giginya saat mendengar omelan Victoria yang sekarang sudah sah menjadi istri dari kakaknya, "Mianhaeyo."


"Aku cuma rindu dengan kalian. Baru juga sebulan di Korea, kalian harus keluar lagi." rajuk Hyun Ji seraya memanyunkan bibirnya.


Mendengar perkataan Hyun Ji, Chen dan Victoria tertawa terbahak-bahak sampai-sampai Chen mengelus perutnya karena merasakan sakit dibagian perutnya.


"Oooh ... My little sister." goda Chen, ia mengacak-acak rambut Hyun Ji gemas. Membuat Hyun Ji mendengus kesal karena ulahnya. Kini ia terlihat seperti anak kecil berusia sepuluh tahun yang merengek minta dibelikan boneka.


"Tenanglah, kali ini kamu tidak akan sendirian lagi." ucap Chen yang sontak membuat alis Hyun Ji menukik kedalam.


"Maksudnya?" tanya gadis itu penuh selidik.


"Jadi, selama liburan nanti. Oppa akan titipkan kamu ke rumah teman Oppa. Tenang saja dia orangnya baik kok." jawab Chen sambil menarik resleting kopernya.


"O-Oppa! kau benar-benar membuatku seperti anak kecil yang butuh babysitter. Itu memalukan Oppa!" rengek Hyun Ji.


"Hah, turuti saja kata Oppa mu Hyun Ji. Lagi pula ini demi kebaikan kamu kok. Ya kan sayang?" timpal Victoria seraya mengedipkan matanya pada Chen. 


1 jam kemudian.


"Apa masih jauh, Oppa?" tanya Hyun Ji yang menyandarkan tubuhnya di kursi belakang. Ia memalingkan pandangannya pada kaca mobil yang terbuka lebar seraya memandangi pepohonan hijau nan rindang yang ada disepanjang jalan. 


"Sebentar lagi kita sampai." jawab Chen, matanya menatap lurus kearah jalan. Berusaha berkonsentrasi dengan kemudinya.


"Wah, ini elit sekali." Victoria takjub saat melihat perumahan disamping kiri dan kanannya. Besar, memiliki taman yang luas, dan rata-rata bertingkat dua bahkan ada yang sampai tiga tingkat. Serta jangan lupa pengamanannya yang super ketat. Tiap rumah memiliki pos penjagaan dan CCTV yang bertebaran dimana-mana.


"Bahkan jika aku bekerja 15 tahun pun, aku belum bisa membeli rumah sebesar itu." tambahnya.


Chen terkekeh pelan saat mendengar cibiran Victoria. Memang benar, perumahan di komplek ini begitu mahal. Bahkan cicilannya saja sudah termasuk besar. Apalagi ditambah dengan biaya listrik, air, dan keperluan hidup lainnya. Hanya orang-orang berkantong tebal saja yang berani membeli perumahan disini. Orang biasa pasti akan mati berdiri saat melihat tagihannya. Karena alasan itulah, Chen lebih memilih tinggal diapartemennya. Tinggal bayar uang sewa. Beres. Ia tak perlu memikirkan yang lain.


"Nah, kita sudah sampai." ujar Chen, ia memelankan laju kendaraannya dan memarkirkannya tepat didepan rumah berlantai dua itu.


"Besar sekali." bahkan rahang Hyun Ji sampai terbuka saat melihat rumah yang didominasi warna putih itu, "Dia pasti sangat kaya."


Chen mengangguk, "Tentu saja. Kalau tidak mana mungkin dia mampu membeli rumah ini."


Tak lama Chen mengambil ponsel disaku celananya dan menghubungi seseorang yang tampaknya merupakan pemilik rumah ini.


"Hei, aku sudah sampai di depan rumahmu."


"...."


"Oh, kira-kira 3 minggu. Rencananya kami mau bulan madu di Paris."


"...."


"Ah, aniyo. Aku akan langsung pergi."


"...."


"Baiklah aku titip kan Hyun Ji padamu ya. Jaga dia baik-baik."


Chen mematikan ponselnya dan menoleh kearah Hyun Ji, "Dia sudah menunggumu didalam. Ayo keluar."


"Baiklah." jawab Hyun Ji, ia segera membuka sabuk pengaman menempel di tubuhnya dan membuka pintu mobil. Begitu juga dengan Chen. 


Pria itu berjalan kearah belakang dan membuka bagasi mobil, mengambil koper hitam berukuran sedang lalu menyerahkan nya pada Hyun Ji, "Jaga dirimu baik-baik ya. Ingat jangan suka keluar tengah malam."


Hyun Ji mengangguk, "Ne, Oppa. Kalian juga hati-hati dijalan." lirihnya.


"Tentu saja, kau tak usah khawatir." jawab Chen seraya tersenyum, ia mengacak-acak rambut Hyun Ji dan menghadiahi puncak kepala gadis itu dengan kecupan lembut.


Sementara Victoria yang menyaksikan dari dalam mobil hanya cekikikan tak jelas seraya menutup bibirnya menggunakan tangan kanannya, guna meredam suara yang di timbul kan.


"Kalau begitu kami pergi dulu ya. Good bye, Hyun Ji." ujar Chen, ia kembali ke kursi kemudi dan menghidupkan mesin mobil yang tadi sempat mati.


"Bye, Hyun Ji." ujar Victoria seraya melambaikan tangannya.


Tak lama mobil hitam itu pergi meninggalkan halaman depan. Meninggalkan Hyun Ji yang masih setia berdiri disana. Hyun Ji menghela nafas lalu membalikkan tubuhnya, menatap rumah besar yang berdiri kokoh didepannya. Ia menarik kopernya, melangkahkan kakinya hingga di depan gerbang.


Ting tong!

Ting tong!


Ia menekan bel berkali-kali hingga muncul seseorang berseragam hitam yang tampaknya security disini, "Maaf ada apa nona?" tanya pria berseragam tadi. Hyun Ji memperhatikan lekuk wajah pria didepannya. Wajah pria itu sudah muncul garis keriput menandakan umur yang sudah menyentuh kira-kira angka empat puluhan. 


"Ah, maaf ahjussi. Nama saya Kim Hyun Ji, kebetulan saya ada urusan dengan tuan rumah disini." jawab nya lembut.


"Oh, nona yang bernama Kim Hyun Ji ya? Anda sudah ditunggu didalam." pria itu segera membukakan gerbang dan mempersilahkan Hyun Ji untuk masuk.


"Terima kasih, Ahjussi." Hyun Ji tersenyum lalu kembali melanjutkan langkahnya. Ia mengedarkan pandangannya, "Wah, bagusnya." gumam Hyun Ji.


Bagaimana ia tak terpana saat melihatnya? Rumah besar bertemakan Eropa klasik dilengkapi dengan taman hijau nan indah, dikelilingi bunga warna-warni, air pancur ditengah serta jalan yang bersih tanpa sampah plastik. Benar-benar rumah impian, pikir Hyun Ji. Kini ia tepat berdiri di depan pintu rumah yang ukurannya dua kali lebih besar dari rumahnya.


"Permisi." panggilnya. Merasa belum ada respon yang diterima, ia langsung mengetuk pintu berkali-kali.


Tok! Tok! Tok!


Krieet!


"Ah, maaf tadi aku ke belakang sebentar."


Hyun Ji mematung, tubuhnya seakan kaku bahkan untuk menggerakkan ujung jarinya pun terasa sulit. Tuhan, bolehkah ia berteriak sekarang?


"Ayo sini biar aku yang membawa kopernya. Akan ku tunjukkan dimana kamarmu."


Ayolah! Ini pasti bercandakan? Iyakan? Apakah matanya tak salah lihat? Tak mungkin kan pria berkulit tan yang sekarang sudah menyandang status duren beranak satu kini berdiri tepat didepannya dan menawarkan dirinya untuk masuk ke dalam rumahnya?


"Ka-Kai Oppa!?"


"Kenapa terkejut? Bukannya Chen sudah memberitahu kau akan tinggal dirumahku? Apa kau tak tahu?"


Hyun Ji menggeleng, "A-aku, aniyo. Hanya saja Chen Oppa tak memberitahuku dimana dan dengan siapa aku tinggal. Ternyata dengan Kai oppa."


"Oh, begitu. Ya sudah ayo masuk."


"Eh! Ba-baiklah."


Dan kini ia harus tinggal satu atap bersama pria itu selama 3 minggu? Ia bisa gila dibuatnya.


'Chen Oppaaaaa!!!' teriak Hyun Ji dalam diam.


Sementara itu.


"Chagiya?" Chen mengalihkan pandangannya pada wanita disebelahnya.


"Ada apa sayang?"


"Kenapa kau tak memberitahu Hyun Ji kalau ia akan tinggal disana?" tanya Victoria. 


"Kalau aku kasih tahu. Ia pasti tak akan mau. Kamu tahu sendirikan alasannya kenapa?"


Victoria mengangguk, "Iya juga sih."


Chen tertawa kecil saat membayangkan bagaimana ekspresi adiknya disana. Tak ada salahnya bukan kalau membiarkan mereka tinggal bersama dalam waktu 3 minggu?


TO BE CONTINUES

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset