Chapter 11
My feelings for you. It's never change.
Apartemen Chen
Pukul 00.50
"Hoaam ..."
Chen, namja yang kini telah genap berumur 27 tahun dan sebentar lagi akan mengakhiri masa lajangnya mulai terserang rasa kantuk yang luar biasa. Tampak garis hitam yang mulai terbentuk disekitar matanya. Walau ia sudah meminum 2 cangkir kopi hitam, menonton film action kesukaannya atau sekedar bermain game. Tapi tetap saja imannya masih tergoda untuk sekedar menutup pelupuk matanya sejenak.
"Kemana mereka?" ujar Chen lemah. Ditatapnya jam berkali-kali. Berharap semoga saja matanya masih kuat untuk terus terjaga. Tapi rasa kantuknya tak bisa dibohongi. Ia kali ini benar-benar ingin tidur. Chen membetulkan posisi duduknya menjadi tidur di sofa. Menyandarkan kepalanya dibantal sofa yang lumayan empuk. Mungkin tidur sebentar tak masalah. Batinnya.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu menghantam gendang telinga Chen. Membuat mata namja yang tadi tertutup indah sekarang terbuka secara terpaksa, "Tidak bisakah orang itu menekan bel!?" Ujarnya kesal.
Tok! Tok! Tok!
"Oppa!! Cepat buka pintunya!" teriak seseorang dari luar. Chen mengenal suara teriakan itu. Siapa lagi kalau bukan adiknya tercinta, Hyun Ji. Merasa dirinya dipanggil, Chen segera bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya ke arah pintu.
Krieet!
"Hyun Ji-ya?" seru Chen. Matanya kemudian teralih pada pria yang tengah dipapah oleh Hyun Ji. Chen menggeleng pelan. Menyusahkan saja, pikir Chen.
"O-Oppa tolong bantu angkat." ujar Hyun Ji. Chen pun segera keluar membantu Hyun Ji memapah tubuh Kai masuk ke dalam apartemennya.
"Hyun Ji, tidurkan saja dia di sofa." titah Chen.
"Ne, baiklah." balas Hyun Ji. Dengan perlahan, Chen dan Hyun Ji membaringkan tubuh tegap Kai di atas sofa.
"Hah ... Hah ..." nafas Hyun Ji terengah-engah, tampak peluh keringat meluncur dari pelipisnya.
"Aigoo, berat sekali!" keluh Chen sambil memegang pinggangnya yang terasa akan patah. Mendengar keluhan Oppanya, Hyun Ji hanya terdiam. Dia sudah cukup lelah untuk mengeluarkan sepatah kata. Tenaganya telah habis terkuras untuk membopong tubuh Kai dari klub sialan itu hingga ke sini. Dan jangan lupakan apa yang Kai perbuat di klub tadi.
"Hyun Ji kau istirahat saja. Untuk urusan Kai serahkan saja padaku." ujar Chen.
Hyun Ji menganggukkan kepalanya, "Ne, Oppa." balasnya. Hyun Ji melangkah melewati Chen. Tiba-tiba Chen menepuk pundak Hyun Ji. Membuat Hyun Ji mengalihkan pandangannya pada namja itu.
"Hm? Mwo?" tanya Hyun Ji.
Mata Chen terus menatap lekat leher Hyun Ji, "Hyun Ji. Lehermu kenapa?"
Deg!
Sontak mata Hyun Ji membulat. Hatinya bergemuruh. Bagaimana cara ia menjelaskan pada Chen tentang bercak-bercak asing di lehernya? Tak mungkin kan kalau dia bilang jika itu adalah ulah Kai. Bisa-bisa Kai akan babak belur dihajar oleh Oppanya yang sudah mendapat gelar sabuk hitam karate waktu SMA atau yang paling buruk, Kai akan segera berakhir di UGD Rumah Sakit. Astaga, membayangkannya saja sudah membuat tubuh gadis itu merinding.
Glup!
"Ah, ini tadi waktu menunggu taksi. Rupanya tempat ku duduk itu banyak nyamuknya. Jadi, habis deh aku kena gigit." balas Hyun Ji berusaha setenang mungkin.
"Benarkah?" balas Chen. Tangan Chen kemudian naik dan mengelus pelan leher Hyun Ji, "Nyamuk mana yang cuma mengincar bagian leher?"
Skatmat! Seketika ribuan pisau menghantam jantung Hyun Ji.
"O-Oppa apaan sih!" balas Hyun Ji sambil menepis tangan Chen yang tadi bertengger di lehernya.
Melihat tingkah adiknya, Chen hanya menatapnya heran, "Ne, ne mianhae, Hyun Ji." sahut Chen sambil menepuk-nepuk pundak Hyun Ji, "Lagipula, nyamuknya ganas juga ya. Sampai-sampai leher adik Oppa yang tadinya mulus jadi seperti ini." lanjut Chen dengan nada kasihan yang tampak dibuat-buat.
Tak lama seutas senyuman mengembang dari bibir Chen. Senyum yang bahkan tampak sepuluh kali lipat lebih mengerikan dari pada senyum psikopat yang ada di film-film horror. Melihat pemandangan tak bersahabat dihadapannya, Hyun Ji hanya bisa menelan salivanya sendiri. Tak lupa, otaknya berpikir keras. Memikirkan kata apa yang cocok untuk mengalihkan masalah 'nyamuk' ini.
'Ya, Tuhan. Berilah aku hidayahmu.' batin Hyun Ji memohon.
"Oppa tolong jangan bahas masalah itu. Ini sudah malam. Ngantuk!" kilah Hyun Ji.
Chen menghela nafas pelan, "Eeh ... Oppa kan cuma nanya." gerutu Chen, "Ya sudah! Tidur sana. Jangan lupa cuci mukamu. Ne?"
Hyun Ji mengangguk pelan. Akhirnya ia terbebas dari tatapan penghantar maut itu, "Ne, Oppa. Aku tidur dulu ya. Good Night." balas Hyun Ji.
Chen membalasnya dengan senyuman. Tangannya kemudian bergerak mengelus puncak kepala Hyun Ji, "Good night."
Hyun Ji bisa bernafas lega. Bibirnya menyunggingkan senyuman lalu pergi meninggalkan Chen menuju ke kamarnya.
Ceklek!
Kini pintu kamar adiknya telah tertutup sempurna. Chen yang dari tadi terdiam sontak terkekeh pelan. Ia tahu Hyun Ji menyembunyikan sesuatu darinya. Namja mana yang tak tahu soal bekas itu. Apalagi Chen. Ia sangat berpengalaman dengan hal-hal yang berbau sensual. Apalagi kalau bukan masalah seks.
"Nyamuk yah." ujarnya sambil menyunggingkan smirknya, "Hm, menarik."
TO BE CONTINUES
