Imagine With Us 2017 Chapter 2 : Between Two Heart (ft. Oh Sehun)

Posted by Lee Yena, Released on

Option

Imagine With Us

Between Two Heart (ft. Oh Sehun)

[ Romance, Adult, Sad, Kekerasan, Oneshoot ]


Malam menggema ditaburi oleh bintang-bintang yang berkedip. Suara halus binatang malam memenuhi gelapnya angkasa. Bulan memancarkan sinarnya, malu-malu menyinari 'kegiatan' mereka dibalik jendela yang terbuka. Sepasang manusia berbeda jenis kelamin yang tengah memadu kasih diatas ranjang.


Ranjang terus berdecit, seakan mengatakan betapa ganas kegiatan yang mereka lakukan. Tanpa busana, saling menindih, saling mendesahkan dan bercumbu. Menikmati sensasi tubuh mereka masing-masing.


"Aaah ... Aah ..."


"Ugh ... Yoona."


"Aaah ... Aaah ... Terus ..."


"Shit ... Ugh ..."


"Aaah ... Aah ... Sehuun!"


Pria bermarga Oh itu terus memompa miliknya keluar masuk ditubuh wanita itu. Sesekali mengulum lembut kuping wanita dibawahnya. Tanpa memperdulikan cuaca dingin yang menusuk tulang. Sementara wanita berparas menawan bak dewi Yunani itu tak henti-hentinya mendesah. Tangannya bergelut manja di leher kokoh pria itu. Menikmati sentuhan liar pria tampan di atasnya.


"Yoona ... Aku ... Aakh ..."


"Aaaah ... Sehuun~"


Hanya erangan kenikmatan yang terdengar dari balik jendela. Tanpa memperdulikan apapun atau siapapun diluar sana. Sehun terus bergerak liar. Hingga akhirnya mereka bersatu dalam kenikmatan duniawi.


🍂🍂🍂


Oh Sehun, pria berpostur tinggi dan kulit seputih porselen tengah menyandarkan kepalanya pada telapak tangannya. Memandang lurus pada punggung polos wanita di sebelahnya.


Senyum hangat terus terukir dibibirnya. Tangan besarnya terulur, mengelus helaian rambut berwarna hitam pekat milik kekasihnya. Tanpa berniat ingin membangunkan wanita bernama lengkap Im Yoona. Wanita cantik yang berhasil memikat hatinya. Usia bukanlah masalah bagi seorang Oh Sehun. Walaupun usianya dan Yoona terpaut 4 tahun—Sehun 23 tahun dan Yoona 27 tahun—tetapi itu tak pernah menghalangi jalinan kasih mereka. Hingga sekarang.


Kegiatannya sedikit terganggu saat melihat ponselnya yang ia letakkan tak jauh dari tempatnya terbaring berdering. Menandakan sebuah panggilan masuk. Dengan sigap, Sehun segera menggapai ponselnya. Matanya membulat sempurna saat melihat siapa yang tertera disana.


'Ibu?'


Tiiit!


"Ibu? Ada apa?"


"Sehun." Sehun mengernyitkan alisnya saat mendengar suara sang ibu yang bergetar hebat.


"Ibu? Kau menangis?" Sehun merubah posisi santainya menjadi posisi duduk yang tak pelak memperlihatkan dada bidangnya.


"Hiks ... Sehun. Ibu mohon datanglah ke rumah sakit Gyong Do sekarang."


"Apa? Ke rumah sakit?"


"Ibu mohon cepatlah kemari! Ayahmu sedang kritis."


"Baiklah ibu! Aku akan segera kesana."


Tiiit!


Dengan langkah cepat, Sehun segera bangkit dari ranjangnya. Matanya tertuju pada pakaiannya yang tergeletak sembarang di lantai. Ia segera memungutnya dan memakai seluruh pakaiannya. Sesaat ia menolehkan kepalanya, memandang lekat tubuh polos Yoona yang terbias sinar rembulan. Ia melangkah pelan, mendekati wanita itu.


Cups!


Kecupan hangatpun mendarat dipuncak kepala Yoona, "Aku pergi dulu, sayang." bisiknya sebelum pergi meninggalkan wanita yang masih menikmati tidur malamnya.


🍂🍂🍂


Tak ada yang bisa mengambarkan bagaimana perasaannya sekarang. Melihat seorang pria paruh baya yang menghabiskan seluruh hidupnya hanya untuk membahagiakan keluarga kecilnya terbujur kaku diatas kasur rumah sakit. Hanya garis lurus yang terpajang di layar monitor. Alat bantu kehidupan telah dicabut. Wajah pria berumur uzur itu tampak damai dalam tidur panjangnya. Keadaan yang berbanding terbalik dengan mereka, keluarga kecil yang ia tinggalkan untuk selamanya.


Oh Sehun, pria yang selalu memasang topeng dinginnya tak kuasa membendung air mata. Tak henti-hentinya ia menangis dipelukan sang ibu. Melampiaskan seluruh perasaannya. Hanya kata maaf yang sanggup keluar dari bibir tipisnya. Kata maaf yang ia tunjukan pada sosok pria hebat yang diberi amanat oleh Tuhan sebagai seorang ayah. Dan untuk pertama kalinya, seorang Oh Sehun menyalahkan dirinya sendiri.


"Sehun sudahlah nak. Semua sudah terjadi." Nyonya Oh berkali-kali menepuk pundak anaknya. Berusaha menghibur anak semata wayangnya yang kini telah menginjak dewasa. Demi buah hatinya, ia harus tegar.


Perlahan, Sehun melepaskan pelukannya sembari mengusap air mata yang tak henti menetes. Nyonya Oh menarik nafas pelan, "Sebelum ayahmu meninggal. Dia menitipkan pesan pada ibu."


Spontan Sehun mendongak dan membalas ibunya dengan pertanyaan, "Pesan?"


"Dia meminta ibu untuk menjodohkan mu dengan anak rekan bisnisnya. Kau tahukan keluarga Kim Hyun Joong?" Sehun terdiam, "Dia hanya meminta itu pada ibu."


"Tapi ibu." Sehun mulai angkat bicara, "Ibu tahu kan kalau aku sudah memiliki kekasih?"


"Ibu tahu sayang. Tetapi bisakah kau menuruti ibu?"


Sehun tak habis pikir, bagaimana bisa semua hal ini terjadi secara bersamaan? Bagai terkena petir disiang bolong atau peribahasa sudah terjatuh tertimpa tangga mungkin tepat disandangkan padanya. Ayahnya meninggal, kenyataan telak yang ia harus terima. Dan lagi, soal perjodohan yang tiba-tiba kembali menghantam dirinya, "Ibu, bagaimana bisa aku meninggalkan Yoona!? Apa tak ada yang bisa kulakukan selain itu?"


"Ibu mohon, ini untuk terakhir kalinya. Turuti permintaan ayahmu."


🍂🍂🍂


Mereka saling melempar pandangan. Wajah Yoona tampak mengeras. Hanya tatapan tajam yang bisa wanita itu berikan pada pria didepannya. Atas apa yang telah pria itu utarakan padanya, "Apa!?"


"Maafkan aku Yoona." Sehun menarik nafas, "Sekali lagi aku minta maaf atas segalanya. Lagipula kau cantik. Aku yakin pasti akan banyak pria yang tertarik padamu nanti."


Plak!


Satu tamparan keras menghantam pipi pria tampan itu. Meninggalkan bekas kemerahan disana. Air mata Yoona yang sedari tertahan tumpah ruah membasahi wajahnya. Ia tak menyangka, hubungannya selama 2 tahun kandas ditengah jalan karena wasiat 'bodoh' itu.


"Oh Sehun! You're jerk!" Yoona menghentakkan kakinya, ia berbalik. Meninggalkan Sehun yang masih menatapnya sendu. Sehun memilih bungkam. Sesekali ia mengelus bekas tamparan yang masih terasa hangat dipipinya.


Sungguh. Ini bukan kemauan dirinya. Ini adalah keinginan kedua orang tuanya. Dua orang yang amat penting dalam hidupnya. Dia tak punya pilihan lain, selain mengakhiri hubungannya dengan Yoona, "Maafkan aku Yoona." bisiknya.


🍂🍂🍂


1 bulan kemudian.


Cuaca begitu cerah. Langit biru membentang, memenuhi kota Seoul dengan keindahannya. Tak lupa semilir angin yang menggelitik rambut hitam milik pria 'vampir' berkaos putih itu. Oh Sehun, pria itu tersenyum saat matanya menerawang, mengagumi indahnya interior kafe yang begitu unik. Lampu hias bertema musim panas bertebaran. Menghiasi langit-langit kafe dengan sentuhan khas musim panas.


Sementara itu, di depannya tengah duduk seorang gadis cantik bersurai pirang berumur 20 tahun tengah fokus meneliti buku menu yang tengah ia pegang sekarang, "Oppa? Kau mau pesan yang mana?"


"Aku chocolate latte saja." ucap Sehun.


"Mau makan?"


Sehun menggeleng, "Tidak. Aku tak lapar."


Gadis itu segera mengangkat tangannya, memanggil pelayan dan memesan menu yang ingin mereka nikmati. Tak lama pelayan pun datang dan mencatat pesanan mereka. Kemudian meninggalkan meja tempat mereka bersantai.


Kim Rae Hee atau akrab disapa Rae. Nama gadis yang akan dijodohkan dengannya. Sehun mengakui, gadis didepan nya lumayan imut. Dengan bibir cherry dan pipi chubby yang dimilikinya. Jangan lupa postur tubuhnya yang lumayan mini—hanya setinggi dadanya—menambah kesan cute pada diri Rae. Sangat berbeda dengan mantan pacarnya yang terlahir dengan karakter wajah wanita dewasa.


Rae mengalihkan pandangannya pada Sehun. Pria tampan yang berhasil mencuri hatinya sejak pertama kali bertemu di rumah orang tuanya. Sehun bangkit dari kursinya saat merasakan perutnya sedikit bermasalah, "Rae, aku ke belakang sebentar ya."


"Hm, baiklah Oppa." Dengan langkah cepat, Sehun meninggalkan Rae sendirian dikursi. Mencari dimana letak kamar mandi yang tersedia di kafe ini. Sehun bernafas lega saat keluar dari kamar mandi. Kurang lebih 10 menit ia berdiam diri disana. Ia berdecak kesal, perutnya memang tak bisa di ajak kompromi dalam urusan 'ampas'.


"Dasar kau sialan! Rasakan ini!"


Plak! Plak!


Sehun terhenyak mendengar suara teriakan dari luar. Ia terdiam sejenak. Matanya menyempit. Suara ini begitu familiar di telinganya. Tidak! Dia kenal suara ini.


"Yoona!" Sehun terkejut saat matanya menyaksikan apa yang dilakukan oleh mantan kekasihnya. Yoona menarik kasar helaian rambut Rae. Tanpa memperdulikan tatapan tajam dari beberapa pelayan yang memperhatikannya. Sedangkan, Rae meringis kesakitan.


Kedua tangan Rae mencengkram erat tangan Yoona. Sekuat tenaga melepaskan cengkraman tangan Yoona dari rambutnya. Jejak kemerahan tergambar di kedua pipinya. Bahkan Sehun dapat dengan jelas melihat cairan bening mengalir deras dari pelupuk mata tunangannya. Rae menangis.


"Hiks, lepaskan!" rengek Rae. Tidak, ia tak boleh membiarkan Rae tersakiti lebih dari ini. Dengan sigap, Sehun menarik tangan Yoona kasar. Yang mau tak mau memaksa Yoona melepaskan cengkaraman tangannya.


"Yoona! Apa yang kau lakukan!?" gertak Sehun.


"Memangnya kenapa! Apa aku tak boleh menyakiti orang yang sudah merebut kekasihnya!?" teriak Yoona tak kalah nyaring.


Sehun menghempaskan pergelangan tangan Yoona kasar. Seraya memberikan tatapan tajam atas apa yang wanita itu katakan tadi, "Kita sudah lama selesai. Kau tahu itukan?" ia mengepalkan tangannya, "Dan jangan sakiti dia dengan tanganmu itu Yoona atau kau akan terima akibatnya." desisnya.


"Ka-"


"Ayo Rae! Kita pulang!" potong Sehun seraya menarik pergelangan tangan Rae, meninggalkan Yoona yang masih terpaku menatap tajam dirinya.


🍂🍂🍂


Sehun mempercepat laju mobilnya. Ia memutuskan untuk pergi ke apartemen pribadinya. Tak ada percakapan berarti, hanya suara radio yang setia mengisi kekosongan diantara mereka berdua. Kini mereka tengah bersantai diruang tengah, ditemani TV LCD berukuran besar yang menampilkan kartun komedi favorit Oh Sehun, Larva.


Dengan lembut, Sehun mengompresi pipi Rae dengan kain yang dibasahi air es. Menghilangkan rasa perih akibat tamparan yang tadi gadis itu terima, "Apa masih sakit?"


Rae menggeleng, "Tidak. Ini sudah agak mendingan."


Sehun menghentikan kompresannya. Menatap lekat wajah Rae, mencoba membaca mimik wajah Rae yang masih menyimpan rasa perih di hatinya.


Cups!


Tanpa aba-aba, Sehun menempelkan bibirnya. Tangan kanannya naik, menekan tengkuk Rae guna memperdalam ciumannya. Sementara Rae hanya terdiam. Otaknya masih berusaha mencerna apa yang tengah terjadi diantara mereka. Tangan kirinya yang tadi menganggur tak tinggal diam, ia bergerak. Memeluk pinggang Rae hingga tubuh mereka saling menempel. Nafas Sehun memberat saat merasakan dua benda kenyal berukuran sedang yang menekan dada bidangnya.


"Hhhmmm!" Sehun semakin ganas, ia memasukkan lidahnya. Bermain-main di dalam rongga mulut gadis itu. Tak lupa ia juga melumat habis bibir Rae, menikmati sensasi manis strawberry yang ia rasakan saat mengecap bibir Rae.


"Haaah ..." Sehun melepas tautan bibirnya, meninggalkan salivanya yang perlahan meleleh keluar dari bibir Rae. Sebuah seringai mengembang di bibir Sehun saat menyaksikan Rae yang tampak terkejut dengan lumatannya tadi.


"Kau manis." Sehun kembali melumat bibir Rae tetapi kali ini lebih lembut. Tanpa ada rasa menuntut. Perlahan Sehun menidurkan tubuh Rae diatas sofa dan semakin memperdalam ciumannya. Lalu tangannya bergerak, meremas gunung kembar yang masih terbungkus pakaian dari luar.


"Uummh ..." desah Rae tertahan diujung lidah karena ciuman Sehun yang mendominasi bibirnya. Sehun semakin menggila, tangannya dengan kasar menarik kaos merah yang Rae pakai. Meninggalkan bra hitam yang masih menangkup dada gadis itu.


Craak!


Kaos merah yang Rae kenakan sukses terkoyak menjadi dua bagian. Sehun melemparkannya asal kelantai sembari menatap lapar dua gundukan didepannya. Sehun kembali menerjang tubuh Rae, meninggalkan banyak kissmark di leher Rae. Mengecap tubuh ranum gadis itu sebagai miliknya.


"Aaah ... Aah ... Oppahhh." desah Rae seraya mengalungkan tangannya dileher Sehun. Seakan meminta Sehun untuk memberinya lebih. Tak lupa, Sehun juga menanggalkan bra hitam yang dikenakan Rae. Membebaskan dua gundukan menggoda yang sedari tadi menggoda hasratnya.


Sehun menelusuri payudara Rae, mencium dan menjilat pucuk dada Rae yang tampak mengeras. Gemas, ia memasukkan dada Rae dalam mulutnya. Melumat dan terkadang menghisap kuat dada kanan Rae. Sementara, salah satu tangannya meremas dada kiri Rae.


"Aah ... Aah ..." Rae mengerang, ia meremas rambut Sehun. Seakan darahnya ikut tertarik kedalam hisapan Sehun. Hisapannya kemudian berpindah ke dada kirinya. Menikmati dada gadis yang sebentar lagi akan menyandang marga yang sama dengannya.


Oh Rae Hee. Bagus bukan?


Rae yang memakai rok selutut semakin mempermudah gerakan Sehun. Tangan kanannya mengelus paha Rae dengan gerakan sensual. Gerakannya lalu merambat ke atas. Tanpa melepaskan rok Rae, Sehun menarik underwear tipis yang Rae kenakan. Menyisakan rok putih yang menutupi pangkal pahanya.


"Aah ... Se-Sehun Oppa!" Rae memekik saat merasakan jari-jari besar Sehun menerobos masuk kedalam kewanitaannya. Bergerak maju mundur di dalam sana. Gerakan jari Sehun semakin lama semakin cepat tanpa jeda sedikitpun.


"Aah! Aah! Ak-Aku mau pipis! Aaaaakh!!"


"Keluarkan saja sayang."


"Aaaaah!! Oppa!"


Hingga akhirnya cairan bening mengalir deras. Membasahi jari-jari Sehun dan sofa dibawahnya. Sehun segera mencabut jarinya dari sana. Lidahnya bergerak, menjilat sisa cairan cinta Rae yang masih menempel di kedua jarinya. Nafsunya sudah diambang batas. Sehun segera bangkit dan melepaskan ikat pinggangnya, menurunkan celana jeans dan boxer nya sekaligus. Mempertontonkan kejantanannya yang telah mengeras.


Sehun kembali menindih Rae dan memposisikan kejantanannya yang berukuran 'tak wajar' di depan kewanitaan Rae. Sehun mengecup dahi Rae dan menempelkan hidungnya di hidung Rae, "Bersiaplah, Rae. Aku akan memasukimu." Sehun menekan kejantanannya, memaksa miliknya menerobos masuk ke dalam sana.


"Aah! Sa-sakit." rintih Rae.


Tetapi, bukannya berhenti. Sehun malah semakin bergerak maju. Sehun terengah saat merasakan miliknya yang diapit kuat oleh vagina Rae. Dengan sekali hentakan kuat, Sehun berhasil membenamkan miliknya didalam tubuh Rae.


"Aaakh!" Rae memekik seketika. Ia merintih kesakitan saat merasakan tubuhnya yang seakan robek menjadi dua. Darah segar mengalir dibawah sana. Menandakan Rae tak lagi menyandang status perawan.


"Raehh ..." Sehun melumat bibir Rae, berusaha mengalihkan rasa sakitnya. Perlahan, Sehun menggerakkan miliknya didalam sana. Tanpa melepas tautan bibir mereka. Setelah dirasa Rae telah tenang. Sehun melepas lumatannya dan kembali menghantam kewanitaan Rae dengan miliknya dalam tempo stabil.


"Aah ... Aah ... Oppa." rintihan Rae kini tergantikan oleh desahan nikmat. Suara itu seakan menjadi candu untuk Sehun. Ia semakin cepat memompa miliknya dibawah sana. Menimbulkan suara tabrakan alat kelamin yang memenuhi ruangan.


"Aaah! Aah! Oppa!"


"Rae ... Ugh ... Sempit sekali." lenguh Sehun seraya mempercepat sodokannya dibawah sana. Sehun mencengkram pinggul Rae kuat saat merasakan dirinya yang sebentar lagi akan segera meledak.


"Aaaah!" Sehun memperdalam sodokannya saat merasakan pelepasan yang sudah tak tertahankan. Gerakannya melambat dan terakhir, Sehun membenamkan miliknya di bawah sana.


"Aaaaaah!" Rae mendesah hebat saat merasakan cairan hangat memenuhi rahimnya. Hingga sebagian kecil merembes keluar. Kini ia secara tak resmi ia telah menjadi milik Oh Sehun.


END

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset