Imagine With Us
Noisy Neighbor (ft. Byun Baekhyun — Part 2)
[ Kekerasan, Romance, Hurt, Adult, Threeshoot ]
"Apa mereka tertangkap?"
"Ya, Tuan. Tepatnya kemarin malam mereka dibawa ke kantor polisi." Seorang pria berwajah bak dewa itu menyesap rokok, menghembuskan asapnya ke udara, "Dan dari yang kudengar, ada seorang saksi mata yang mendengar pembicaraan mereka. Dia seorang gadis bernama Yoo Cheonsa, 18 tahun, siswi dari International High School of Fassion Art."
Kening pria itu tiba-tiba mengkerut saat mendengar nama yang disebutkan oleh asistennya, "Benarkah?" Pria berjas formal itu hanya mengangguk.
"Pastikan mereka tutup mulut soal rencana kita, Lee Taeyong. Selidiki juga orang yang berhasil mengalahkan mereka. Dan untuk gadis itu, biarkan aku yang mengurusnya."
"Baik, Tuan Huang."
Pria itu—Lee Taeyong membungkukkan badannya lalu meninggalkan ruangan yang ditempati oleh bosnya. Huang Zi Tao atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tao. Seorang penjahat kelas kakap yang termasuk dalam daftar pemburuan polisi di penjuru Asia. Bahkan pihak kepolisian Korea Selatan dan China telah mengadakan pencarian besar-besaran dengan menghadiahkan bagi siapapun yang berhasil menangkapnya dalam keadaan hidup atau mati dengan uang sebesar satu juta dollar. Benar-benar angka fantastis untuk seorang penjahat bau kencur berusia 21 tahun.
Ia melempar rokoknya yang telah memendek ke dalam asbak. Lalu mengacak-acak rambutnya asal. Memikirkan rencananya yang bisa saja sedikit terhambat karena anak buahnya yang tertangkap. Dan yang lebih memalukannya lagi, mereka dibantai oleh satu orang namja.
"Sialan." kutuknya. Pikirannya melayang pada nama yeoja yang disebutkan oleh asistennya, Yoo Cheonsa. Tao menyeringai, "Mungkin aku bisa bersenang-senang sebentar."
Tao segera mengambil kunci mobilnya. Sudah lama sekali ia tak mengunjungi gadis itu. Gadis pertama yang menatap matanya dengan nyalang kebencian. Gadis pertama yang berani menampar wajahnya 1 tahun yang lalu. Yoo Cheonsa, teman lamanya.
🍂🍂🍂
At Cheonsa's Apartemen
Pukul 09.10 pagi.
Tok! Tok! Tok!
Tok! Tok! Tok!
"I-iya, tunggu sebentar." sahut Cheonsa. Cheonsa meringis pelan, berjalan tertatih dengan bertumpu pada tongkat yang sudah seharian ini ia gunakan untuk membantunya berjalan. Dengan langkah pelan namun pasti, Cheonsa melangkah menuju pintu dan membuka pintu itu perlahan.
Krieet!
"Ada per-" Mata Cheonsa terbelalak.
"Lama tak bertemu, Cheonsa." Tubuh Cheonsa terasa tersambar listrik jutaan volt. Membuat tubuhnya seakan membeku, tak dapat digerakkan.
"Kenapa? Kau terkejut melihatku? Ah, atau kau lupa denganku?" pria itu memamerkan senyumannya. Senyuman ramah? Tidak, senyumannya bahkan lebih mengerikan dari iblis penghuni dasar neraka.
"Ka-kau!?" Dia, pria yang hampir menghancurkan hidupnya. Pria yang menjadi cinta pertamanya sekaligus orang yang paling ia benci, "Tao!"
Cheonsa tersentak. Ia segera mengerahkan seluruh tenaganya untuk kembali merapatkan pintu secara paksa. Tapi pergerakannya sudah dapat ditebak. Dengan mudah, pria itu menahan pintu rumah gadis itu dan mendorongnya. Hingga membuat Cheonsa terpental dari tempatnya berdiri.
"Aakh!" ringis Cheonsa saat tubuhnya jatuh menyentuh lantai porselen. Cheonsa menggigit bibirnya, menahan isakan tangis yang bisa saja keluar mulus dari bibirnya.
"Kenapa kau menangis? Harusnya kau senang kalau aku datang." Tao mendekat, mensejajarkan tubuhnya dengan Cheonsa, "Ayo, sayang. Bicaralah."
Tak terima, Cheonsa menghadiahi Tao dengan sebuah tamparan keras. Cukup untuk membuat pria itu diam seketika, "Aku bilang pergi dari sini!"
Plak!
Dan satu tamparan panas sukses mendarat di pipi mulus pria keturunan China-Korea itu. Tao menggeram, "I'll punish you, little bitch!"
"Akh! Le-lepaskan!" Dengan kasar, pria bermata panda itu menarik helaian rambut gadis itu. Tidak memperdulikan Cheonsa terus merintih kesakitan. Tao juga tak lupa untuk mengunci pintu dari dalam. Takut-takut ada orang yang memperhatikan apa yang sedang ia perbuat pada gadis ini.
Gadis? Tao menyeringai. Sebentar lagi, Cheonsa akan menjadi penghangat ranjangnya. Ya, dia akan menjadikan Cheonsa sebagai jalangnya. Menjamah tubuh ranumnya hingga ia bosan, lalu membuangnya di pinggir jalan. Seperti yang ia lakukan kepada banyak gadis diluar sana.
"Aakh!" Tao menarik tangan Cheonsa, membuat Cheonsa berdiri dan melemparkannya ke atas sofa. Tubuh Cheonsa menghantam keras permukaan sofa, membuat luka lebam yang baru masuk dalam masa pemulihan kembali parah.
"Hiks ... Sakit." lirih Cheonsa. Mendapati Cheonsa yang tampak tak berdaya. Tao menyeringai. Dengan sigap ia segera menindih Cheonsa, membuat Cheonsa terkurang dalam kungkungan tubuhnya, "Aakh! Lepaskan!" pekik Cheonsa saat tangannya diikat paksa menggunakan ikat pinggang.
"Diam kau!"
Plak!
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Cheonsa. Membuat bekas kemerahan tampak jelas terpahat di pipi putihnya, "Apa kau ingin aku bermain dengan kasar, little bitch?" Tao mengelus dagu Cheonsa dengan ibu jarinya, membuat Cheonsa menoleh kearahnya.
"Hiks ... Please, Tao." suara Cheonsa bergetar, "Let me go."
"Never!" emosi Tao memuncak. Dengan kasar ia menarik baju kaos tipis yang dipakai gadis itu.
Craaak!
"Aakh!" pekik Cheonsa. Tao menelan salivanya saat memperhatikan dua bukit yang sekarang terpampang. Ditambah gadis ini tidak menggunakan bra. Tubuh bagian atasnya terekspos, tanpa penghalang sedikitpun. Tanpa pikir panjang, Tao segera melahap buah dada Cheonsa. Menghisapnya kasar dan mendaratkan beberapa kissmark diatas benda kenyal itu. Sementara yang satunya diremas kuat. Membuat Cheonsa memekik kesakitan.
"Ta-Tao ... Aakh ..." desah Cheonsa. Tao menggeram. Ia semakin ganas menjamah dada Cheonsa, "Aak ... Tao ... Sa-sakit ... Akh ..."
Poor you, Cheonsa. You just make him horny as fuck. Setelah puas dengan dada Cheonsa, Tao beranjak berdiri. Ia melepaskan baju yang menempel ditubuh kekarnya. Dan tak lupa membebaskan 'aset' nya dibalik celana jeans biru dongker yang sudah terasa sesak.
"Aah, Cheonsa." lenguh Tao seraya memijat-mijat miliknya yang mengacung tegak dan menatap tubuh Cheonsa dengan tatapan memangsa layaknya predator. Setelah dirasa cukup. Ia merangkak, menindih tubuh Cheonsa.
"Kyaa! Apa yang kau lakukan!?" gertak Cheonsa saat mendapati Tao yang menyodorkan 'sesuatu' tepat di depan wajahnya.
Tao menyeringai, "Kulum milikku."
Mata Cheonsa membulat sempurna. Ekspresi jijik jelas tergambar diraut wajahnya. Mengulum miliknya? Jangan harap. Demi Tuhan! Ia tak akan rela bila bibirnya dilecehkan seperti ini. Cheonsa mendecih tak suka, "Jangan harap aku mau menurutimu sialan!"
Plak!
"Buka mulutmu, bitch!" Cheonsa tak bergeming, ia menutup rapat bibirnya.
Plak!
"Cepat buka!" Tao menggeram saat gadis itu tak sekalipun menuruti perintahnya. Ia mencekik leher Cheonsa, membuat dada Cheonsa naik turun karena sesak. Mulut Cheonsa terbuka, berusaha menarik oksigen yang sudah menipis. Dan kesempatan ini tak disia-siakan oleh Tao.
"Hhhhmmm!"
"Aah ... Cheonsa ..." Tao mengerang nikmat saat merasakan hangatnya rongga mulut gadis di bawah tindihannya. Tao terus memaksa gadis itu untuk menelan 'senjata' nya yang tak bisa dibilang kecil hingga menyentuh ujung tenggorokannya.
"Hhhhhm! Hhhhmm!" Cheonsa terus memberontak, berkali-kali ia menggelengkan kepala. Dengan sigap, Tao menahan kepala Cheonsa. Membuat pergerakan Cheonsa terhenti. Tao mulai memaju mundurkan pinggulnya. Membuat kejantanannya keluar masuk memenuhi rongga mulut gadis malang itu. Sementara, Cheonsa hanya bisa menutup rapat kedua matanya, ia menangis.
"Aaah ... Aah ... Cheonsa ... Fuck ..." racau Tao yang mulai menaikkan tempo genjotannya. Menyetubuhi mulut gadis itu. Tao mengerang nikmat. Ia tak mengira bibir gadis ini bisa membuatnya mabuk kepayang. Apalagi rongganya yang rapat dan basah di bawah sana. Ia menyeringai ditengah sodokannya, 'Shit! Pasti akan sangat nikmat!'
"Hmm!?" Kening Cheonsa mengernyit saat merasakan milik pria itu yang seakan membengkak. Membuat dirinya bahkan tak dapat mengeluarkan suara apapun.
Hingga tak berapa lama Tao meledak. Membuat cairan putih yang berisi jutaan benihnya tumpah didalam rongga mulut gadis itu. Cheonsa tersedak, tak kuasa menelan cairan sperma itu. Bahkan banyak yang tak tertampung, membasahi sudut bibir hingga mengalir ke dagu.
"Aaah ... Haaah ... Kau benar-benar nikmat, Cheonsa." puji Tao seraya mengeluarkan miliknya dari dalam sana. Tao menyeringai saat mendapati Cheonsa yang lemas, tak berkutik di bawahnya.
Tao beringsut mundur, membuka lebar kedua paha gadis itu. Cheonsa hanya menggunakan hotpants. Dengan mudah Tao melepaskan pakaian yang menutupi bagian bawah gadis itu. Dan juga underwear yang melapisi kewanitaan Cheonsa. Ia melemparkan underwear Cheonsa asal. Sekarang ia tengah duduk di antara apitan paha Cheonsa, mengarahkan kejantanannya tepat di depan bibir kewanitaan Cheonsa.
Sementara tangis Cheonsa semakin menjadi-jadi saat Tao mulai menggesekkan kejantanannya di antara lubang senggama gadis itu, "Hiks ... Aaah ... Tao ... A-aku mohon hentikan."
Tao tak mengindahkannya, "Kita mulai." bisik Tao.
Cheonsa meringis kesakitan saat kejantanan Tao mulai masuk kedalam sana, "Hiks ... Hikss ... Tao ... Aakh ..."
Hanya ada satu nama yang Cheonsa ingat. Nama namja yang telah menyelamatkan hidupnya, 'Baekhyun, tolong aku ...'
Braaak!
"Apa yang kau lakukan, sialan!?"
Dor!
"Aakh!" Tao meringis kesakitan, sebuah tembakan berhasil bersarang di lengan kanannya, "Sialan kau! Agh!" kutuk Tao seraya memegang erat lengan kanannya yang kini mengeluarkan darah segar. Tao menatap tajam pria yang telah menembaknya.
Sementara pria itu menyempitkan matanya, menatap nyalang Tao yang sedang menahan rasa sakit, "Hey, brother. Long time no see, huh?" ejek pria itu.
"Fuck you, Baek! Issstt!" ringis Tao.
Pria itu—Baekhyun menyeringai, "Bagaimana? Tembakanku tepat sasaran, bukan?" Tao mendecih, ia paling tak suka jika dirinya terlihat lemah di depan siapapun.
"Hey, brother. Sebaiknya kau pergi sebelum aku benar-benar meledakkan kepalamu, Huang Zi Tao." Tao tak bergeming menghadapi ancaman Baekhyun, "Masih belum mau pergi?" alis Baekhyun terangkat, "Baiklah, aku hitung mundur." Baekhyun kembali menarik pelatuknya.
"Satu." Tao masih bertahan di tempatnya, "Dua." Baekhyun mulai mengarahkan senjatanya, meninting tepat kearah kepala Tao.
"Ti-" Sontak Tao bangkit dari sofa, meninggalkan Cheonsa yang keadaannya sudah acak-acakan.
"Baiklah! Aku pergi!" dengan hanya menggunakan satu tangannya, Tao mengemasi pakaiannya yang tergeletak di lantai dan memakainya secepat kilat, "Ish, mengganggu saja." bisik Tao tepat di sebelah Baekhyun, tepat sebelum ia pergi meninggalkan apartemen Cheonsa.
Sementara, Baekhyun hanya tersenyum miring menanggapi bisikan pria yang jauh lebih muda 4 tahun darinya tersebut. Jika bukan karena hubungan saudara yang terjalin erat antara keluarga Byun dan keluarga Huang. Sudah pasti ia akan menarik pelatuknya untuk meledakkan kepala sepupunya itu. Atensi Baekhyun teralih pada Cheonsa. Baekhyun meneguk kuat salivanya saat memperhatikan keadaan Cheonsa yang sangat mengundang. Ditambah dengan kondisi Cheonsa yang masih sangat lemas, 'Tidak, jangan sekarang.'
"Cheonsa, kau tak apa-apa?" pertanyaan bodoh yang seharusnya tak ia tanyakan. Tentu saja keadaan gadis itu sedang 'tidak baik', batinnya mencelos, "Maafkan dia, Cheonsa. Aku janji dia tak akan menyakitimu lagi." Baekhyun mendekat dan melepaskan ikat pinggang yang mengunci pergelangan tangan Cheonsa.
"Oppa!!" Cheonsa menghambur kearah Baekhyun, menerjangnya dengan sebuah pelukan erat. Tanpa memperdulikan keadaannya yang polos tanpa sehelai pakaianpun.
"Hiks ... Hiks ... Oppa ..." Cheonsa terus menangis. Menumpahkan segala perasaannya pada pria itu.
Perlahan tangan Baekhyun bergerak, membalas pelukan erat gadis itu. Baekhyun memeluknya erat, berusaha mengenyahkan rasa takut yang tengah menghantui gadis itu, 'Syukurlah, aku tak terlambat.'
TO BE CONTINUES
