Imagine With Us
Forbidden Love (ft. Zhang Yixing — Part 2)
[ Incest, Angst, Romance, Kekerasan, Twoshoot ]
Zaaaassssss!
Jedaaarrrr!
Suara guntur telah mendominasi langit. Begitu pula deru hujan dan sapuan angin yang semakin lama semakin kencang. Hanya beberapa kendaraan beroda 4 atau lebih yang melewati jalan beraspal itu. Saking derasnya, bahkan mereka tak mengindahkan mobil sedan putih yang terparkir di tepi jalan itu ... Sedikit bergoyang.
"Hiks ... Hiks ... Oppah."
"Ssstttt~ nikmati saja, sayang."
"Aahhnn! He-hentikan."
Kedua tangan Sohee sudah dikunci oleh Lay hanya dengan satu tangan. Sementara, tangan yang satunya sibuk bermain di puncak dada gadis itu. Meremas, memelintir, bahkan sedikit menampar buah dada yang masih dalam masa pertumbuhan itu. Meninggalkan jejak kemerahan yang tercetak jelas di atas kulit Sohee yang seputih susu.
"Oppa, aku mohon hentikan." Sohee terisak seraya menggeleng kuat, "Oppa, sadarlah! Kita adalah saudara kandung! Hiks ..."
Lay sejenak terpaku mendengar perkataan Sohee. Ia menatap dalam kedua mata Sohee lalu mendekatkan wajahnya. Dekat. Sangat dekat hingga tak ada jarak diantara mereka. Ujung hidung mereka saling bersentuhan.
"Eungh~" Sohee begitu risih ketika dada bidang kakaknya bergesekan dengan buah dadanya. Memberikan sensasi geli yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Geli dan nikmat disaat yang bersamaan.
"Sohee-ah ..."
Deg! Deg! Deg!
Sohee dapat merasakan jantung kakaknya berdetak kencang sama seperti dirinya. Berpacu gila-gilaan melawan waktu. Seakan, jantungnya tengah berjuang keras melawan perasaan dan gelanyar aneh yang memenuhi seluruh sel saraf tubuhnya.
"Maafkan aku kali ini, Sohee. Maafkan aku. Tapi, sekarang aku sudah tak peduli dengan semua itu." Lay menjeda kalimatnya, ia mengambil nafas dalam kemudian menghembuskannya, menguapkan apa yang telah menganjal didalam relung hatinya selama ini, "Aku Zhang Yixing, pria paling menyedihkan di dunia karena telah mencintai-"
"Adik kandungnya sendiri." Kedua mata gadis itu membulat sempurna, tak percaya dengan apa yang ia dengar. Apa dia tak salah dengar? Lay—kakaknya sendiri—mencintainya?
"O-Oppa, bagaimana bisa ka-" Dan kembali, Sohee terkejut bukan main saat merasakan sesuatu yang basah dan kenyal menempel tepat di atas bibirnya. Lembut namun dalam, menginvasi bibir mungil gadis itu. Untuk kedua kali, Lay menciumnya.
"Nghhhhh!" Semakin lama, ciuman Lay berubah menjadi lumatan. Dengan rakus, Lay mengulum habis bibir mungil Sohee. Seakan bibir itu adalah satu-satunya hal yang bisa membuatnya hidup. Lay memiringkan kepalanya—ke kanan dan ke kiri—mencari posisi yang pas untuk memperdalam ciumannya.
Telinga Lay seakan tuli pada isakan adiknya yang semakin menjadi-jadi. Pikirannya hanya terfokus pada tubuh Sohee yang begitu menggoda dan menggiurkan. Sebut saja dia adalah kakak paling brengsek di dunia. Maki lah dia sepuasnya. Dengan senang hati dia akan menerima itu semua. Lagipula, kakak mana yang tega melakukan hal bejat ini kepada adiknya sendiri?
"Mmmnnhh ... Oppahh ... Nghh." Ya, Lay sudah tahu kalau perbuatannya ini akan berakibat fatal bagi dirinya sendiri maupun bagi adiknya.
Dia—Lay—membiarkan iblis di dalam relung jiwanya bersorak kegirangan menyaksikan tuannya yang telah tertutup kabut hawa nafsu. Rasa sakit yang selama ini dia tahan seorang diri selama bertahun-tahun. Menahan rasa cemburu saat melihat adiknya akrab dengan pria lain. Berusaha menahan kepalan tangannya saat melihat adiknya dipeluk erat oleh Daniel, sahabat karib adiknya. Terlalu menyakitkan jika diingat-ingat.
Menyimpan perasaan terlarang yang membuat hatinya tersiksa. Dan sekaranglah saatnya, ia menuntaskan semuanya, "Ngghhh ... Oppahh ... Enghh ... Se-sesak." ucap Sohee disela lumatannya. Setelah dirasa cukup, Lay melepaskan lumatannya. Memberi jeda satu sama lain untuk menghirup oksigen.
"O-Oppa ... " Sohee terpaku saat kedua matanya menangkap kilat yang menggebu-gebu membara di kedua hazel mata kakaknya. Mata angel yang selalu menatapnya dengan penuh kasih sayang, selalu ada disaat ia membutuhkan sandaran.
Dan Sohee baru menyadari ... Kedua mata itu, begitu memikat. Lay melepaskan cengkramannya, membiarkan kedua tangan Sohee bergerak bebas. Tapi, itu tak berlangsung lama. Sohee mengerang pelan saat Lay masuk ke ceruk leher Sohee, mengecup dan menghisap lembut leher jenjang Sohee. Bibir Lay kemudian naik ke atas, mengulum lembut daun telinga Sohee.
"Aahhnn ... Aahk ... O-Oppah." Sohee hanya bisa menutup kedua pelupuk matanya, menikmati sensasi bibir kissable Lay yang terus memanjakan titik sensitifnya. Tubuhnya tak bisa menolak, sentuhan kakaknya terlalu nikmat.
"Haaah ... Sweety~" Lay menurunkan wajahnya, menatap lapar 2 gundukan lembut yang sudah memerah. Lay menjilat bibir bawahnya, tak sabar menikmati puncak kemerahan itu. Dan yeah ... Seperti dugaannya, 'dia' sangat lembut.
"Ngghhhh! Aaahhnn ..." tanpa sadar, kedua tangan Sohee telah merambah ke atas, memeluk erat leher Lay dan menyisir rambut hitam Lay. Melampiaskan apa yang tengah ia rasakan saat bibir Lay menikmati buah dadanya dengan rakus.
Lay menggigit, menghisap dan menjilat ujung kemerahan itu. Sementara, buah dadanya yang menganggur tak luput dari sentuhan Lay. Selang beberapa menit, Lay menarik wajahnya dari sana. Menatap puas buah dada Sohee yang tampak mengkilap dan sudah dihiasi oleh kissmark buatannya, "Kau sangat cantik, Sohee." gumam Lay, melemparkan kedipan nakalnya kepada Sohee.
"O-Oppa, jangan menatapku seperti itu." kedua pipi Sohee memanas. Astaga, sejak kapan kakaknya berubah menjadi semesum ini?
Atensi Lay beralih ke arah hotpants yang masih melekat ditubuh Sohee. Tanpa aba-aba, Lay segera melepaskan celana itu dan melemparkannya ke kursi pengemudi. Sohee memekik hebat saat menyadari tubuhnya tak lagi tertutupi sehelai benangpun kecuali underwear merah yang ia kenakan.
"Oppa!!" pekik Sohee yang dibalas Lay dengan senyuman manis.
"Kenapa malu, Sohee?" Lay menggigit bibir bawahnya, menatap lapar bagian terlarang Sohee, "Bukankah sewaktu kecil. Sohee suka duduk dipangkuan Oppa?" Nafas Sohee tercekat saat Lay mulai menarik underwearnya dan melebarkan kedua pahanya, "Tidur bersama Oppa?"
Tubuh Sohee menegang hebat saat merasakan terpaan nafas hangat membelai permukaan miss V nya, "Dan yang paling aku suka ..."
"Mandi bersama." Lay mulai mengeluarkan lidahnya lalu menjilat bibir miss V Sohee dari bawah ke atas.
"Aaannhhh! Aahh!" Berulang kali.
"Aaahhh ... Oppaahh." Lidah Lay terus bergerak nakal didalam sana. Begitu panas dan liar. Menikmati lubang kenikmatan Sohee yang terlihat sempit. Sesekali menggigit clit yang tersembunyi dibalik lipatan indah itu. Yang tentu saja membuat Sohee memekik nikmat.
"He-hentikan! Eungghh~ So-Sohee mau pipis~ Aahh ..." Lay tak mengindahkan rintihan adiknya. Lidah Lay terus bergerak didalam sana, semakin cepat dan dalam.
"O-Oppahh! Sto- Aaaaahhhh!" Sohee mengerang nikmat saat cairan bening meleleh dari bawah sana, membasahi pangkal pahanya. Tubuh Sohee yang sebelumnya menegang hebat kini seketika lemas.
"Hm, nikmat." Lay menarik wajahnya dan menjilat sisa-sisa cairan cinta adiknya yang masih tersisa di sudut bibirnya, "Sweet like sugar." Sohee menutup kedua matanya erat, kepalanya terasa pening, sejenak mengatur jalan nafasnya. Suasana hening menyelimuti mereka. Tapi, itu semua tak berlangsung lama ...
"O-Oppa!!?" Sohee membelalakkan kedua matanya saat merasakan sesuatu yang besar dan tumpul berusaha menusuk kewanitaannya, "Aah! Sa-sakit~" Sohee terus merintih kesakitan, kedua mata indahnya kembali dibanjiri oleh air mata. Merasa kasihan, Lay menghentikan gerakan pinggulnya, mengulum lembut bibir mungil Sohee.
Sementara, jari-jari panjang Lay turun ke bawah, bermain-main dengan klirotis adiknya. Mengalihkan rasa sakit Sohee, "Mmmnnhh! Mmnnn~"
"Aahhnnn~" Sohee yang sudah terbuai dengan sentuhan Lay. Tanpa sadar, kedua tangan halusnya sudah mengalung indah di leher kekar Lay, seakan berusaha memperdalam ciuman mereka. Samar-samar, Lay tersenyum saat menyadari adiknya mulai membalas ciumannya.
Setelah dirasa tenang, Lay mulai melepaskan lumatannya, menghentikan permainan jarinya. Menelisik inci demi inci wajah cantik Sohee, "It's your first time, right?" Sohee mengangguk, "Calm down. I'll be gentle."
🍂🍂🍂
"Sayang, apa mereka tak bisa dihubungi?"
"Tidak, sayang. Ponsel mereka berdua mati." Tuan Zhang menghempaskan nafas berat, menarik ponselnya dari daun telinga dan membalas tatapan khawatir istrinya.
"Aigoo! Kemana mereka berdua?" Nyonya Zhang terus saja mondar-mandir, kebiasaannya jika sedang was-was.
"Sudahlah, sayang. Mungkin mereka sedang berteduh disuatu tempat. Kau lihat sendirikan diluar sedang badai?"
"..."
"Semoga saja kau benar, sayang."
🍂🍂🍂
"Oppa."
"Ya, Sohee?"
Sohee menangkup kedua pipi Lay, mengamati wajah tampan kakaknya. Ia tersenyum, "Aku juga mencintaimu, Oppa."
END
