Imagine With Us 2017 Chapter 19 : Obsession (ft. Kim Minseok)

Posted by Lee Yena, Released on

Option

Imagine With Us

Obsession (ft. Kim Minseok)

[ Romance, Adult, Kekerasan, Oneshoot ]


Hari minggu. Hari dimana setiap insan manusia menikmati waktu senggang dengan berbagai cara. Salah satunya mereka, dua orang gadis yang tengah meringkuk malas di atas tempat tidur. Yang satu tengah asyik mengoleskan masker lumpur di seluruh wajahnya, sementara gadis yang satunya sedang mengayunkan jarinya di layar ponsel, sekedar menghilangkan rasa bosan dengan bermain game puzzle.


Kedua gadis itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sampai dimana, salah seorang dari mereka memecahkan suasana, "Eh, Hoon. Udah dengar belum?"


"Dengar apa?"


"Itu ada tetangga baru."


"Hah? Tetangga baru?"


"Iya! Enggak sengaja ketemu pas joging tadi pagi. Ya, ampun, Hoon! Dia sangat tampan! Apalagi tatapannya itu! Tajam banget!"


Kim Eunhoon atau biasa disapa Hoon menghela nafas berat saat mendengar celotehan sahabatnya, Kim Yerim. Hoon terkekeh sambil menggelengkan kepalanya, "Dasar! Semua pria kau bilang tampan. Eh, sekali aku lihat, pfftttt! Biasa aja tuh!"


"Coba mulai sekarang kau periksakan kedua matamu ke dokter. Mungkin ada yang salah disana." tambah Hoon seraya terkikik geli dengan wajah Yerim yang mulai merah padam. Wah, ada yang marah nih. Batin Hoon dalam hati.


"Yak! Kamu aja kali yang buta dengan yang namanya pria tampan di dunia nyata!" Yerim menggeram kesal, perhatiannya teralih kepada benda elektronik berbentuk persegi panjang yang tengah Hoon pegang. Ponselnya Hoon.


Yerim menunjuk Hoon dengan tatapan berapi-api, "Matamu juga buta! Buktinya kau bahkan tak menerima pengakuan cinta si imut Mark Lee karena dia tak setampan idolamu itu!"


"Cih! Memangnya kenapa!? Seleraku itu memang tinggi!" pekik Hoon, tak mau kalah dari Yerim, "Yak! Kim Yerim!" Hoon mengeluh kesakitan saat merasakan sebuah bantal mendarat mulus tepat di atas kepalanya. Dan seperti yang bisa kita duga, terjadi baku hantam yang tak terelakkan disini.


🍂🍂🍂


Kedua mata bulat Hoon terus menyisir berbagai jenis barang yang terpajang rapi di etalase minimarket langganannya. Mulai dari bumbu-bumbu dapur hingga cemilan malam. Semua yang dibutuhkan segera ia masukkan ke dalam ranjang. Tapi, saking asyiknya memilih cemilan yang bertengger di etalase. Hoon menabrak tubuh keras seseorang hingga ia kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat di depan tubuh orang itu.


Garis bawahi ... Tepat di atasnya.


Hoon meringis pelan, ia mengangkat wajahnya dan terkejut bukan main saat menyadari ia telah menimpa seorang pria. Kedua mata Hoon terpaku saat melihat pahatan indah yang tercipta di wajah pria itu. Hoon mengerjabkan kedua matanya berkali-kali. Memastikan apa yang ia lihat ini bukanlah khayalan semata dari drama percintaan yang ia tonton setiap hari.


Tapi, dia salah. Insiden ini nyata. Pria itu nyata. Matanya yang sipit namun dilengkapi dengan hazel mata berwarna coklat gelap, bibir tipis menggoda dan hidung yang Hoon perkirakan lebih mancung darinya. Tubuhnya yang tegap dan keras. Sudah dipastikan, pria dibawahnya ini sangat tampan. Bahkan, Hoon berani bertaruh 100 ribu won bagi siapapun yang berani mengatakan kalau pria ini tak memiliki ABS.


"Ini berat."


"Ma-maafkan aku." Hoon segera bangkit dari posisi 'strategis' nya. Begitu juga dengan pria bermata monolid itu.


"Lain kali hati-hati kalau jalan." sungut pria itu sambil merapikan tatanan kemeja lengan pendeknya yang sedikit berantakan.


Hoon mengelus tengkuknya yang tak gatal lalu menundukkan kepalanya beberapa kali dan menggumamkan kata maaf. Merasa tak enak dengan insiden yang baru saja menimpa mereka, "Maafkan aku. Aku tak sengaja."


"Hm." Pria itu hanya membalas ucapan Hoon dengan gumaman pelan dan anggukan singkat. Ia lebih untuk pergi meninggalkan gadis itu seorang diri. Baru saja 5 langkah ia menjauh, gadis yang baru saja ia tabrak berteriak memanggil dirinya.


"E-eh! Tunggu!"


Pria itu memutar bola matanya sebelum akhirnya berbalik, menatap jengah gadis mungil yang entah mengapa begitu bernafsu untuk berbicara dengannya, "Ada apa Nona? Apa ada barang belanjaanmu yang rusak?"


"Uh? Rusak? Tidak ada." Hoon menggeleng, "Kalau tidak keberatan a-aku hanya ingin tahu siapa namamu."


"Kau ingin tahu namaku?" kening pria itu seketika mengkerut.


"Iya!" jawab Hoon antusias.


Pria itu tersenyum miring saat kedua mata monolidnya menangkap raut bahagia yang terukir jelas di wajah gadis yang baru saja ia temui. Tatapannya begitu polos. Senyum yang terukir di bibirnya juga terkesan natural, tidak ada kepalsuan sedikitpun. Pipi pualamnya yang tampak merah merona saat menatapnya. Belum lagi gelagat malu-malu kucing yang ditunjukkan oleh gadis itu. Benar-benar menarik. Mungkin, ia bisa bermain sebentar dengannya.


Pria itu perlahan mendekati Hoon hingga jarak mereka hanya terpaut beberapa puluh sentimeter, "Baiklah kalau begitu." pria itu menyodorkan tangannya yang tentu saja langsung disambut girang oleh Hoon, "Namaku Kim Minseok. Aku rasa kau lebih muda dariku. Jadi, kau bisa memanggilku Xiumin Oppa."


"Na-namaku Kim Eunhoon. Salam kenal, Xiumin Oppa."


Setelah itu, Xiumin melepas jabatan tangannya, menatap intens kedua mata gadis itu, "Rumahmu dimana? Biar aku antar."


"Ti-tidak usah. Rumahku tak jauh dari sini. Cuma berjarak 2 blok."


"Oh? Benarkah? Berarti kita bertetangga ya."


"Bertetangga?"


Xiumin mengangguk, "Rumahku juga tak jauh dari sini." Dan Hoon tak pernah menyadari. Jika awal pertemuannya dengan pria bermonolid ini adalah awal dari bencana.


🍂🍂🍂


Satu bulan kemudian.


Hoon tak bisa menyembunyikan rona di wajahnya saat melihat pesan singkat dari seseorang. Hoon, aku menyukaimu. Singkat memang. Tapi, hanya dengan sepatah kalimat itu saja sudah cukup untuk membuat gadis bermarga Kim itu bersorak kegirangan. Hingga membuat sahabatnya menggeleng heran.


"Yes! Yes! Yes!! Yuhuu!" Hoon mengangkat kedua tangannya keatas dan meloncat-loncat di atas kasur. Yeri menepuk jidatnya. Astaga, dia semakin parah, "Lihat nih! Sekarang aku resmi pacaran sama Xiumin! Yes! Yes! Enggak jomblo! Enggak jomblo!" seru Hoon.


"Xiumin? Ooh, si tetangga baru yang waktu itu aku bicarakan?"


"Iya, Yeri!" sahut Hoon. Hoon mengeryit heran saat mendapati reaksi Yeri yang terkesan biasa saja bahkan reaksi sahabatnya ini cenderung tak menyukai apa yang baru saja ia ucapkan, "Loh? Kenapa? Kok kayaknya kamu enggak suka kalau aku jadian sama Xiumin?"


Yeri menghela nafas berat, ia menundukkan kepalanya sebentar lalu membalas tatapan bingung Hoon, "Bukankah ini terlalu cepat? Kau baru mengenal pria itu 1 bulan. Setahuku, perasaan cinta tak bisa tumbuh secepat itu."


"Apa maksudmu? Kau mencurigai Xiumin? Ayolah, Yeri! Kamu tahukan kalau Xiumin itu adalah pria yang baik."


"Aku tahu, Hoon. Tapi-" Hoon mendaratkan jari telunjuknya tepat didepan bibir Yeri yang mau tak mau memaksa Yeri untuk sementara menghentikan argumennya.


"Dengar, Yeri! Xiumin itu adalah pria yang baik. Dan satu hal, jangan berprasangka buruk terhadap orang lain. Ok?" Hoon menarik telunjuknya lalu beranjak dari kasurnya, "Sudahlah, aku mau ke kamar mandi dulu."


🍂🍂🍂


"Masuklah, baby." Hati kecil gadis itu tengah diselimuti oleh luapan perasaan indah yang bernama cinta. Bagaimana tidak? Sejak resmi berhubungan dengan Xiumin. Ia sudah dibuat tergila-gila dengan pesonanya yang luar biasa.


Rapi, bijaksana dan penyayang. Belum lagi keahliannya di bidang tarik suara dan memasak. Membuat Hoon semakin mengagumi pria itu. Xiumin benar-benar sempurna. Ah, dia beruntung sekali bisa pacaran dengan pria itu.


"Ini enak."


Xiumin tersenyum tipis saat melihat Hoon dengan lahapnya menikmati spageti yang dia sajikan. Sedangkan Xiumin tak memperdulikan spagetinya yang mulai mendingin. Sedari tadi, fokusnya hanya terarah kepada Eunhoon. Lebih tepatnya kearah bibir mungil Eunhoon yang tampak memerah karena terkena saus tomat. Uh, dia ingin sekali melumatnya.


"Ini jus mangga. Kau sukakan?" Xiumin menyodorkan segelas jus berwarna kuning keemasan itu kearah Hoon. Dengan senang hati, Hoon menggapai gelas itu dan mengucapkan terima kasih kepada Xiumin.


"Aah! Ini segar sekali! Terima kasih, baby! Kok kamu tahu sih aku suka buah mangga? Padahalkan aku enggak ada kasih tahu loh." kekeh Hoon.


"Tentu saja. Aku tahu segalanya tentangmu, baby." Xiumin menyangga rahangnya dengan kedua telapak tangannya, menatap teguh gadis mungil yang tengah memerah tak karuan.


"Hahahah! Kau ini seperti cenayang saja!"


"Aku tak bercanda, baby. Aku serius."


Kau sudah salah kaprah, Hoon. Dia benar-benar serius saat mengucapkan itu. Siapa orangtuamu, siapa teman-temanmu, siapa orang yang paling dibenci, dimana kau tinggal, dimana kau bersekolah, dimana tempat favoritmu, apa kesukaanmu, apa ketakutan terbesarmu. Bahkan, ukuran pakaian dalammu, ia mengetahuinya. Dia benar-benar mengetahui segalanya tentangmu.


Hoon mungkin tak menyadari kalau tatapan Xiumin bukanlah tatapan seorang pria yang tengah dibutakan rasa cinta. Dia tidak mencintainya. Dia terobsesi dengannya. Xiumin akui, ia sudah termakan omongannya sendiri. Niat awalnya yang hanya ingin mempermainkan hati gadis polos itu malah membuat dirinya terperangkap di jurang fantasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.


"Uhm ... Oppa, kepalaku sedikit pusing."


Xiumin tak bisa mengontrol dirinya saat melihat tubuh Hoon yang mulai melemah. Kehilangan kesadaran. Xiumin segera beranjak dari kursinya dan mendatangi Hoon, mengelus lembut puncak kepala gadis itu, "Tenanglah, sebentar lagi pusingnya akan hilang."


Xiumin ingin memiliki gadis itu seorang diri. Hanya untuknya. Tidak ada satu orangpun yang boleh menyentuh Hoon selain dirinya. Dan sebentar lagi, ia akan mendapatkan apa yang dia inginkan.


"Oppa ..." Kelopak matanya terasa begitu berat. Rasa ngantuk yang menghantam tubuhnya benar-benar luar biasa kuat. Ia tak pernah merasakan sensasi seperti ini sebelumnya, "O-Oppa ..."


"..."


"..."


"Kau milikku, Kim Eunhoon."


🍂🍂🍂


'Pusing sekali.'


'Ada apa denganku?'


'Kepalaku ...'


'Kenapa tanganku tidak bisa bergerak?'


'A-aku ... Geli!' Hoon berusaha mengoyak kelopak matanya, sensasi geli yang tak tertahankan membuat tubuhnya merasa tak nyaman. Terutama di bagian dadanya. Hoon merasa seperti ada sesuatu yang basah tengah bermain-main disana.


"Uhm ..." Hoon mengerang pelan saat merasakan gigitan-gigitan kecil mulai menyerang buah dada kirinya. Sedangkan, bagian yang satunya tengah diremas kuat.


"Aaahh!" Hoon membelalakkan matanya. Dan betapa terkejutnya saat mendapati pria yang baru saja menjadi kekasihnya ini sudah telanjang bulat, tak ada satupun pakaian yang melapisi tubuh kekarnya.


"He-Hentikan!" Xiumin menghentikan aktivitasnya sebentar, menarik wajahnya dari dada Hoon dan menatap wajah gadisnya dengan tatapan dingin.


Xiumin mengikis jarak di antara mereka. Ia menahan dagu Hoon dan mulai menyatukan bibir mereka. Melumat bibir atas dan bawah gadis itu secara bergantian. Xiumin mulai mengerang saat menyadari Hoon masih kukuh tak membalas lumatannya. Ya, sudah. Ia cubit saja putingnya.


"Aaahk!" Hoon merintih kesakitan saat Xiumin mencubit ujung buah dadanya. Yang tentu saja tak di sia-siakan oleh Xiumin. Xiumin mulai memasukkan lidahnya, mengobrak-abrik isi mulut Hoon yang terasa manis. Setelah puas, Xiumin melepaskan tautan bibirnya dan mengusap sudut bibir Hoon yang basah karena cairan saliva.


"Bibirmu manis. Aku suka." Nafas Hoon tercekat, tubuhnya bergetar hebat, tatapannya benar-benar berbeda. Dia bukanlah Xiumin yang ia kenal.


"Oppa, apa yang kau lakukan!?" Pekik Hoon seraya menarik kedua tangannya. Hoon semakin panik saat menyadari kedua tangannya terikat oleh tali. Serta tubuhnya yang tak tertutupi apapun. Hanya kedua kakinya yang dibiarkan bebas.


"Apa yang aku lakukan? Tentu saja aku tengah menikmati tubuh kekasihku."


Apa dia bilang? Menikmati?


"Kau gila, Xiumin! Kau gila! Lepaskan aku!" Xiumin tertawa sumbang, melihat perlawanan gadisnya yang sia-sia. Gadisnya itu terus saja meronta, berusaha menendang tubuhnya dan menarik kedua tangannya yang sudah terikat kuat di masing-masing tiang ranjang. Ah, lucu sekali. Sangat menyenangkan.


"Xiu-Xiumin! Stop!" Hoon memekik keras saat Xiumin mulai membuka lebar kedua pahanya. Memperlihatkan apa yang selama ini tak pernah tersentuh oleh siapapun.


"Ja-jangan!" Spontan, Hoon berusaha mengapitnya kembali. Tapi, sayang. Tenaganya masih kalah jauh dengan Xiumin. Hoon membulatkan matanya saat melihat sesuatu yang mengerikan tengah menegang. Ditambah ukurannya yang tak bisa dibilang kecil. Membuatnya ngeri. Hoon mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tak sudi berlama-lama menatap benda nista nan menjijikan yang dimiliki oleh pria itu.


"Baiklah, kalau begitu. Aku akan bermain dengan kasar." Xiumin mulai memposisikan juniornya di depan bibir kewanitaan milik gadis itu. Hoon menangis saat merasakan bagian inti tubuhnya mulai dimasuki oleh benda asing.


"He-hentikan!"


Satu dorongan.


"Aah! Akh! Sa-sakit!"


Dua dorongan.


"Xiu-Xiumin! Aaaaakkkhhh!"


Tepat di dorongan terakhir. Xiumin berhasil memasuki tubuh Hoon seutuhnya. Membobol selaput dara yang menjadi penanda kalau dirinya adalah seorang perawan. Tapi, kini Kim Eunhoon bukan lagi seorang gadis.


"Hiks ... Hiks ..."


Xiumin begitu geram saat melihat Hoon yang terus saja menangis. Hoon lebih memilih memalingkan wajahnya dari pada menatap kedua matanya. Apa yang salah? Bukankah dia adalah kekasihnya? Harusnya ia senang bukan?


"Berhenti menangis." Hoon tak memperdulikannya. Tangisannya semakin kencang, "Aku bilang berhenti menangis!"


"Aakhhh!" Hoon berteriak saat Xiumin menarik dan menghantamkan kejantanannya dengan kasar. Tak peduli dengan cairan kental berwarna merah pekat yang merembes diantara selangkangan gadisnya dan rintihan gadisnya. Xiumin terus saja memompa kejantanannya di liang sempit itu.


"Aah ... Ahh ... Oppah ... Sa-sakit ..." Hoon menggigit bibir bawahnya. Kejantanan Xiumin yang berukuran jumbo seakan tengah membelahnya. Menusuk kewanitaannya tanpa belas kasihan, "Aakh! Aakh! Aakh! O-Oppah! Akh! Aaah!"


Mendengar desahan Hoon, Xiumin seketika menyeringai. Dia mulai menikmatinya. Xiumin mulai mempercepat tempo gerakannya. Membuat tubuh Hoon terlonjak hingga menyentuh kepala ranjang, "Aah! Aah! Aah! Xiu ... min ... Oppah ... Aah! Aah!"


"Aah ... Ugh ... Nikmat bukan? Ugh ... Kau ... Hah ... Sempit sekalihh!" Xiumin meracau nikmat lalu melumat buah dada Hoon yang memantul indah.


"Oppah! A-aku akan keluar! Aaakh!" Tubuh Hoon mulai menegang, tubuhnya bergerak gelisah. Keringat mengucur deras dari tubuh mereka berdua. Dan tak lama, Hoon mengerang hebat. Melepaskan apa yang telah tertahan di bagian bawah perutnya. Orgasme pertamanya.


Sementara Xiumin yang belum mencapai pelepasan masih betah mengenjot kejantanannya di dalam sana. Liangnya yang begitu ketat dan sempit. Memberikan kenikmatan tersendiri baginya. Berbeda dari gadis jalang yang biasa ia sewa setiap akhir pekan. Iya, Kim Eunhoon memang berbeda. Dia bukanlah wanita murahan yang mungkin dengan senang hati menawarkan tubuhnya untuk ditiduri. Dia adalah gadis polos yang telah jatuh ke dalam genggaman pria brengsek sepertinya.


"Aah! Aah! Hoon-ah!" Dan pria brengsek ini telah membiarkan benih keturunannya bersarang di rahim gadis bermarga Kim itu. Dan Xiumin berani menjamin, benihnya nanti akan tumbuh menjadi bayi yang sehat dan cerdas seperti dirinya. Lalu mereka berdua akan merawatnya dengan sepenuh hati dan hidup bahagia selama-lamanya. Indah sekali bukan?


"Haah ... Haah ..." Xiumin menyangga tubuh kekarnya dengan kedua tangannya. Jika tidak, mungkin saja tubuh besarnya akan langsung menindih tubuh mungil gadis itu. Xiumin mengecup lembut bibir Hoon, ia tersenyum, "Kau tahu? Aku sudah tak sabar menanti buah cinta kita berdua, baby."


END


Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset