Pure Love 2017 Chapter 10

Posted by Lee Yena, Released on

Option


Chapter 10

My feelings for you. It's never change.


Hyun Ji melangkah keluar dari taksi yang mengantarkannya. Dengan cepat, ia segera mengambil dompetnya, "Berapa Ahjussi?"


"20.000 won, Nona."


Hyun Ji mengambil uang dan memberikannya pada supir taxi. Tak selang beberapa menit, supir itu bergegas pergi. Meninggalkan Hyun Ji yang sudah menapakkan kakinya di depan sebuah klub malam. Tampak gemerlap cahaya dan orang-orang yang tengah menikmati malam mereka berlalu lalang di tempat itu. Ada yang tengah berkencan, berpelukan, ada yang berjalan dengan langkah gontai saat keluar dari klub, ada juga yang tengah. Ehm. Berciuman panas. Ia segera mengalihkan perhatiannya dan segera berjalan ke arah klub.


Hyun Ji p.o.v


Terlihat suasana klub yang begitu ramai. Banyak orang baik tua maupun muda tampak asyik menikmati malam mereka. Musik diskotik menggema di sepanjang ruangan. Berbeda denganku, aku malah sibuk mencari seseorang yang entah berada dimana sekarang.


"Permisi." kataku sopan sambil melewati kerumunan orang yang tengah bersenang-senang. Tak lupa juga pria berhidung belang yang tengah asyik bercumbu dengan wanita-wanita penghibur di sudut ruangan. Aku mendengus pelan, kakiku sudah mulai pegal karena sudah lebih dari 30 menit aku berkeliling mencarinya.


"Hooam, ngantuk." gumamku sambil mengusap mataku pelan. Ingin rasanya aku mencuci mukaku yang tampak mulai kusut. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi wanita, "Kamar mandinya dimana ya?" kataku bingung.


Aku tidak pernah pergi ke tempat ini. Lagipula klub malam bukanlah tempat favoritku untuk menghabiskan waktu. Aku lebih suka menghabiskan waktu bersantai di kafe, apalagi dengan fasilitas wi-fi gratisnya. Maklumlah aku suka yang gratisan.


"Eh, maaf!" kataku sambil menghentikan seorang bartender yang tengah membawakan 2 botol whiskey


"Ne? Ada apa, Nona?" ujarnya.


"Errr ... Maaf kalau saya boleh tanya. Kamar mandi khusus wanita dimana ya?" tanyaku gugup.


Kulihat bartender itu mengangguk mengerti, "Oh, itu Nona lurus saja ke depan sana lalu belok kiri!" katanya sambil menunjuk ke arah lorong di depannya.


"Baiklah! Gamsahabnida!" ujarku. Aku melangkahkan kakiku, mengikuti arah jalan yang ditunjukkan oleh bartender tadi.


Tap ... Tap ... Tap ...


"Aaah~ Tuan Kim ..." desah seorang wanita terdengar dari ujung pintu, aku menghentikan langkahku pelan dan menyandarkan badanku pada tembok.


Apa? Tuan Kim? Aku mengintip dari luar pintu, mataku melihat punggung mulus wanita yang tengah berciuman dengan seorang pria. Mereka tampak bersandar di dinding sebelah wastafel. Tangan nakal pria itu menggerayangi tubuh wanita dengan ganas. Pinggang, pinggul, dan bokong wanita berambut pirang itu tak luput dari sentuhan pria itu. Membuat sang empunya mendesah pelan.


"Oh, shit!" geramku. Tak selang beberapa menit, wanita itu melepaskan tautan bibir mereka. Dia mulai merapikan rambut dan gaun malamnya yang tampak agak sedikit berantakan. 


"Terima kasih untuk malam ini, Tuan Kim." ujarnya sambil mengelus-elus wajah pria berkulit agak eksotis itu. Wanita itu membisikkan sesuatu yang sontak membuat pria itu tampak senang.


Eksotis? Mataku menyempit, berusaha untuk menangkap wajah dari pria itu. Tapi percuma karena pandanganku terhalang oleh tembok sialan ini. Membuatku tak leluasa untuk melihat kegiatan yang kurasa sudah berlangsung cukup lama itu.


Hei, aku bukan penguntit! Salahkan mereka yang melakukan itu disini! Aku membalikkan badanku menempel ke dinding, mengatur denyut jantung yang sedari tadi tak beraturan. Tanganku perlahan menyentuh dadaku. Tepatnya di jantungku. Aku bahkan tak mengerti, kenapa rasanya begitu menyakitkan?


Tap ... Tap ... Tap ...


Suara langkah kaki itu membuyarkan lamunanku. Aku terkesiap dan segera membetulkan posisiku berdiri. Wanita itu berjalan keluar, langkahnya tampak tenang. Berbeda denganku, ingin rasanya aku melayangkan cakaranku di wajahnya yang songong itu.


Dia mendongakkan kepalanya kedepan. Matanya membulat, tampak terkejut dengan kehadiranku yang tengah berdiri didepannya. Ia menganggukkan kepalanya pelan, memberi kesan ramah padaku yang masih menatapnya datar.


Aku membalas anggukannya. Wanita itu melangkahkan kakinya cepat, seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu disana. Aku menolehkan kepalaku ke belakang, menatap punggung wanita itu sebentar, "Entah mengapa aku membencinya." ujarku bingung.


Aku melangkahkan kakiku pelan saat masuk ke kamar mandi. Sangat pelan sampai-sampai pria itu tak menyadari bahwa ada orang lain yang tengah berdiri di depannya. Pria itu tengah duduk di lantai, punggungnya tampak bersandar di dinding. Aku menggenggam rokku pelan.


Pria itu tampak menundukkan kepalanya. Rambut hitamnya jatuh menutupi wajahnya. Tak lupa peluh keringat juga membasahi kemeja putihnya. Aku melirik tangan kanannya yang masih setia menggenggam botol bir. Rasa penasaran menghantui benakku. Siapa pria ini. Itulah yang ada di kepalaku sekarang.


Aku menunduk, mensejajarkan tubuhku dengannya. Tiba-tiba ia mengangkat wajahnya. Mata kami bertemu. Saling beradu dalam kesunyian. Mata itu. Mata elang itu.


"K-Kai Oppa." bisikku pelan. Sekarang aku mengerti kenapa tiba-tiba aku membenci wanita tadi. Kai hanya menatapku diam tanpa ekspresi. Mata kelamnya begitu menenangkan. Seakan berusaha menarik ku kedalam pesonanya. Bau alkohol menguar dari deru nafasnya. Bau yang paling kubenci.


Aku melambaikan tanganku, "Kai Oppa? Are you ok?" tanyaku bimbang. Dia masih terdiam, tapi kali ini sudut bibirnya terangkat. Smirk mengembang dari bibirnya. Menyiratkan kesan sensual di wajah tampannya, 'Oh, God! Please kill me now!'


End Hyun Ji p.o.v


Kai terus menatap lekat Hyun Ji. Entah apa yang merasuki otaknya, Kai mulai mendekatkan wajahnya. Memperkecil jarak antara mereka berdua. Senti demi senti.


"K-Kai Oppa?" Hyun Ji terkesiap. Sontak ia memundurkan wajahnya. Dengan cepat, Kai menarik tangan Hyun Ji. Membuat Hyun Ji jatuh dalam pelukannya, "Oppa! Apa yang kau-" Hyun Ji dapat merasakan detak jantungnya yang tak karuan, "Lepaskan!" Ia berusaha melepaskan pelukan Kai darinya. Tetapi usahanya sia-sia karena tenaganya tak sepadan dengan Kai.


"Please." bisik Kai pelan. Hyun Ji yang dari tadi meronta seketika terdiam sejenak, "Please, just stay." Kai terus mempererat pelukannya dan mulai mencium tengkuk leher Hyun Ji.


"O-Oppa ... Ah." desah Hyun Ji. Darah Hyun Ji mendesir, kepalanya mendongak seakan memberi akses untuk Kai melancarkan aksinya di leher gadis itu. Dengan perlahan, Kai menyesap aroma parfum yang dipakai oleh Hyun Ji.


Aroma vanila. Begitu menenangkan. Tubuh Hyun Ji menegang saat Kai mulai memberikan kissmark di lehernya. Tangan kanannya mengelus pelan rambut Hyun Ji, kemudian turun ke punggung yang tertutup oleh kaos tipis. Memberi sensasi geli di punggungnya.

 

"O-Oppa geli." ungkap Hyun Ji polos. Kai semakin berani melancarkan aksinya. Tangan kirinya mulai mengelus pelan paha Hyun Ji. Sontak Hyun Ji merasakan sensasi lain yang menjalar di tubuhnya. Geli tapi nikmat.


"He-hentikan ... Ah!" Hyun Ji memegang erat kemeja yang dikenakan Kai. Dengan sekuat tenaga, dia menggigit bibirnya. Menahan desahan yang semakin lama semakin tak tertahankan. Dan jangan lupakan wajahnya yang merah padam sekarang.


"Ah ... Oppa ini geli. Ah ..." Kai tersenyum tipis saat mendengar lenguhan gadis itu. Begitu menggairahkan.


'Tidak! Ini tidak boleh terjadi!' Hatinya memberontak. Ini salah. Iya, salah. Dan sekarang Kai tengah mabuk. Jadi wajar saja kalau ia tak sadar apa yang ia perbuat pada gadis itu. Tetapi disisi lain, ia begitu mendambakan sentuhan itu. Sentuhan dari pria itu. Sentuhan yang begitu memabukkan. Betapa tubuhnya menginginkan sentuhan pria ini. Kenyataan yang selama 6 tahun berusaha ditampiknya.


"Oppa, ja-jangan." Nafas Hyun Ji terkecat saat tangan kiri Kai sudah sampai ke pangkal pahanya yang sudah terekspos.


Gerakan Kai semakin liar. Dengan ganas, Kai menggigit dan mencium leher Hyun Ji berkali-kali. Memberikan tanda kepemilikannya di leher gadis yang entah apa dia tahu siapa. Tak lupa tangan kirinya yang makin nekat menggerayangi bagian intim Hyun Ji dan menekannya pelan. Membuat desahan liar yang berusaha ia tahan keluar begitu saja.


"Aaaah~" Tubuh Hyun Ji bergetar, sensasi aneh menjalar diperutnya. Tangannya mencengkram kuat lengan Kai. Ini adalah yang pertama baginya. Ia tak pernah disentuh seperti ini. Ia tak pernah merasa setakut ini. Sekarang Hyun Ji merasa tak lebih dari wanita jalang tadi.


Setelah puas dengan leher, Kai beralih ke bibir Hyun Ji. Dengan perlahan, pria bermarga Kim itu menyecap bibir ranum Hyun Ji. Membuat tubuh Hyun Ji seketika membatu. Saraf otaknya seakan-akan telah mati. Ini adalah firstkissnya. Kai melepaskan ciumannya dari bibir Hyun Ji, mengendurkan pelukan eratnya dan menatap lembut wajah gadis yang sekarang sudah seperti kepiting rebus. Tangan kanannya naik dan mengusap pipi Hyun Ji pelan.


"Good girl." puji Kai.


Mendengar pujian dari Kai, Hyun Ji hanya meneguk air liurnya sendiri. Tubuhnya masih bergetar, entah karena takut atau karena sentuhan yang diberikan pria tadi. Sentuhan yang begitu liar. Kai tersenyum tipis dan kembali memeluk Hyun Ji. Berbeda dengan pelukan yang tadi nya sarat akan nafsu. Pelukan ini begitu lembut. Nafas Hyun Ji yang tadi memburu berangsur-angsur pulih. Hyun Ji bingung. Dia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.


"I love you." bisik Kai di telinga Hyun Ji.


Hanya satu hal yang ada dipikirannya. Ini pasti mimpi. Ya, dia tak pernah membayangkan Kai akan mengatakan kalimat itu di depannya. Kai tak pernah menaruh perhatiannya terhadap Hyun Ji. Barang sedikit pun. Kai tak pernah menganggapnya lebih dari seorang adik.


"I love you." kata-kata itu kembali dilontarkan oleh Kai.


'Tuhan. Jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku ...' Tangan Hyun Ji bergerak pelan memeluk tubuh tegap pria di hadapannya. Sebuah senyuman mengembang dari bibirnya. Menggambarkan perasaan yang tengah menerpa hatinya sekarang.


"I love you too." gumam Hyun Ji pelan dalam pelukannya. Semuanya begitu indah. Ini adalah hal yang selalu diimpikan oleh Hyun Ji.


"Krystal." ucap Kai pelan. Sampai kata itu menghancurkan semuanya. Kai terjatuh dalam pelukan Hyun Ji. Matanya tertutup, terdengar suara dengkuran halus. Dengan gerakan pelan, Hyun Ji menyandarkan tubuh Kai di dinding. Hyun Ji tersenyum saat menatap wajah Kai yang begitu damai dalam tidurnya.


Tak lama, senyum Hyun Ji memudar. Digantikan dengan ekspresi lemah. Tanpa ia sadari, matanya telah memanas, "Bodoh. Kenapa aku menangis?" ujar Hyun Ji sambil mengusap air mata yang telah jatuh membasahi pipinya. Merutuki dirinya sendiri.


Hyun Ji berusaha bangkit dari posisinya. Tangannya bergerak memapah tubuh Kai. Ia meringis pelan saat berusaha berjalan keluar sambil membawa tubuh pria yang jauh lebih berat darinya. Gadis itu mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa. Dengan langkah mantap, ia berjalan meninggalkan kamar mandi tanpa mengindahkan tatapan aneh dari orang-orang yang melihat kearah mereka.


TO BE CONTINUES


Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset