Imagine With Us 2017 Chapter 14 : Little Secret (ft. Xi Luhan) [3/4]

Posted by Lee Yena, Released on

Option

Imagine With Us

Little Secret (ft. Xi Luhan — Part 3)

[ Romance, Adult, Kekerasan, Fourshoot ]


Eun Ji mengerucutkan bibirnya, ia kesal. Sudah 3 hari pria yang ia panggil dengan sebutan 'ahjussi' tinggal dirumahnya. Disaat ada kesempatan, pamannya itu selalu melayangkan kedipan nakal padanya, mencium pipinya bahkan menggodanya dengan kata-kata yang terkesan sangat vulgar untuk di dengar.


"Dasar, Ahjussi mesum." Eun Ji menghela nafas, saat ini ia tengah berdiri didekat jendela kamarnya yang terbuka lebar. Kedua hazel madunya menatap lurus kearah langit lebih tepatnya kearah bintang-bintang yang tengah bertebaran diatas sana. Begitu indah, berkilau dan menawan. Setiap kali ia melihatnya, ia pasti teringat satu hal. Pamannya.


Benar, semua itu mengingatkannya pada Luhan. Dari senyumannya, tatapannya dan sentuhan nakal yang ia berikan. Membuat tubuhnya menggila, merasakan gelanyar aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Tepatnya di bagian bawah perutnya. Padahal waktu ia masih bersama dengan Jungkook—mantan pacarnya—setahun yang lalu. Dia tak pernah merasakan sensasi aneh seperti itu.


"Hm, kok bisa ya?" Eun Ji bermonolog, "Apa yang paman lakukan padaku?"


Apa yang dia lakukan padamu, Eun Ji? Sepertinya kau mulai melewatkan satu hal penting dalam hidupmu. Suatu kenangan yang membuat ia tak bisa tidur nyenyak saat bulan penuh menyinari Seoul. Eun Ji menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Mencoba mengingat semua hal yang ia alami beberapa tahun yang lalu. Saat ia pertama kali bertemu dengan Luhan. Tapi nihil. Tak ada satupun yang dia ingat kecuali perkenalan pertamanya dengan Luhan, 7 tahun silam.


Tiba-tiba, sekelebat bayangan seorang pria masuk kedalam pikirannya. Tatapannya selalu sama, dalam dan lembut. Membuat jantungnya berdetak 2 kali lebih cepat saat membayangkannya. Senyumannya yang dapat dengan mudah membuat wanita manapun bertekuk lutut hanya untuk menyentuh bibirnya. Dan sentuhannya ...


Blush!


Astaga! Apa yang sedang ia pikirkan? Tidak mungkin ia melakukan 'itu' kan? Eun Ji menggeleng sambil menepuk pipi gembulnya beberapa kali. Tapi satu hal yang bisa ia tangkap. Pria itu ... Mirip seperti pamannya. Eun Ji membulatkan kedua matanya seraya mengusap permukaan bibirnya. Sembarut merah muncul di kedua pipinya. Apa mungkin semua itu nyata?


"Hi, kitty." bisik Luhan sambil memeluk Eun Ji dari belakang. Luhan terkekeh pelan saat merasakan tubuh gadis itu menegang hebat didalam dekapannya.


"Si-siapa?" ucap Eun Ji terbata-bata.


"Tenanglah, baby. Ini aku." Luhan semakin mengeratkan pelukannya lalu salah satu tangannya naik ke atas. Menurunkan tali dress Eun Ji hingga batas dadanya dan mendaratkan kecupan basah di bahu mulus Eun Ji.


"Ah ... Ah-Ahjussi? A-apa yang Ahjussi lakukan dikamarku!?" gertak Eun Ji, berusaha menahan desahan yang hampir saja keluar dari bibirnya.


Luhan tersenyum, "Tentu saja, aku ingin menikmati kebersamaan kita, Eun Ji. Kau tahu? Hanya ada kita berdua dirumah ini."


"Dimana Appaaahhh ..." Eun Ji mengerang saat Luhan dengan sengaja meremas kuat buah dada gadis itu. Dadanya memang tidak terlalu besar namun pas digenggamannya. Apalagi teksturnya yang lembut, membuat Luhan tak sabar untuk melahapnya.


"Apa, kitty?" goda Luhan tanpa menghentikan remasannya di dada Eun Ji. Nafas Eun Ji memburu, tangan mungilnya berusaha menahan pergerakan Luhan, tapi tetap saja tenaganya masih kalah jauh dari pria itu.


"Hiks ... Ahjusssihh ... He-hentikhaan! Ah-Ahjussi! Eum ..." Luhan semakin gencar memanjakan titik-titik sensitif yang ada ditubuh gadisnya. Eun Ji yang tak menggunakan bra semakin mempermudah aktivitas pria itu. Jari-jari nakalnya terus memelintir puncak dada Eun Ji hingga putingnya mengeras. Tangan Luhan yang tadi mendekap erat perut datar Eun Ji turun ke bawah, menyingkap dress tidur yang Eun Ji gunakan, mengelus paha mulus gadis itu kemudian merambat di antara pangkal pahanya.


"Kau sudah basah rupanya." bisik Luhan tepat di depan kuping Eun Ji. Luhan melirik sekilas dan mengamati wajah gadisnya dari arah samping. She's like a tomato.


"Aah! Aan ... Le-lepaskan, Ahjussi~" Eun Ji mengerang saat dua jari Luhan menerobos ke dalam underwear nya. Menusuk miliknya dengan ritme cepat. Daun telinga Eun Ji tak luput dari sentuhan Luhan, pria itu sesekali melumat lalu menjilatnya berulang kali.


"Uaah ... Aah ... Eung ... Aaahn!"


"Aaah! Aah ... Sto-stoph! Aah!"


Peluh keringat membasahi tubuh Eun Ji, membuat tubuhnya yang tak tertutup dress mengkilat diterpa cahaya bulan. Eun Ji hanya bisa pasrah, tubuhnya sudah tak mampu memberikan perlawanan, kedua kakinya bahkan sudah seperti kapas, jika saja Luhan tak menahan tubuh mungilnya, mungkin sekarang ia sudah tergeletak lemah diatas lantai.


"Shit! Sempit sekali." kutuk Luhan sambil mempercepat sodokan jarinya, ia menggeram saat merasakan kedua jarinya dijepit kuat di dalam sana.


"Aaah! Aah! Aaaaaaaahhh!" Eun Ji mendesah hebat, kedua kakinya bergetar, tak lama sesuatu yang hangat merembes keluar dari celah selangkangannya. Itu adalah orgasmenya.


Luhan menyeringai, hanya dengan jarinya, dia sudah berhasil membuat gadis kecilnya basah seperti ini. Luhan masih enggan melepaskan jarinya dari liang kenikmatan Eun Ji. Alam bawah sadarnya sibuk membayangkan betapa nikmatnya jika yang dijepit oleh liang Eun Ji adalah juniornya. Hingga suara isakan Eun Ji menghancurkan semuanya.


"Hiks! Ahju- eungh! Lepaskan ... Am-ampun ... Hiks." Luhan membatu saat mendengar isakan Eun Ji, meminta ampun? Apa dia sudah keterlaluan?


"Eun Ji, aku ..." ia menghentikan sodokannya, mengeluarkan jari-jarinya yang telah basah, dan memeluk erat Eun Ji dari belakang. Berusaha memberikan kenyamanan pada Eun Ji. Tapi, tampaknya usahanya sia-sia. Eun Ji masih menangis, malah suara tangisannya semakin besar. Luhan membalikkan posisi Eun Ji, kini mereka berdua saling berhadapan, menatap satu sama lain.


"Hiks ... Hiks ... Ahjussi jahat!" pekik Eun Ji, memukul dada bidang Luhan dengan sisa tenaganya, "Ahjussi jahat! Jahat! Jah- eum!"


Eun Ji tersentak saat bibirnya dibungkam oleh bibir Luhan ditambah dengan gerakan bibir Luhan yang sengaja melumat bibir Eun Ji. Membuat isakan Eun Ji tertahan di ujung tenggorokannya. Tinggi Eun Ji yang hanya sebatas lehernya membuat Luhan harus ekstra hati-hati menyesuaikan posisi ciumannya.


"Sssh ... Eumm ..." Luhan semakin memperdalam ciumannya, memasukkan lidahnya dan mengajak lidah Eun Ji untuk bermain bersamanya. Tangan kanannya menarik pinggang Eun Ji, sementara tangannya yang satu naik ke tengkuk Eun Ji, menahan tengkuk gadisnya.


Eun Ji bergeming, kedua tangannya tak lagi berontak, Eun Ji hanya meletakkan kedua tangannya tepat di atas dada bidang Luhan guna menahan bagian depan tubuhnya agar tak saling bergesekan. Tanpa Eun Ji sadari, ia mulai menikmati sentuhan Luhan, menutup kedua pelupuk matanya dan mengikuti alur. Sesekali desahan kecil meluncur mulus dari celah bibirnya. Jantungnya berpacu lebih kencang dari biasanya.


"Aah ..." hingga akhirnya, Luhan melepaskan pagutannya. Menatap teguh kedua hazel madu Eun Ji, mata gadis yang membuat dirinya jatuh terlalu dalam.


"I'm sorry, baby. Aku ..." Luhan mengusap pipi gembul Eun Ji dengan ibu jarinya, "Aku sudah keterlaluan. Maafkan aku."


🍂🍂🍂


Setelah kejadian malam itu, Eun Ji mulai menjaga jarak dengan Luhan. Apa lagi saat ia mengetahui kalau orang tuanya pergi ke Jepang untuk menghadiri upacara pemakaman Kakeknya. Yang pasti akan memakan waktu yang tak bisa dibilang sebentar. Seperti saat ini, acara sarapan paginya yang biasanya diselimuti canda dan tawa kini berubah sunyi lebih seperti berada di pemakaman. Hanya suara sendok dan garpu yang mengisi kekosongan diantara mereka.


Eun Ji sibuk mengaduk bubur serealnya. Menatap tanpa minat sedikitpun untuk mencicipinya. Gelas susu di dekatnya juga tak ia hiraukan. Padahal susu adalah minuman favoritnya. Melihat kelakuan keponakannya, Luhan menghembuskan nafas berat, "Eun Ji, ayo dimakan." bujuknya.


Eun Ji hanya menatap Luhan sekilas, "Aku sudah kenyang."


'Ok, Luhan. Calm down.' ucapnya dalam hati seraya mengeratkan kepalannya pada gelas kaca yang berada di genggamannya. Kesabarannya benar-benar diuji saat ini. Untung saja dia adalah Eun Ji, gadis yang sangat ia cintai. Jika tidak, tak bisa dibayangkan bagaimana keadaan meja makan dirumah ini. Pasti sudah hancur berantakan sekarang.


"Aku pergi." ucap Eun Ji singkat lalu meraih tas bucket kecoklatan yang ia gantung diatas kursi makan, tepat di belakangnya.


"Ayo, aku antar." Luhan bangkit dari kursinya, menginterupsi Eun Ji yang tengah memakai blazer hitam kebanggaan sekolahnya.


"Tidak usah." Eun Ji menatap dingin Luhan dan meninggalkan Luhan begitu saja.


Baam!


Luhan hanya bisa terpaku ditempatnya berdiri, untuk pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini. Diacuhkan dan dibentak tanpa diberi kesempatan untuk membalas. Dia sendiri? Hah, sepertinya hanya pada Eun Ji lah, seorang Xi Luhan bisa 'sejinak' ini, "Eun Ji, you're make me crazy."


🍂🍂🍂


Luhan yang tengah menikmati siaran langsung pertandingan sepak bola Eropa. Hazel matanya fokus ke arah televisi, sampai atensinya teralih pada gadis yang baru saja keluar dari kamarnya setelah mengurung diri seharian. Bahkan, gadis itu lebih memilih menghabiskan makan malam di kamar daripada makan bersamanya.


Kedua sudut bibir Luhan sedikit terangkat, mengumbar senyum hangatnya pada gadis itu. Tapi tak lama senyumnya pudar saat melihat penampilan Eun Ji yang tak biasa. Kaos lengan pendek berwarna biru navi yang dipadu dengan hot pants, membuat penampilan Eun Ji terkesan lebih dewasa dan mengundang nafsunya, "Eun Ji, kau mau kemana?"


"Mau karaoke." baru saja Luhan membuka mulutnya, Eun Ji sudah mengeluarkan ultimatum, "Aku pergi sama teman. Ahjussi disini saja. Jangan mengantarku."


Ok, sepertinya kesabaran seorang Xi Luhan kembali diuji, "Eun Ji! Dengarkan aku!" Luhan sigap bangkit dan mengejar Eun Ji, menarik pergelangan tangan gadis itu, "Ini sudah larut malam. Tidak baik bagi gadis sepertimu berkeliaran diluar sana."


Perkataan Luhan sontak membuat Eun Ji tertawa mengejek, ia menyeringai, "Apa bedanya? Dirumah juga tidak amankan?" Suka atau tidak suka, perkataan gadis itu ada benarnya juga.


'Sial!' luhan memaki dalam hati, 'Oh, Luhan. You're so damn fucking lose.'


🍂🍂🍂


"Tidak apa-apakan, Eun Ji?" Yoon Hera yang merupakan teman sekelas Eun Ji menggigit bibirnya pelan, kebiasaannya jika ia merasa tak nyaman dengan sesuatu.


Eun Ji tersenyum pasrah, "Ya, mau bagaimana lagi kan? Kasihan Hyuri pulang sendirian." ucap Eun Ji seraya memandang lurus kearah Hyuri yang sedang mengeluarkan seluruh isi perutnya di wastafel. Hyuri begitu sensitif dengan udang, dadanya terasa sesak serta gangguan pada kulit. Sialnya ia tak menyadari camilan yang ia pesan tadi mengandung daging udang cincang.


"Tenang saja. Aku bisa pulang sendirian kok."


TO BE CONTINUES


Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset