Imagine With Us 2017 Chapter 16 : This Is Fault (ft. Do Kyungsoo)

Posted by Lee Yena, Released on

Option

Imagine With Us

This Is Fault (ft. Do Kyungsoo)

[ Romance, School Life, Agegap Relationship, Oneshoot ]


"Kamu serius mau berpakaian seperti ini?" Bae Irene tak kuasa menahan rasa penasarannya saat melihat penampilan sahabat karibnya, Im Yura. Bahkan, Irene sampai memutar tubuh Yura berkali-kali guna memastikan apa penglihatannya salah.


"Aku serius, Irene." ucap Yura, jengah. Tak kuasa melihat reaksi Irene yang baginya terlalu berlebihan.


"Tak biasanya kau seperti ini." gerutu Irene, "Im Yura yang aku kenalkan adalah pecinta celana jeans dan kaos. Bukannya, rok pendek dan apa ini? Kaus kaki selutut? Astaga, Yura! Kau terlihat berbeda!"


Yura memutar bola matanya, malas menanggapi pernyataan Irene yang seperti menghakimi penampilannya. Yura mendumel dalam hati, bukannya selama ini Irene sering bilang kalau penampilannya itu kuno. Apa salahnya ia berpenampilan seperti ini? Toh, dia juga kelihatan lebih feminim, kan? Tapi, itu bukanlah motif utama kenapa ia berpakaian seperti ini. Karena ada hal lain yang membuat gadis berperangai sedikit 'tomboy' ini nekad mengubah gaya busananya.


Ya, satu hal yang sudah gadis berusia 19 tahun itu persiapkan jauh-jauh hari. Pasti 'dia' akan menyukainya.


"Ya-ya-ya! Bae Irene!" Yura memekik saat Irene tiba-tiba menarik tangannya, meninggalkan kamar mandi khusus wanita yang berada tak jauh dari kelas mereka. Kelas hubungan internasional, Universitas Yonsei.


"Penampilanmu ini harus diabadikan, Yura~" kikik Irene, "Kau diam disini!" titahnya sembari membetulkan posisi tubuh Yura tepat didepan layar proyektor. Sementara, yang lain hanya tertawa geli menonton tingkah Irene dan Yura, "Ayo! Senyum ya!" Irene mengarahkan kamera ponselnya kearah Yura, "Satu! Dua! Ti-"


Cekrek! Cekrek!


Pipi Yura bersemu merah, ia merengut kesal sembari melemparkan tatapan tajam kepada Irene yang tengah tertawa melihat hasil jempretannya. Sial, orang ini selalu bisa membuatnya darah tinggi, "Irene-ah! Sini ponselnya!" Yura memekik kesal dan berlari kearah Irene, berusaha merebut benda elektronik berbentuk persegi panjang itu dari tangan Irene.


Tapi, dengan sigap. Irene mengangkat ponselnya tinggi-tinggi. Postur tubuhnya yang jauh lebih tinggi dari Yura memberikan keuntungan tersendiri baginya. Dia 162 cm sedangkan Yura 158 cm, lumayan jauh bukan?


"Irene-ah!"


"Tidak akan~"


"Irene-ah! Sini!" geram gadis mungil itu.


Bahkan, saking asyiknya bertengkar. Mereka tak menyadari ada sepasang mata hitam pekat yang tengah memperhatikan mereka dari arah pintu. Tawa-tawa yang tadinya menggema seketika hening. Tergantikan oleh ekspresi tegang seperti tengah berada di ruang persidangan.


Mr. Do Kyungsoo—Master of English Language. Begitulah yang tercetak di nametag jas hitam pria berwajah babyface itu. Pria matang berusia genap 27 tahun. Idaman hampir sebagian mahasiswi di universitas ini. Tapi, sayangnya ia memiliki sikap dingin dan sangat tertutup.


"Irene-ah!"


"Coba saja- Eh!?" Irene terkejut bukan main saat ponselnya raib entah kemana. Sampai ia menoleh dan mendapati ponselnya berada ditangan seorang pria. Tubuh Irene seketika menegang. Dengan susah payah, ia menelan air liur yang tertahan di tenggorokannya. Tamat sudah riwayatnya.


"Mis-Mister ..."


'Tunggu dulu. Apa katanya? Mister?' gumam Yura dalam hati. Yura mengerutkan alisnya dan mengikuti arah pandangan Irene.


"Apa yang kalian lakukan?"


Deg!


'Mati sudah.' pekik mereka—Yura dan Irene—dalam hati. Mereka segera membetulkan posisi mereka, menyilangkan tangan di balik punggung dan menundukkan kepala mereka.


"Ma-maaf, Mister." cicit Yura.


"Maaf?"


"N-Ne, Mister." Irene mengangguk, membenarkan ucapan Yura.


Kyungsoo menatap kedua mahasiswinya satu persatu—jangan lupa tatapan dinginnya—membuat siapapun bungkam saat berhadapan dengan dosen killer ini. Dalam keheningan, Kyungsoo sedikit menurunkan pandangannya. Tak ada satupun yang menyadari kalau tubuh pria itu sedikit menegang. Sontak ia menutup kedua matanya dan menghela nafas berat. Gejolak emosinya sudah mencapai ubun-ubun. Ini sudah keterlaluan.


"Haaaah~ kalian ini masih seperti anak-anak." desisnya.


"Irene, kau aku hukum membersihkan kamar mandi wanita yang berada di lantai 2." baru saja Irene membuka mulutnya, Kyungsoo melayangkan tatapan monsternya, "Tak ada pengecualian."


"Ba-baik, Mister." ucap Irene lalu mulai melenggangkan kakinya, meninggalkan kelas dengan raut wajah yang ditekuk ke bawah.


"Sementara, kau-" Kyungsoo mendelik, menatap nyalang gadis mungil itu, "Kau ikut ke ruanganku, SE-KA-RANG!"


Yura hanya dapat menunduk malu dan menganggukkan kepalanya, mengikuti langkah sang dosen yang tampak begitu 'murka' dengan tingkah tadi. Apa dia akan dihukum? Entahlah, hanya Kyungsoo dan Tuhan yang tahu.


🍂🍂🍂


Sekarang, ia tengah berada di ruang kerja Mr. Do Kyungsoo. Ruang Kyungsoo berbeda dengan yang lain. Dia diberi fasilitas lebih seperti tempat tidur dan kamar mandi. Ditambah ruangannya yang cukup luas dan kedap suara. Membuat siapapun tak bisa mendengar suara apapun dari dalam sana.


Wajar saja bagi Kyungsoo, karena ayahnya adalah pendiri sekaligus donatur universitas disini. Kyungsoo melepaskan jas hitam yang membungkus tubuhnya, kemeja putih yang berukuran pas ditubuhnya semakin menganggambarkan seberapa atletis tubuh pria itu. Kyungsoo menggulung lengan kemejanya hingga batas siku lalu kemudian menjatuhkan bokongnya diatas kursi meja kerjanya.


Pipi Yura memanas saat melihat sekilas penampilan Mr. Kyungsoo. Hatinya berteriak kegirangan saat mendapatkan kesempatan langka berduaan dengannya. Trust me, he's fucking hot.


"Kau tahu apa kesalahanmu?" Kyungsoo bersidekap dada, menatap angkuh gadis mungil yang terlihat ketakutan di depannya. Bahkan, Yura sampai tak berani mengangkat wajahnya. Dosen tampannya yang satu ini sungguh menakutkan.


"A-aku ..." Yura meneguk salivanya, "Aku bertengkar disaat jam pelajaran Mister."


"Hm, terus?"


"Aku mengganggu jadwal mengajar Mister dan membuat Mister marah." Yura menggigit bibir bawahnya, ia mencengkeram erat rok pendek yang ia kenakan, "Se-sekali lagi maaf, Mister. Aku tak akan mengulanginya lagi."


Kyungsoo masih terdiam, sudut bibirnya terangkat saat melihat tubuh anak didiknya yang tampak kaku di depannya. Samar-samar, Kyungsoo menyeringai saat mendapati tingkah Yura yang kelewat polos ditambah penampilannya yang bisa dibilang ... Well~ menggoda disaat yang bersamaan. Kyungsoo mengepalkan buku-buku jarinya saat merasakan ada yang tak beres dibalik celananya. Sialan, adiknya sudah terbangun.


Susah payah, Kyungsoo berusaha menepis semua imajinasi kotor yang tengah berputar-putar diotaknya. Ia menggeram, apa gadis itu sadar? Dia telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Ya, kesalahan yang sangat fatal. Dan gadis itu harus membayarnya sekarang, kontan, tanpa ada penolakan.


"Kau masih belum menyadari kesalahanmu yang lain?" Yura reflek mengangkat wajahnya saat mendengar pertanyaan Kyungsoo, kesalahan yang lain? Apa maksudnya?


Yura mengerutkan keningnya, mencoba mengingat-ingat kesalahan apa lagi yang telah ia perbuat hari ini. Tapi, nihil. Tak ada satupun yang dia ingat kecuali 3 kesalahan yang baru saja di ucapkannya tadi. Kyungsoo bangkit dari kursinya, menghampiri gadis itu dan meletakkan kedua tangan kekarnya di antara tubuh mungil Yura, mengunci tubuh Yura dari arah belakang.


"Mi-Mister?" tubuh Yura menegang saat merasakan hembusan nafas hangat yang menerpa permukaan lehernya. Bahkan, Yura bisa merasakan sesuatu yang 'menonjol' berada tepat di antara bokongnya. Bukannya membalas, Kyungsoo malah asyik menenggelamkan wajahnya di antara perpotongan leher gadis mungil itu. Menyesap aroma mawar yang menguar dari tubuh Yura.


"Mister, apa yang ka-" nafas Yura tercekat saat lidah Kyungsoo membelai lembut lehernya diiringi dengan kecupan-kecupan panas yang dilancarkan oleh pria itu. Pria dewasa yang menjadi pujaan hatinya sejak ia menginjakkan kakinya di universitas ini.


"Haaah ..." Kyungsoo menghembuskan nafasnya tepat di depan telinga Yura, sensasi hangat dan suara bass yang dimiliki oleh Kyungsoo membuat tubuhnya meremang, "Kau tahu apa kesalahanmu?" Kyungsoo melingkarkan tangan kekarnya diantara pinggang ramping Yura. Menekan kejantanannya ke tubuh gadis itu.


"Ti-tidak, Mister." balas Yura, jujur. Ia sangat takut sekarang.


"You make me hard, baby~" goda Kyungsoo sambil melumat lembut kuping Yura. Sedangkan, Kyungsoo terus menekan kejantanannya di belahan bokong Yura. Membuat Yura melenguh tertahan menikmati sensasi aneh yang menerpa tubuhnya dari ujung rambut hingga ujung kaki.


"Mister ..." Yura berusaha menahan tangan Kyungsoo yang tengah menanggalkan kancing bajunya. Tapi, dengan telaten. Kyungsoo terus melayangkan sentuhan lembut di pinggangnya.


"Stttt ... You'll like it."


🍂🍂🍂


Peluh keringat membasahi kening gadis itu. Tubuh bagian atasnya tak tertutup sehelai kainpun atau dengan kata lain sekarang ia topless. Baju kaos lengan pendek berwarna putih dan bra yang tadi ia kenakan berceceran di atas lantai. Hanya rok pendek dan kaus kaki selutut yang masih setia melekat ditubuhnya.


Penampilan Kyungsoo juga tak jauh berbeda. Kemeja putih yang ia kenakan sudah tergeletak diatas lantai. Ikat pinggangnya terlepas dan celana hitamnya juga sedikit melorot kebawah, sekedar membebaskan adiknya yang terasa sesak dibalik boxer.


Bersandar ditepian meja, kedua kakinya melingkar di antara pinggang Kyungsoo, tangan kanan Kyungsoo memeluk erat pinggang Yura guna sebagai penopang agar tubuh gadis mungil itu tak terkulai lemas di atas meja. Sementara tangan yang satunya bermain-main, meremas gundukan yang begitu kenyal dan lembut. Dari pelan hingga kasar. Seakan buah dada itu adalah mainan squishy.


"Aaah .... Aaahnnn ... Mi-Mister~" Yura mendesah hebat, jari-jarinya meremas dan menyisir helaian rambut Kyungsoo yang tengah melumat buah dadanya. Sesekali, Kyungsoo menggigit puncak dadanya dan memelintirnya.


"Aaah .... Engghh ..." Yura sangat yakin, buah dadanya sudah memerah sekarang, "Akh!" Yura memekik saat tangan kekar Kyungsoo meremas kuat buah dadanya, ini benar-benar kasar.


Setelah puas, Kyungsoo melepaskan lumatannya, mengecup bibir Yura singkat dan mengelap peluh yang bercucuran di wajah Yura. Kedua pipinya memerah, nafas terengah-engah dan tatapan sayu yang seakan meminta dirinya melakukan hal lebih. Manis dan seksi.


"Eungh~" Yura menutup rapat pelupuk matanya saat merasakan jari-jari Kyungsoo menggerayangi bagian intimnya. Mengelus tonjolan kecil gadis itu dari luar celana dalam.


"You're wet, baby." bisik Kyungsoo lalu menekan jarinya tepat di lubang kenikmatan itu.


"Akh! Do-don't ..." lirih Yura namun tak dihiraukan oleh Kyungsoo. Gadis ini sudah berani membuatnya tegang dan gadis itu juga yang harus bertanggung jawab atas tindakan sembrononya itu. Bukannya ia sudah pernah bilang kalau disaat jam pelajarannya, dilarang menggunakan rok pendek dan kaus kaki selutut?


"Kau harus dihukum gadis kecil." goda Kyungsoo sembari melebarkan kedua paha Yura. Membuat bagian intimnya yang masih berlapis underwear terekspos.


"Mi-Mister!?" Yura memekik saat Kyungsoo menarik underwearnya kasar. Reflek kedua tangannya berusaha menutupi liang itu, tapi dengan sigap, Kyungsoo menahan kedua tangannya.


Kyungsoo mengecup lembut punggung tangan Yura, menatap intens kedua pupil mata gadis itu. Seperti berusaha meyakinkan gadis ini agar bersedia melanjutkan kegiatan panas ini. Yura hanya membisu, tak tau harus berkata apa. Seakan tubuhnya sudah berada di bawah kendali Kyungsoo. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi.


Setelah dirasa tenang, Kyungsoo menurunkan boxer nya. Memperlihatkan kejantanannya yang keras dan menjulang tepat di hadapan kewanitaan gadis itu. Kyungsoo tak dapat berpikir jernih, matanya sudah ditutupi oleh hawa nafsu. Bahkan, ia sampai melupakan cincin pertunangan yang melingkar di jari manisnya. Kyungsoo menyesap leher Yura yang sudah dipenuhi oleh belasan kissmark. Memposisikan kejantanannya dan menggesekkan adiknya di antara celah lubang basah itu.


"Eungghhh ... Hhaaahh ... Ge-geli~" Yura mendesah pelan saat merasakan kejantanan Kyungsoo menekan klitorisnya, "Aah ... Aaahh ... Mister~"


Tanpa aba-aba, Kyungsoo mendorong kejantanannya masuk kedalam sana. Membuat tubuh Yura menegang hebat saat merasakan benda asing berukuran besar tengah memasuki tubuhnya.


"Eungh." Kyungsoo melenguh nikmat saat merasakan adiknya diapit habis-habisan oleh kewanitaan Yura, "Sempit sekalihhh ..." bisik Kyungsoo, masih berusaha memasuki tubuh gadis itu. Ia terus mendorong pinggulnya. Hingga ia mendapati sesuatu yang menghalangi jalan masuknya.


"Mister ... Sto-Stop ..." erang Yura sambil meremas kuat lengan kekar Kyungsoo, tapi tak diindahkan oleh pria itu. Percuma Yura, semua sudah terlambat. Tak sabar, ia segera menarik penisnya dan menghentakkannya dalam sekali hentakan.


Jleb!


"Aaaaaakkkkkhhh!" suara teriakan menggema di sepanjang ruangan itu. Air mata gadis itu seketika jatuh, sengatan panas membuat sekujur tubuhnya seakan remuk, Yura terisak saat memperhatikan darah kesuciannya membasahi kejantanan Kyungsoo.


"Hiks ... Hiks ..." Yura menangis, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kyungsoo. Lalu Kyungsoo? Dia hanya diam. Darahnya mendesir saat mengetahui apa yang baru saja ia robek.


Yura ... She's a virgin. Kyungsoo memeluk erat tubuh ringkih gadis itu, mengusap punggungnya pelan, berusaha menenangkan gadis itu, "I'm sorry."


"I'm sorry, Yura." ucapnya berulang kali. Masih dalam posisi memeluk Yura, Kyungsoo mulai menggerakkan pinggulnya, membelah tubuh gadis yang baru saja ia robek.


"Mister! Engh! Se-sebenta- Akh!" Yura meringis kesakitan, ia mendongak dan memohon agar Kyungsoo menghentikan gerakannya walau sebentar, "Akh! Aakh! Enghhh!" tapi, Kyungsoo masih kekeh untuk mengenjot pinggulnya. Tubuh gadis ini seakan candu baginya. Terlalu nikmat dan ranum. Sayang jika dilewatkan begitu saja. Gemas dengan tingkah gadis itu, Kyungsoo meremas kuat kedua gundukan itu, membuat Yura mengerang hebat.


"Ahhhhkkh!"


Plok! Plok! Plok!


"Akh! Aaahhhn ... Aakhh ..."


"Sshhh ... Yes, Yurahh ... Haah."


"Mi-Mister~ Aaahhh ..."


"Aah ... Kau nikmat~" puji Kyungsoo di tengah sodokannya.


"Hhhaah ... Akhh ... Fas-faster ... Akh!"


Rasa perih yang Yura alami kini tergantikan oleh kenikmatan yang luar biasa. Menyadari gadisnya mulai mengerang nikmat, Kyungsoo tersenyum miring, ia menambah laju gerakan pinggulnya, "Dengan senang hati, baby."


Plok! Plok! Plok!


"Aakhhh .... Yes, Mi-Mister~ Aaahhh ..."


"Ugh, kau ... Hhaaah ... Nakal ..."


"Akh! Yes~ Akkhhh~ right there~"


"Moan for me, baby~"


"Aakh ... Akh ... Aaaaakkkkh!" kedua kakinya bergetar, Yura mendongakkan kepalanya saat merasakan sensasi nikmat yang menghantam tubuhnya. Tubuhnya seketika lemas. Tapi, tusukan demi tusukan masih mendera kewanitaannya.


"Aahn ... Ah ... Aakh ..." Yura hanya bisa pasrah, membiarkan pria itu terus menikmati tubuhnya.


🍂🍂🍂


Kyungsoo tak bisa mendeskripsikan apa yang tengah ia rasakan saat melihat wajah damai gadis yang tertidur lelap dibalik selimut. Dengan posisi tidur menyamping dan tangan kanan yang menopang kepalanya. Kyungsoo terus memperhatikan lekuk wajah gadis itu. Sesekali, Kyungsoo mengusap lembut puncak kepala Yura dan menghadiahkan kecupan hangat di dahinya. Aktivitasnya terus berlanjut hingga suara lenguhan keluar dari bibir cherry gadis itu.


"Eungh ..." perlahan-lahan, Yura membuka pelupuk matanya.


"Masih sakit?" Yura menoleh ke samping, memperhatikan Kyungsoo yang masih setia menematinya di ranjang sejak kegiatan panas mereka selesai 1 jam yang lalu.


"He'em." Ia tak bisa menyembunyikan rona merahnya saat melihat Kyungsoo masih berada di sisinya. Tapi, senyumnya luntur saat menyadari Kyungsoo yang terus menatapnya intens. Dalam dan penuh tanda tanya. Seakan di balik manik hitamnya, banyak sekali beban yang ia simpan sendiri, "Mister ..." Yura mengubah posisinya menghadap Kyungsoo, mengelus rahang tegas pria itu, berusaha menerawang apa yang sedang dia pikirkan.


"Yura." Kyungsoo menghela nafas berat, menarik tangan halus yang mengusap rahangnya dan menggenggamnya erat, "Kenapa kau tidak marah padaku?"


"Kenapa kau tidak menamparku dan lari saat itu?"


"Aku sudah mengambil mahkotamu. Tapi, kenapa kau masih bersikap selembut ini?" Yura hanya membalas semua pertanyaan Kyungsoo dengan senyuman. Yang tentu saja membuat Kyungsoo bingung setengah mati.


"Aku ..." Yura menundukkan wajahnya, berusaha menetralkan detak jantungnya, "Sejak pertama kali bertemu Mister. Aku sudah menyukai Mister."


"Menyukaiku?" sahut Kyungsoo, "Tapi, kau tahukan kalau aku sudah bertunangan?"


Yura mengangguk, "Aku tahu itu. Dan Mister enggak perlu mengkhawatirkan apa-apa lagi. Aku tak akan mengacaukan pertunangan Mister."


Kyungsoo tertegun saat mendengar pernyataan Yura. Gadis ini menyukainya, menyerahkan tubuhnya dan mengatakan kalau ia tak akan menuntut apa-apa padanya. Gadis ini benar-benar ...


"Mister pasti berpikir kalau aku gadis gila ya?" Yura terkikik geli saat melihat ekspresi Kyungsoo yang tampak kikuk.


Kyungsoo tertawa pelan, mengusap helaian rambut Yura dan merapatkan tubuh mereka, berbagi kehangatan di tengah masalah pelik yang akan menyapa mereka di masa depan. Kesalahan fatal yang akan menjadi benang merah bagi kedua insan itu, "Ya, kau benar. Kau adalah gadis gila yang berani menggoda dosennya yang akan segera menikah."


END


Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset