Imagine With Us 2017 Chapter 9 : Noisy Neighbor (ft. Byun Baekhyun) [1/3]

Posted by Lee Yena, Released on

Option

Imagine With Us

Noisy Neighbor (ft. Byun Baekhyun — Part 1)

[ Kekerasan, Romance, Hurt, Adult, Threeshoot ]


Yoo Cheonsa, gadis cantik yang sekarang genap berumur 17 tahun kini sedang meringkuk di atas kasur empuknya. Ia memilih hidup mandiri sejak dibangku SMA dengan tinggal di apartemen kecil yang letaknya tak jauh dari sekolahnya, International High School of Fashion Art. Salah satu sekolah elit Korea yang mengajarkan anak didiknya tentang perkembangan dan desain baju dunia.


"Ugh ... Ini sudah malam." lirihnya. Cheonsa mengeratkan bantal berukuran sedang yang menutupi daun telinganya dari suara-suara aneh yang menembus dari dinding tembok kamarnya. Ia berdecak kesal. Seharusnya malam ini ia dapat beristirahat dengan tenang. Mengistirahatkan tubuhnya yang begitu lelah akibat kegiatan bersih-bersih di sekolah tadi. Tapi tampaknya tak akan berjalan mulus karena kegiatan panas yang tengah dilakukan oleh tetangga sebelahnya.


"Mnnhh Baek ... Aaah ..."


"Kau sempit sekali Noona ... Ugh ..."


"Aaah ... Aah ... Baekhyun ... Faster ... Akh ..."


"Your wish, Noona."


"Aakh ... Aakh ... Yes ... Aaakh ..."


"Aaakh ... Baby ... Akh ... Ugh ..."


"Aakh ... Aakh ... Harder ... Baek ... Aakh ..."


Brak! Brak!


"Sialan! Kalian bisa diam tidak sih!?" Dengan kasar, Cheonsa beberapa kali menghantamkan tendangannya kearah dinding kamar apartemennya yang tepat berada didekat ranjangnya—lebih tepatnya ranjangnya yang berada disamping dinding semen itu. Sialan, apartemen miliknya tidak memiliki kedap suara. Wajar saja. Sesuai dengan harganya.


"Aku juga mau tidur!" teriaknya lagi. Cheonsa menghempaskan nafas kasar lalu kembali meringkuk diatas kasurnya. Berharap agar suara-suara itu segera berhenti. Tapi, suara itu malah semakin menjadi-jadi. Cheonsa akhirnya menyerah. Ia segera mengambil smartphone kebanggaan Korea Selatan yang tergeletak di atas lemari kecil yang letaknya tak jauh dari ranjangnya. Cheonsa memasang headset di kedua telinganya lalu menekan layar ponselnya, memilih lagu yang bisa membangkitkan gairah tidurnya semakin kuat dan memutarnya dalam volume maksimal.


🍂🍂🍂


"Uhm ..." Cheonsa meringis kesal. Sudah lebih dari dua jam ia terbaring di atas kasur. Pelupuk matanya tak mau tertutup. Berganti posisi tidur dan mencoba membaca buku pelajaran yang biasanya ampuh membuat mata setiap siswa tertidur di dalam kelas. Tapi tetap saja tak ada yang berhasil.


Ia merangkak keluar dari selimut tebalnya. Mungkin dengan segelas susu. Semuanya akan segera membaik, pikirnya. Dengan langkah sedikit gontai, Cheonsa melenggangkan kakinya menuju dapur dan membuka kulkas.


"Sialan." Cheonsa menggeram. Ternyata persedian susunya telah habis. Cheonsa menghela nafas berat. Ia heran, kenapa semua hal yang menurutnya begitu menyebalkan bisa terjadi dalam selang beberapa jam saja.


🍂🍂🍂


Sepasang manusia berbeda gender sedang bergelayut manja di atas ranjang. Helaian rambut pirang wanita itu tergerai indah diatas seprai. Sedangkan kepalanya bersandar diatas lengan kekar pria di sebelahnya. Hanya terbalutkan selimut tebal, menutupi tubuh polos mereka berdua.


"Baekhyun." wanita itu memutar-mutar jarinya diatas dada pria berwajah imut itu, Byun Baekhyun. Pria berwajah tak sinkron dengan umurnya yang kini telah menginjak 25 tahun.


"Hm? Kenapa Taeyeon?"


"Tetanggamu berisik sekali ya." wanita itu mengerucutkan bibirnya, "Mengganggu kita saja." gerutunya.


Baekhyun tertawa, "Sudah jangan dipikirkan. Mungkin kita saja yang terlalu ganas."


Taeyeon bersemu merah saat mengingat percintaan mereka tadi, "Dasar byuntae." kekeh Taeyeon lalu menenggelamkan kepalanya di dada bidang Baekhyun.


Tetangga di sebelahnya. Baekhyun mencoba mengingat-ingat siapa orang yang menjadi tetangganya itu. Ah, Yoo Cheonsa. Gadis cerewet yang ia kenal tiga bulan lalu saat pertama kali dia pindah ke apartemen ini. Gadis dengan pribadi yang ceria namun begitu cerewet dan menyebalkan.


Tapi, untuk ukuran seorang gadis. Dia juga lumayan ... Manis. Begitu pikirnya. Baekhyun tertawa pelan. Hei Byun Baekhyun, sejak kapan kau mulai memperhatikan gadis itu?


Taeyeon menatap Baekhyun heran, "Baekhyun apanya yang lucu?"


"Tidak. Tidak ada apa-apa." sanggah Baekhyun. Sebelum kembali mencium kening wanita yang menjadi partner kerja sekaligus partner sex nya, Kim Taeyeon.


🍂🍂🍂


Baekhyun mengerjabkan matanya berulang kali. Perlahan ia merenggangkan tangannya keatas. Ia bergerak agak pelan. Berusaha agar pergerakannya tidak membangunkan wanita yang tengah tertidur pulas disebelahnya. Dia bangkit. Pria itu mengusap pelupuk matanya dan menoleh kearah jam digital diatas nakas lemari kecil tak jauh dari ranjangnya.


Jam 2 dini hari. Baekhyun mengusap wajahnya seraya menghela nafas berat. Ia kembali mencoba untuk menutup pelupuk matanya. Tapi tampaknya, saraf matanya kali ini tidak mau menuruti kehendaknya. Dengan sangat amat terpaksa, Baekhyun beranjak dari sisi ranjangnya. Mengambil pakaian nya yang berceceran di atas lantai dan memakainya satu persatu.


Mungkin berjalan-jalan sebentar tak masalah, begitu pikirnya. Baekhyun melangkahkan kakinya, menarik ganggang pintu dan menutup pintunya pelan-pelan seraya mengintip dibalik celah pintu. Memastikan wanita yang tengah tertidur pulas di atas ranjangnya tak terganggu dengan suaranya.


Ceklek!


Baekhyun bersiul kecil, sesekali menendangkan sepatu berlogo adidas miliknya ke udara. Mengisi kekosongan yang menyeruak memenuhi lingkungan sekitarnya. Benar-benar sepi, pikirnya. Ia menggeleng pelan. Bodoh! Ini jam dua pagi, tentu saja belum ada orang yang bangun jam segini. Batinnya mencelos.


Ia terus melangkah ke arah tangga apartemennya. Melenggangkan kedua kakinya menuruni tangga hingga mencapai lantai paling dasar. Udara dingin mulai menusuk kulit, membuat pria bermarga Byun itu semakin mengeratkan jaket kulit berwarna hitam yang ia kenakan. Sesekali ia menoleh ke belakang. Menatap waspada area sekitar. Bisa saja tiba-tiba ada segerombolan orang aneh yang akan mencari masalah dengannya.


Dia paling tidak suka dengan yang namanya perkelahian. Ia bukanlah tipe pria yang gemar menggunakan cara kekerasan, kecuali jika ia dalam keadaan terpaksa. Atau disaat moodnya sedang tak bagus. Ia terus melangkah, menyusuri trotoar pejalan kaki seraya menggumamkan lagu favoritnya. Sampai indera pendengarannya menangkap lengkingan suara seorang gadis.


"Toloooong! Akh! Tolooong aku!"


Dengan sigap, Baekhyun segera mengikuti sumber suara. Ia berlari, melewati trotoar jalan yang sedikit basah karena hujan beberapa jam yang lalu. Suaranya pasti tak jauh dari sini, pikir Baekhyun. Baekhyun mempercepat langkahnya. Suara itu terdengar semakin jelas. Baekhyun bersembunyi dibalik dinding bangunan didepannya. Mengintip apa yang sebenarnya terjadi di seberang sana.


"Tu-tuan aku mohon maafkan aku. A-aku tak sengaja." lirih gadis itu.


"Kau tak bisa dimaafkan gadis kecil." dan tak lama sebuah tendangan kasar mendarat di tubuh mulus gadis itu.


Buagh! Buagh!


"Akh! A-ampun!"


Mata Baekhyun membulat sempurna saat matanya berhasil menangkap apa yang tengah terjadi sekarang. Terlihat seorang orang pria yang menggunakan masker hitam dan berpakaian serba hitam tengah menghabisi seorang gadis yang kini tengah meringkuk tak berdaya diatas aspal. Sementara, beberapa orang dibelakang pria itu hanya tertawa menyaksikan kekerasan yang tengah terjadi di depan mereka. Mereka tertawa, layaknya itu adalah tontonan sirkus.


Baekhyun menggeram. Kedua telapak tangannya sukses mengepal kuat. Tanpa aba-aba, ia segera berlari kearah mereka dan menghadiahkan mereka tinjuan panas yang tepat mengarah ke muka dan organ vital lainnya, tak pelak membuat berandalan sialan itu tumbang. Tidak ini belum seberapa.


Tak puas dengan hanya memukuli mereka hingga babak belur. Baekhyun mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. Wajah garang orang-orang itu sontak memucat saat memperhatikan apa yang tengah Baekhyun acungkan tepat di depan mereka. Sebuah senjata api jenis Mark 23 dilengkapi peredam suara.


Dor! Dor! Dor!


"Aakh!"


Dor! Dor!


Dan beberapa timah panas sukses bersarang di kaki mereka. Lima orang berandalan itu kini tak berdaya seraya memegang kaki mereka yang tak dapat digerakkan. Melihat orang-orang itu terkapar tak berdaya diatas aspal, Baekhyun mengeluarkan smirknya, menertawai kebodohan orang yang telah menjadi korban tembakannya. Sepertinya mereka tak tau berhadapan dengan siapa. Anggota khusus dari National Intelligence Service, Byun Baekhyun.


"Rasakan itu sialan." desis Baekhyun. Setelah puas melihat mereka lemah tak berdaya, Baekhyun segera merogoh ponselnya yang ia letakkan disaku celananya. Ia menghubungi seseorang.


Tuut!


"Hei, Luhan."


"Hooaam ... Mwoya, Baekhyun-ah? Kenapa kau mengganggu tidurku!? Kau tahu betapa berharganya tidur ini setelah hampir seminggu aku lembur! Apalagi kencanku kemarin dengan Rose batal karena pekerjaan sialan itu! Cih, mengganggu saja."


Baekhyun terkekeh pelan mendengar omelan panjang dari Luhan, "Maaf. Tapi kali ini aku butuh bantuan mu."


Sementara Xi Luhan, pria yang berada diujung telepon itu hanya mendesah pasrah, "Ya, sudah. Kau mau minta tolong apa?"


"Bisa tidak kau kirimkan mobil khusus tahanan ke jalan Jeong Do Blok C? Aku punya beberapa hadiah untukmu."


Luhan terdiam sejenak, "Hadiah? Atau sampah masyarakat?"


Baekhyun tersenyum miring, "Cih, bahkan mereka lebih buruk dari sampah."


"Baiklah, tunggu 10 menit. Aku akan segera kesana." dan sambungan telepon pun terputus.


Kini perhatian Baekhyun jatuh pada gadis yang tengah tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Rambut hitam pekatnya menutupi sebagian wajahnya, bajunya sudah kotor dan acak-acakan. Baekhyun menghela nafas. Andaikan saja ia terlambat, mungkin saja nyawa gadis ini tak tertolong lagi. Pikirnya.


Baekhyun menghampiri gadis itu, "Hai Nona. Are you okay?"


"Hiks ... Hiks ..." Baekhyun kembali menghela nafas. Gadis ini masih syok.


"Tenanglah, sekarang kau aman." sahut Baekhyun seraya menggendong tubuh ringkih gadis itu ala bridal style. Perlahan, helai demi helai rambut yang tadi menutupi wajahnya turun. Dengan bias cahaya lampu jalan yang menyinari mereka. Menampilkan wajah gadis yang sontak membuat Baekhyun terkejut bukan kepalang.


"Cheonsa!?" Rahang Baekhyun mengeras. Ia menatap tajam lima orang yang tengah merintih, menahan rasa sakit akibat timah panas yang bersarang di kaki mereka. Kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun. Ingin sekali ia meledakkan kepala mereka satu persatu dengan timah panas. Tapi, Baekhyun mengurungkan niatnya. Ia tak mau tangannya kotor karena darah orang-orang itu.


"Akan kupastikan kalian semua mendekam dibalik jeruji besi hingga kalian membusuk." ancamnya dengan memamerkan seringai iblis di wajahnya. Jangan panggil ia Byun Baekhyun jika dia tak dapat membuktikan ucapannya. Itu adalah hal kecil bagi seorang Byun Baekhyun, putra bungsu dari orang nomor satu di Korea Selatan.


🍂🍂🍂

At Cheonsa's Apartemen

Pukul 02.45 pagi


Mata Baekhyun tak bisa lepas memperhatikan gadis yang tengah terbaring di atas sofa. Saat ini ia tengah berada di dapur tak jauh dari tempat Cheonsa terbaring. Baekhyun menghela nafas, gadis itu masih belum mengeluarkan sepatah katapun padanya sejak kejadian itu.


"Kau tidak perlu sekolah hari ini." Baekhyun datang menghampiri Cheonsa seraya membawakan sup jagung buatannya pada gadis itu dan meletakkan nya di atas meja didepan sofa yang Cheonsa tempati.


"Makanlah. Aku akan meminta izin pada sekolah. Jadi, kau istirahat saja disini." Cheonsa terdiam dan bangkit, bersandar pada ujung sofa. Merasa ia diberi rambu hijau, Baekhyun sontak menyodorkan sesendok sup buatannya pada Cheonsa. Tak ada percakapan berarti diantara mereka. Baekhyun hanya fokus menyuapi Cheonsa dan Cheonsa hanya diam menerima suap demi suap sup jagung yang masuk kedalam mulutnya.


Dirasa sudah kenyang, Cheonsa menggeleng saat Baekhyun ingin kembali menyuapinya. Baekhyun menghela nafas lalu meletakkan mangkok itu di atas meja, "Apa masih sakit?" tanya Baekhyun seraya menggerakkan tangannya, menyentuh sudut bibir Cheonsa yang tampak lebam.


Cheonsa merintih kesakitan, "Ma-masih." cicitnya.


Baekhyun segera menarik tangannya, "Maaf, aku akan segera mengobatinya. By the way, dimana kau meletakkan kotak obatmu?"


Mendengar pertanyaan Baekhyun, Cheonsa hanya menggerakkan jari telunjuknya ke arah lemari kaca yang terletak di samping televisi. Baekhyun melangkahkan kakinya ke arah telunjuk Cheonsa, membuka lemari kaca dan mengambil kotak putih berlogo tambah berwarna merah. Tak lama Baekhyun menghampiri Cheonsa, "Kau harusnya berterima kasih padaku." Baekhyun tersenyum penuh kemenangan, "Kalau aku tidak datang pasti ka-"


"Terima kasih." potong Cheonsa, "Dan maaf telah menyusahkanmu."


Baekhyun mengerjabkan matanya, "A-aniyo, aku hanya bercanda." ringisnya, "Aku senang bisa membantumu." tambah Baekhyun.


Baekhyun membisu saat melihat lengkungan indah di bibir Cheonsa, gadis itu tersenyum padanya. Tak seperti senyuman sinis yang selalu ia pamerkan atau teriakannya yang setiap hari memekakkan telinga. Entah mengapa kali ini berbeda dan terasa begitu ... Tulus.


"Ya, sudah. Sini bibirnya." Baekhyun mengarahkan kapas yang sudah ia basahi dengan cairan Betadine.


"Aish! Pelan-pelan!" Cheonsa merintih saat merasakan tetesan Betadine yang mengenai sudut bibirnya yang terluka.


Baekhyun tersenyum tipis saat memperhatikan wajah polos Cheonsa yang merintih kesakitan saat ia mengobati sudut bibirnya. Ditambah dengan bibir mungil gadis itu yang tampak sedikit membengkak, membuat ia sedikit berfantasi liar. Bagaimana kalau bibir gadis ini bengkak karena gigitannya? Baekhyun terkekeh pelan mendapati fantasinya yang kelewat tinggi.


'Tahan nafsumu, Baekki!' Batin Baekhyun saat merasakan 'adik' nya yang mulai bereaksi dibawah sana. Sialan.


"Kau tertawa?"


"Aku? Tidak!" sahut Baekhyun sedikit kikuk.


Cheonsa menatap tajam Baekhyun, "Dasar aneh."


Cheonsa sesekali melirik. Mata gadis itu tak bisa lepas saat memperhatikan jari-jari Baekhyun yang bergerak lentik mengobati bagian-bagian tubuhnya yang tampak lebam dengan mengoleskan salep anti lebam. Sentuhannya begitu lembut, ia tak tau tangan Baekhyun bisa sehalus ini. Bahkan ia masih ingat bagaimana Baekhyun mengalahkan 5 orang bertubuh bongsor yang tadi menganiaya dirinya. Benar-benar luar biasa. Ia kagum. Cheonsa membatin, mulai sekarang ia berjanji tak akan mencari gara-gara dengan pria ini.


"Narkoba." Baekhyun tersentak saat mendengar perkataan yang tiba-tiba keluar dari mulut Cheonsa, "Transaksi narkoba."


"Apa maksudmu? Kau melihat mereka melakukan transaksi narkoba?"


"Ya." Cheonsa menerawang, "Aku hanya membeli bahan makanan untuk mengisi kulkas. Tak sengaja, aku mendengar percakapan mereka. Mereka akan menyalurkan narkoba jenis baru ke seluruh sekolah di Seoul. Aku berniat lari dari sana, tapi sayangnya aku ketahuan." Baekhyun terdiam.


"Hiks ... Aku pikir aku akan Hiks ... mati." lirih gadis itu.


Tidak, ia tak tega melihat gadis ini kembali menangis. Baekhyun memperkecil jarak mereka, ia menarik tubuh gadis itu. Mengurung Cheonsa dalam pelukannya. Baekhyun menenggelamkan wajahnya diantara perpotongan leher Cheonsa. Meresapi aroma vanila yang menguar dari tubuh gadis itu. Sementara, Cheonsa terkejut dengan apa yang Baekhyun lakukan.


"Ba-Baekhyun Oppa?"


"Tenanglah." Baekhyun semakin mengeratkan pelukannya. Mengelus punggung Cheonsa, berusaha menyalurkan perasaan hangat dan nyaman kepada gadis itu, "Aku akan melindungimu."


TO BE CONTINUES


Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset