Pure Love 2017 Chapter 12

Posted by Lee Yena, Released on

Option


Chapter 12

My feelings for you. It's never change.


Suara teko air berhembus kencang. Tak lupa juga serpihan cahaya yang merangkak masuk dari pintu kaca. Tak pelak membuat pria berusia genap 26 tahun ini menggeliat pelan.


"Ngggh ..." lenguhnya. Matanya mengerjab pelan. Dia mulai membuka kelopak matanya. Hazel coklatnya menatap ke sekeliling ruangan. Matanya menyempit saat melihat furnitur rumah yang tampak tak asing baginya. Perlahan tapi pasti. Kai, pria berkulit eksotis itu mulai terbangun dari tidurnya.


"Isst ..." keluhnya sambil memegang kepalanya yang terasa pusing.


"Kai? Heh, sudah bangun rupanya." sapa seorang namja yang datang dari arah dapur.


Mendengar namanya dipanggil, Kai segera menoleh ke sumber suara, "Oh, kau, Hyung." balasnya pelan.


"Kepalamu pusing?" tanya Chen, tangannya sibuk mengaduk-aduk kopi buatannya.


Kai mengangguk, "Ne, sedikit."


Chen hanya menggeleng pelan. Anak ini menyusahkan saja, pikirnya. Selang berapa menit, Chen berjalan menghampiri Kai yang masih menyandarkan tubuhnya di sofa, "Ini minumlah." ujar Chen sambil menyodorkan secangkir kopi hangat kepada Kai.


"Terima kasih, Hyung." ucap Kai. Tangan kanannya bergerak menggapai cangkir kopi dan meminumnya. Setelah dirasa cukup, Kai menyudahi sesi minumnya dan memberikan cangkirnya yang telah kosong kepada Chen. Kai mengalihkan pandangannya pada jam yang melekat di dinding. Matanya berkedip tak percaya saat melihat jarum pendek yang menunjuk di angka 9. Astaga, sudah berapa lama ia tertidur!?


"Kenapa? Terkejut melihat jam?" sahut Chen yang telah duduk di sofa sambil menyesap kopi hangatnya pelan. Menerima sindiran dari Chen, Kai hanya terdiam membisu. Percuma membalas ejekannya, lagipula sekarang posisinya tidak menguntungkan.


"Hyung." ujar Kai sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, mencari sosok imut yang selalu mengisi hari-harinya, "Dimana Jae Oh?" timpalnya.


Mendengar pertanyaan Kai, Chen segera menaruh cangkirnya diatas meja, "Jae Oh? Oh, Hyun Ji mengajak dia jalan-jalan. Lagi pula kasiankan Jae Oh di rumah terus." jawab Chen tenang.


"Apalagi kalau dia tahu ayahnya yang tercinta. Kim Jongin, tidur disofa gara-gara mabuk parah semalam." tambah Chen sambil menatap tajam Kai. Kai mendecih tak suka. Apa salahnya kalau ia sekali-kali bersenang-senang? Toh, bukan tiap harikan ia pergi ke klub malam.


"Hyung! It's enough!" teriak Kai tak suka.


Chen menghela napas pelan, "Okay! Okay! I get it. Sorry." ujarnya pelan.


Kai menundukkan pandangannya, menatap lantai porselen yang seakan memantulkan bayang dirinya. Ia akan bercerai besok. Hanya itu yang ada dikepalanya sekarang. Bagaimana ia bisa menjelaskan semuanya pada Jae Oh? Kalau kedua orang tuanya sudah berpisah. Menangkap suasana hati temannya yang kurang baik, Chen berpikir keras. Apa yang bisa ia lakukan untuk menghiburnya?


"Kai." Chen mulai membuka suaranya, "Apa masalahmu sudah selesai?"


Shit! Kenapa malah kata-kata itu yang keluar!?


Kai mengangguk lemah, "Ne, semua sudah selesai." Dia terdiam sejenak, "Dan besok kami akan bercerai." tambah Kai. Kai mendesah pelan, ia menyandarkan kepalanya di bantal sofa. Tangan kanannya naik, mengusap pelipis nya yang kini mulai berdenyut nyeri. Chen mengangguk pelan. Tiba-tiba ia teringat sesuatu.


"Hei!" sahut Chen.


"Mwoya?" balas Kai dengan nada malas.


"Siapa wanita itu?" ujar Chen sambil memberi tatapan jahilnya pada Kai.


"Wanita? Wanita yang mana?" Kai mulai mengerutkan dahinya bingung.


"Itu wanita yang menggodamu di klub. Masa kau lupa?" Mendengar penjelasan dari Chen. Kai terdiam sejenak, berusaha mengingat apa saja yang ia lakukan di klub itu.


"Oh, dia ya." Kai mengangguk paham. Tak lama smirk mengembang dari bibirnya. Pikirannya melayang saat mengingat kejadian itu. Desahannya, paras cantiknya yang seakan pasrah saat menerima tiap sentuhan, tubuh indah bak gitar spanyol yang dapat membuat pria manapun sangat bergairah. Ah, tapi satu hal yang sangat disayangkan olehnya. Dia lupa untuk menanyakan siapa nama wanita itu.


"Hyung, kau pasti tahulah." balas Kai santai. Bagi Kai, berbagi kehangatan dengan wanita manapun bukanlah masalah. Sekarang dia hanya ingin melepaskan semua beban yang ada di pikirannya.


"Heh, dasar mentang-mentang sebentar lagi mau jadi duda." kekeh Chen, "By the way, kamu juga harus berterima kasih pada adikku." Kai mengerutkan keningnya. Sementara Chen mendongakkan kepalanya, menatap lekat wajah temannya yang tampak bingung dengan perkataannya.


"Adikku sudah menjaga anakmu seharian." Chen terdiam sejenak, "Kau tahu? Dia juga yang memapahmu tadi malam." tambah Chen sambil sambil memainkan sendok di cangkir kopinya.


"Hyun Ji?" Kai tersentak kaget, "Di-dia pergi kesana? Tengah malam? Menjemputku? Sendirian!?" seru Kai bingung.


Chen mengangguk tanda membenarkan semua pertanyaan yang diberikan oleh Kai, "Itu kemauannya sendiri." Chen menghela nafas pelan. Mengingat tingkah adiknya yang lumayan nekat. Dan untung saja tidak ada yang terjadi pada adik kesayangannya itu. Kecuali satu hal. Kissmark yang melekat di lehernya.


Ting tong! Ting tong!


Mendengar suara bel, Chen segera bangkit dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya ke arah pintu.


Ceklek!


"Paman!" teriak Jae Oh senang. Melihat raut wajah Jae Oh yang sangat amat lucu. Chen menarik seutas senyuman.


"Anak pintar! Bagaimana jalan-jalannya?" ujar Chen.


"Jae Oh chuka Paman! Apalagi pas Noona bawa Jae Oh beli pelmen gulali yang becaaal!" seru Jae Oh, tangan mungilnya membentuk lingkaran. Menggambarkan seberapa besar gulali yang dibelikan oleh Hyun Ji.


Melihat reaksi Jae Oh yang begitu gembira, Hyun Ji dan Chen tertawa pelan, "Hahaha! Ingat pesan Noona nanti sikat gigi!" sahut Hyun Ji sambil mengelus puncak kepala Jae Oh.


"Baik Noona! Jae Oh janji!" balas Jae Oh. Perhatiannya teralih saat melihat Kai yang tengah duduk di sofa.


"Appa!" Jae Oh segera berlari menghampiri Kai, "Appa chudah bangun!" kata Jae Oh senang.


Kai tersenyum lembut, ia merentangkan kedua tangannya. Menyambut kedatangan Jae Oh dengan pelukan hangat. Kai mengecup pipi Jae Oh lembut, "Tentu saja sudah, sayang." balas Kai lembut.


Kai mengalihkan pandangannya. Dia melepaskan pelukannya dari Jae Oh dan bangkit dari sofa, berjalan lurus kearah gadis yang sekarang tengah bersusah payah menutupi rona merah yang menjalar di pipinya. Chen yang merasa jadi obat nyamuk langsung menjauh, ia berjalan menuju sofa. Mengelus puncak kepala Jae Oh dan menatap lurus kearah mereka berdua.


Tap!


Kai menundukkan kepalanya, menatap lurus wajah Hyun Ji yang kira-kira hanya setinggi dadanya saja, "Gomawo Hyun Ji." Kai menarik nafas pelan, "Maaf, jika aku menyusahkanmu."


Hyun Ji hanya menggeleng kepalanya, "Aniyo, kau tidak pernah menyusahkan ku! Lagipula aku juga senang kok bisa membantu kalian berdua." sahut Hyun Ji senang. Tangan kanan Kai bergerak pelan, mengelus rambut hitam Hyun Ji yang tergerai indah. Matanya menatap lekat bola mata gadis itu. Mata yang seakan begitu familiar baginya.


Perhatiannya teralih saat lensanya menangkap bibir mungil gadis yang tengah berdiri didepannya. Tapi dengan gerak cepat, Kai menarik tangannya. Ia segera mengubur dalam-dalam pikiran aneh yang sempat terlintas di otaknya. Tak mungkin, wanita itu bukanlah Hyun Ji. Menerima belaian lembut tadi, Hyun Ji diam membatu, tubuhnya seakan kaku walau hanya untuk menggerakkan ujung jarinya. Perasaan canggung menyelimuti mereka berdua.


"Ehem-ehem! Sudah selesai?" ujar Chen, yang refleks membuat Kai dan Hyun Ji menghentikan aktivitas tatap-menatap mereka.


Hyun Ji sontak menundukkan kepalanya, ia malu. Rona merah sudah terlukis jelas dikedua pipinya sekarang. Chen selalu menyelamatkannya disaat yang tepat. Dan untungnya, Kai tak menyadari kissmark yang tercetak jelas dibalik helaian rambutnya.


"Hyung, kalau begitu aku pulang dulu ya! Ayo, Jae Oh kita pulang!" sahut Kai, tangannya bergerak mengisyaratkan agar Jae Oh berjalan ke arahnya. 


"Ne, appa!" seru Jae Oh sambil berlari kecil ke arahnya.


"Hm, kalau begitu hati-hati ya!" balas Chen.


"Ne, baiklah." jawab Kai. Hyun Ji tersenyum lembut saat menatap kepergian mereka.


Baam!


Hyun Ji menghela nafas pelan, ia segera berlari kearah Chen dan memeluk oppanya begitu erat, "Oppa~" cicit Hyun Ji sambil menenggelamkan wajahnya di dada bidang Chen.


"Ne?" Chen membalas pelukan Hyun Ji.


"Oppa gomawo." Mendengar perkataan Hyun Ji, Chen hanya tersenyum dan mencium puncak kepala Hyun Ji.


"Ssttt! Tak masalah." bisiknya lembut.


TO BE CONTINUES

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset