Imagine With Us 2017 Chapter 15 : Little Secret (ft. Xi Luhan) [4/4]

Posted by Lee Yena, Released on

Option

Imagine With Us

Little Secret (ft. Xi Luhan — Part 4)

[ Romance, Adult, Kekerasan, Fourshoot ]


Eun Ji menghela nafas berat, sesekali ia mengucek-ucek pelupuk matanya yang sudah terasa berat. Sesekali ia menguap, sudah lebih dari 2 jam ia menunggu di halte busway. Eun Ji merogoh ponsel yang ia taruh di tas kecilnya, "Oh, my God." lirihnya, sudah jam 1 malam—ralat—ini sudah termasuk waktu pagi menurut GMT.


Sekarang apa yang harus ia lakukan? Memesan taksi? Tak ada satupun taksi yang beroperasi di jam malam seperti ini. Menghubungi Jungkook? Sorry, sekalipun ia tengah dalam masalah, tak pernah terbersit sedikitpun dalam pikiran Eun Ji untuk menghubungi si tukang selingkuh itu. Dia masih punya harga diri.


Eun Ji berhenti mengayunkan jarinya saat ia bertemu dengan 1 kontak yang mungkin bisa membantunya saat ini, "No, not that Byuntae."


Eun Ji bangkit dari tempat duduknya, melenggangkan kakinya yang terasa pegal, mungkin dengan segelas kopi, pikirannya jadi lebih tenang. Eun Ji melangkahkan kakinya, mencari minimarket yang buka 24 jam nonstop, pasti ada disekitar sini, begitu pikirnya. Tapi, baru saja ia meninggalkan halte, ada seorang pria berambut gondrong yang berjalan gontai kearahnya, dengan sebotol soju di tangannya.


"Hahahaha ..." Pria itu tertawa keras, "Apa ya- ... Hik ... kau lihat!? Hah!" Tubuh gadis itu bergetar hebat, dadanya terasa sesak. Takut, dia sangat takut sekarang. Eun Ji mengambil langkah mundur, tapi tindakannya malah semakin mengundang perhatian pria itu.


Greep!


Eun Ji tersentak saat merasakan sebuah tangan menarik pinggangnya, membuat tubuhnya menempel tepat di samping orang itu, Eun Ji menoleh dan mendapati orang yang memeluknya adalah seorang pria.


"Jangan ganggu dia." ucapnya lantang, memberi sinyal peringatan pada pria gondrong itu. Pria gondrong itu hanya tertawa dan memilih melanjutkan langkahnya, melewati kedua orang itu.


Penasaran, Eun Ji mengangkat wajahnya, melihat siapa pria yang telah menolongnya dan betapa terkejutnya ia saat pria yang telah menolongnya adalah pria yang paling ia hindari saat ini, "Ahjussi?"


🍂🍂🍂


"Nah, kita sudah sampai." sahut Luhan sembari membuka sabuk pengaman yang terpasang ditubuh Eun Ji, "Ayo, turun."


Eun Ji hanya diam dan menuruti perkataan Luhan. Sedari tadi perhatiannya fokus pada tangan Luhan yang membungkus tangan mungilnya, menyalurkan rasa hangat yang memyeruak di dalam tubuhnya. Eun Ji adalah gadis yang sensitif, itulah yang Luhan tangkap saat melihat cairan bening yang turun membasahi pipi gadis itu. Terbalik 180 derajat dengan sikapnya beberapa jam yang lalu yang sarat akan kebencian. Reflek, Luhan mengusap pipi Eun Ji, menatap teduh mata gadis itu.


"Ada apa, heum?"


"Ahjussi ... Hiks ..." suara Eun Ji melemah, ia menundukkan wajahnya, tak kuasa membalas tatapan Luhan yang begitu bingung dengan tingkahnya sekarang.


"Eun Ji, tatap aku." ibu jari Luhan membelai dagu Eun Ji, "Eun Ji." panggilnya sekali lagi. Tapi, tak dihiraukan oleh Eun Ji. Luhan tersenyum kecut dan menghadiahkan kecupan lembut tepat di dahi Eun Ji.


Cup!


Sebuah kecupan yang cukup untuk menimbulkan sembarut merah di kedua pipi Eun Ji.


🍂🍂🍂


"Nah, sekarang tidurlah." ucap Luhan sembari mengelus puncak kepala Eun Ji. Sekarang ia tengah berada dikamar gadis itu. Ini adalah kali pertama ia diperbolehkan masuk ke dalam kamar Eun Ji. Kamar yang didominasi warna-warna cerah seperti pink dan jingga, sesuai dengan kepribadiannya.


"Ahjussi ..." Luhan yang baru saja membuka ganggang pintu dibuat terkejut dengan sepasang tangan halus yang melingkar sempurna di perutnya, memeluknya erat dari arah belakang.


"Maafkan, Eun Ji." samar-samar, seringai tipis mengembang dari sudut bibirnya. Hatinya bersorak kegirangan, akhirnya gadis ini jatuh kedalam pelukannya. Dan Luhan bersumpah tak akan pernah melepaskan gadis ini barang sedetikpun.


Luhan melepaskan tangan Eun Ji, berbalik dan menatap dalam kedua mata Eun Ji. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Luhan memajukan wajahnya hingga tinggal beberapa inci didepan wajah gadis itu. Jarak mereka sangat dekat, dekat sekali malah. Bahkan Eun Ji dapat mencium bau peppermint yang menguar dari hembusan nafas Luhan. Luhan meletakkan tangannya di pinggang Eun Ji, mengurung tubuh gadis itu dalam pelukannya.


"Anything for you, baby." bisik Luhan, tepat di depan bibir Eun Ji, suara Luhan yang lembut tapi dalam tentu saja bulu roman gadis itu seketika merinding.


"Ah-Ahjussi ... Eum!" Luhan membungkam gadis itu dengan bibirnya, melumatnya kuat tanpa memberi kesempatan Eun Ji untuk melanjutkan perkataannya.


"Aaahm ..."


"Eungm ... Hmmm ..."


"Haaah ..." Setelah puas, Luhan melepaskan tautan bibir mereka, sejenak mengatur nafasnya yang terengah-engah. Setelah dirasa cukup, ia kembali menyerang bibir Eun Ji, kali ini lebih lembut, Luhan terus mengeratkan pelukannya dan menuntun Eun Ji untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang.


"Ahjussihh." Eun Ji memalingkan wajahnya, menutup erat pelupuk matanya saat merasakan tangan nakal Luhan mulai menurunkan resleting dress tidurnya, membuat dadanya yang masih berlapis bra merah terpampang begitu saja.


"Apa yang Ahjussi lakukan?" Luhan menjilat sudut bibirnya, menatap nyalang dua gundukan indah yang masih dalam masa pertumbuhan itu.


"I'll make you feel so good, tonight." Tak sabar, Luhan mengangkat sedikit punggung Eun Ji, melepaskan pengait bra dan melemparnya sembarang arah, "You're so sexy." Luhan tak bisa mengalihkan pandangannya dari puncak dada Eun Ji yang berwarna sedikit kemerahan. Ditambah ukurannya yang sangat menggemaskan—sebesar buah apel—membuat tangannya gatal untuk segera menjamahnya.


"Aahn! Ahjussihh ... Pe-pelan ... Emgh." Eun Ji mengerang kesakitan saat dada kanannya dinikmati secara brutal. Dihisap, dijilat, digigit disetiap incinya. Hingga timbul bercak kemerahan. Sedangkan dada kirinya diremas kuat. Setelah puas dengan dada Eun Ji, perhatiannya turun kebagian bawah perut Eun Ji yang masih tertutupi dress tidurnya. Eun Ji yang lemas tak kuasa menahan tangan Luhan yang tengah asyik menanggalkan dress dan underwear nya.


"Ahjussi, aku malu." Eun Ji berusaha menutupi bagian intimnya, tapi gerakannya kalah cepat dengan Luhan. Hanya dengan 1 tangan, Luhan mengunci kedua pergelangan Eun Ji dan meletakkannya di atas kepala Eun Ji.


"Ssshht! Let me love you, baby."


"Aaakhh!"


Erangan kesakitan yang meluncur dari bibir Eun Ji seperti alunan melodi yang indah ditelinga Luhan. Memicu insting seorang pria untuk berbuat lebih dari itu. Dia ingin gadis kecil itu hanya bisa mengerang dan pasrah dibawahnya. Dan malam ini, Luhan akan membuat Eun Ji merasakan apa yang selama ini ia tahan.


"Aaah! Aaah! Aaakhh! Ah-Ahjussihh!"


"Aahh! Ha-hajima! Aahn ... Aaah! Sakit~"


"Moan, baby. Moan for me." Luhan semakin mempercepat ritme jarinya, memborbardir liang kenikmatan Eun Ji dengan tusukan beruntun. Liang yang begitu basah dan terasa ketat.


"Aaaaah! Ak-aku mau pipis! Cu-cukup, Ahjuss ... Aaaaahh!" tubuh Eun Ji melengkung saat merasakan bagian intimnya mulai berkontraksi, Eun Ji melenguh saat cairan bening merembes dari celahnya, membasahi jari-jari Luhan. Melihat Eun Ji yang telah orgasme, Luhan segera mencabut jarinya, membuka lebar kedua paha Eun Ji dan mengganti peran jari dengan lidahnya.


"Ahjussiihhh ... Eeumh." Eun Ji kembali mendesah saat lidah Luhan meliuk-liuk didalam sana. Menekan klirotisnya dan menghisap kuat bagian intimnya. Nafasnya terasa sesak saat Luhan dengan sengaja menggigit tonjolan kecil diantara lipatan vaginanya. Membuat tubuhnya menegang hebat.


Puas melahap cairan cinta gadisnya, Luhan bangkit, mengelap sudut bibirnya dengan ibu jarinya. Lalu mulai melepaskan pakaian yang menempel ditubuhnya, memperlihatkan otot-otot yang terpahat sempurna kemudian membebaskan celana jeans yang terasa sesak. Luhan menarik tangan Eun Ji, membuat gadis itu berhadapan langsung dengan junior nya yang sudah menegang hebat.


"Ah-Ahjussi?" Eun Ji membulatkan kedua matanya, tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Organ reproduksi seorang pria yang tengah mengalami ereksi kini tepat berada di hadapannya. Ditambah ukurannya yang cukup besar dan urat yang timbul di permukaan kulit. Membuat Eun Ji ngeri saat melihatnya.


Luhan menyeringai, mengelus juniornya dan mengarahkannya ke bibir Eun Ji, "Puaskan aku."


"A-apa, Ahjussi? Tidak mau." Eun Ji menggeleng, ia tak yakin bisa melahap seluruh benda panjang berukuran besar itu.


"Please, just suck it." titah Luhan seraya mengelus puncak kepala Eun Ji. Pasrah, Eun Ji mulai membuka celah bibirnya yang tentu saja tak disia-siakan oleh Luhan.


"Aah ..." Luhan mendesah nikmat, menikmati sensasi hangat rongga mulut Eun Ji, tangannya menekan kepala Eun Ji, memaksa gadis itu untuk lebih dalam menelan junior nya. Tapi baru setengah, junior nya sudah mentok diujung kerongkongan Eun Ji.


"Uuhmmm!" Luhan menuntun kepala Eun Ji untuk bergerak maju mundur. Sepertinya Eun Ji mulai mengerti, ia mulai menggerakkan kepalanya tanpa tuntunan Luhan.


"Yes, that's it." Luhan mendongakkan wajahnya, merasakan gejolak yang berebut ingin keluar. Dan tak lama cairan kental berwarna putih tumpah, memenuhi rongga mulut Eun Ji. Saking banyaknya, beberapa merembes keluar dan juga membuat Eun Ji tersedak, "Aaaaah! Baby~"


"Uhuk! Uhuk!"


Luhan membebaskan kejantanannya dari mulut Eun Ji, matanya berkilat, mengusap sudut bibir Eun Ji yang sedikit memutih karena tembakannya, "Haaah ... Good girl."


🍂🍂🍂


"Ahjussi, aku takut." Eun Ji, gadis itu mulai terisak saat merasakan kejantanan Luhan bergesekan dengan bibir vaginanya dengan gerakan naik turun. Tubuhnya bergerak gelisah, menahan sensasi geli dan nikmat yang bercampur menjadi satu.


"Eungh~" Eun Ji melenguh pelan saat ujung kejantanan Luhan menekan klirotisnya. Kedua tangannya memegang erat otot lengan Luhan, melampiaskan apa yang ia rasakan sekarang.


"Kau takut, baby?" Eun Ji mengangguk pelan, "Don't worry, I'll be gentle." Luhan mengecup kening Eun Ji lalu turun ke bibirnya, melumat bibir bawah Eun Ji. Luhan terus menggesekkan kejantanannya, menggoda klirotis yang bersembunyi di antara lipatan vagina gadis itu.


"Ahjussihh ... Heeh ... Ge-geli." ucap Eun Ji disela ciumannya. Dan disaat yang bersamaan, Luhan mulai memposisikan ereksinya tepat di lubang surgawi milik gadis itu. Tubuh Eun Ji menegang hebat saat merasakan benda asing berusaha menerobos tubuhnya.


"Tahan, baby." Luhan memposisikan kedua tangan Eun Ji di kedua sisi kepalanya, menggenggam erat jari-jari mungil Eun Ji.


"Akh! Aaakh! Ahjussi, hentika- Aaaakh!"


Jleb!


Dengan sekali hentakan, seluruh kejantanan Luhan telah tenggelam di dalam sana. Luhan sedikit menggeram saat merasakan otot-otot dinding rahim Eun Ji yang berkontraksi, seperti tengah memijit ereksinya.


"Hiks ... Hiks ... Ahjussi." lirih Eun Ji, mulai meneteskan air matanya. Tak tega, Luhan mulai menggerakkan pinggulnya, perlahan namun dalam, menusuk tepat di titik sensitif Eun Ji, "Akh! Aakh! Perih~ Ahn ... Ahjussihh."


Eun Ji mengerang kesakitan saat benda panjang itu terus keluar masuk memenuhi dirinya. Membelah inti tubuhnya berkali-kali. Ini adalah yang pertama baginya, jadi wajar saja ia belum bisa beradaptasi. Setelah dirasa lancar, Luhan mulai menaikkan tempo gerakannya, membuat suara rintihan tergantikan dengan desahan kenikmatan.


"Eeungh ... Aaakh ... Aaahn."


"Aah ... Baby."


"Aah ... Aah ... Ahjussih."


"Ugh! Aah ... Sempit sekali."


"Aah! Aah! Ahjussih ... Aaaaakh!"


Eun Ji mengerang hebat, tubuhnya seakan lemas. Tapi, sensasi kenikmatan belum juga hilang karena tusukan hebat yang terus mendera organ intimnya. Nafas Luhan memberat saat merasakan adiknya yang semakin membesar. Tanda akan segera menumpahkan cairan kental berwarna putih yang berisi jutaan benih keturunannya.


"Aaah ..." Luhan menancapkan seluruh kejantanannya, menembakkan spermanya tepat di bibir rahim Eun Ji. Hangat, itulah yang Eun Ji rasakan saat cairan kental itu memenuhi rahimnya. Setelah puas, Luhan melepaskan kontaknya mereka dan terbaring tepat disamping Eun Ji.


Luhan tersenyum penuh kemenangan saat pengelihatannya menangkap tubuh Eun Ji yang bersimbah keringat, bibirnya yang sedikit terbuka, pipinya yang merah merona dan tatapan lemas yang begitu menggairahkan serta mahakaryanya yang tercetak indah di permukaan dada Eun Ji.


"Kau benar-benar nikmat, baby." Puas memandangi Eun Ji, atensinya teralih pada bagian bawah perut Eun Ji, tangan kekar Luhan mulai bergerak turun, mengusap lembut perut Eun Ji, tempat dimana satu dari sekian juta benihnya akan tumbuh menjadi 'mini Luhan' yang sehat.


Tapi, nampaknya ia harus mengurungkan niatnya. Eun Ji masih harus mengenyam pendidikannya dengan baik. Sebrengsek apapun dia. Dia juga tak mau masa depan gadisnya hancur karenanya, "Tunggu 4 tahun lagi, my baby. Setelah kau lulus kuliah, aku akan langsung menikahimu."


END


Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset