Pure Love 2017 Chapter 13

Posted by Lee Yena, Released on

Option


Chapter 13

My feelings for you. It's never change.


Suara ketikan pulpen terdengar disudut ruangan, raut wajahnya yang tampak serius memperhatikan proposal yang tergeletak tepat di sebelah laptopnya. Dengan kacamata yang bertengger di hidungnya yang mancung, semakin membuat namja bernama Kim Jongdae tampak begitu dewasa.


Kriet!


Tanpa meminta izin dari sang pemilik ruang kerja, Hyun Ji langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam. Terpaksa Chen menghentikan aktivitasnya sebentar dan memberikan tatapan interogasinya pada adik perempuannya itu.


"Oppa!" sapanya.


Chen menghela nafas pelan, "Ne?" ujarnya malas, matanya kembali fokus memperhatikan layar laptop di depannya. Melihat reaksi oppanya yang sedang tak bersahabat malam ini membuat hati Hyun Ji merengut kesal. Apa salahnya kalau dia ingin bersama dengan Chen Oppa?


"Apaan sih?" sahut Hyun Ji tak suka. Dengan ekspresi yang masih cemberut, Hyun Ji meletakkan kopi panas diatas meja kerja. Melihat kopi panas yang tersaji didepannya, Chen terkekeh pelan. Tangan kanannya bergerak mengambil cangkir kopi dan menyesapnya pelan.


"Terima kasih ya, Hyun Ji." ucapnya sambil memamerkan senyum kucing andalannya.


"Hm." balas Hyun Ji singkat sambil memutar bola matanya malas. Hyun Ji kembali mengalihkan perhatiannya pada Chen yang kembali serius mengerjakan sesuatu. Alis Hyun Ji bertautan. Bukankah urusannya di China sudah selesai? Ia menggeser tubuhnya, menatap lekat layar laptop hitam berlogo Samsung itu.


"Oppa lagi ngetik apa sih? Kok serius amat?"


"Oh, ini Appa meminta Oppa membuatkan proposal kerja sama dengan perusahaan minyak di China."


"Hm? Bukannya kemarin kata Oppa kerja samanya dibatalkan?"


Chen menggeleng pelan, "Ne, kemarin memang dibatalkan. Tapi, mereka kembali mengajukan tawaran kerja sama dengan ayah. Dan angka yang ditawarkannya juga WOW! Fantastis!" ujar Chen senang.


"Memangnya berapa yang mereka tawarkan?" tanya Hyun Ji penasaran. Chen terkekeh pelan, ia berdiri lalu melenggangkan kakinya kearah sofa yang berada di depannya. Mengambil map hitam yang ia letakkan tadi sore. Tak lama ia kembali duduk di kursinya dan memberikan map hitam itu pada Hyun Ji.


"Nih, coba baca sendiri." Hyun Ji segera meraih map hitam yang diberikan oleh Chen. Ia kemudian membukanya, membaca tiap lembar proposal kerja sama yang diajukan oleh perusahaan The Golden Earth, salah satu perusahaan minyak terbesar di China. Mata Hyun Ji membulat sempurna saat menatap angka-angka yang tercetak dikertas itu. Bahkan rahangnya terbuka lebar saat menatap nominal yang tak bisa dibilang sedikit.


"I-ini! Lima miliar dolar Amerika!? Oh My God!!" teriaknya tak percaya. Lima miliar dolar Amerika adalah angka yang cukup bahkan lebih untuk membiayai keluarganya hingga 7 turunan.


Chen terkekeh pelan, "Makanya tadi Appa tiba-tiba menelponku." ujar Chen pelan.


"Oh iya. Kebetulan Appa juga bekerja sama dengan perusahaan Kai yang bergerak dibidang pariwisata Korea." tambah Chen.


Mendengar nama Kai, sontak Hyun Ji mengarahkan pandangannya pada Chen, "Benarkah?" sahutnya pelan.


Chen menganggukkan kepalanya, membenarkan pertanyaan yang diajukan oleh Hyun Ji. Mendapat anggukan dari Chen, Hyun Ji hanya terdiam tak memberikan komentar apapun. Pikirannya melayang saat mengingat kejadian di klub kemarin malam. Pipinya bersemu merah. Perlahan tangan kanannya naik, menyentuh dan mengelus bibirnya pelan. Senyuman melengkung dibibir mungilnya. Bibir itu. Sentuhan itu. Ciuman itu. Astaga! Bagaimana bisa ia memikirkan hal-hal aneh itu pada situasi seperti ini!?


"Hyun Ji? Kamu kenapa kok tiba-tiba diam?" sahut Chen pelan, reflek Hyun Ji menoleh kearah namja di sebelahnya.


"Hmm? Apa?" ujar Hyun Ji bingung. Merasa dikacangi, Chen mendecih.


"Enggak hari mau hujan." jawabnya malas.


Hyun Ji hanya tertawa renyah sambil menggosok tengkuknya yang tidak gatal. Chen menggeleng pelan lalu melanjutkan perkerjaan nya yang tadi sempat tertunda, "Oppa." bisik Hyun Ji pelan.


"Ne? Mwoya?" tanya Chen tanpa mengalihkan pandangannya dari monitor. Hyun Ji memiringkan kepalanya, memikirkan hal yang dari kemarin selalu mengganggu pikirannya.


"Aku rasa ada yang aneh dengan mereka." ujar Hyun Ji lemah. Chen terdiam, sontak ia menolehkan kepalanya. Menatap lekat kedua bola mata adiknya.


"Mereka?" katanya bingung.


"Kai dan Krystal." Hyun Ji menghela nafas pelan, "Aku sudah beberapa kali menghubungi Krystal. Tapi ponselnya selalu tidak aktif." tambahnya. Mendengar keluhan gadis didepannya, Chen memilih diam. 


"Dan Oppa, kau ingat tidak kemarin malam? Saat aku menjemput Kai?" Chen mengangguk pelan. 


"Dia ..." Hyun Ji menundukkan kepalanya. Tak selang beberapa detik, ia kembali mendongakkan kepalanya. Membalas tatapan bingung yang diberikan oleh Chen, "Dia terus meracau, entah apa yang ia bicarakan. Aku tidak mengerti. Tapi hanya satu hal yang ku ingat. Ia menyebutkan nama Krystal. Berkali-kali." ujarnya pelan. Hatinya terenyuh saat mengingat pria itu terus menyebutkan nama Krystal.


"Aku khawatir Oppa." ujar Hyun Ji. Chen tersentak kaget saat mendengar perkataan Hyun Ji. Ia mengalihkan pandangannya ke arah laptop. Menghentikan pekerjaannya.


Chen kembali menolehkan kepalanya kearah Hyun Ji. "Kau tak salah Hyun Ji." katanya lembut.


Hyun Ji terperangah saat telinganya menangkap kata-kata yang keluar dari kakaknya, 'Apa maksud dari perkataan nya tadi? Kau tak salah?' batinnya heran.


Chen bangkit dari kursi kerjanya dan berjalan ke arah sofa, ia segera duduk dan menatap Hyun Ji yang masih berdiri tegak. Bingung dengan ucapannya tadi, "Ayo, kemarilah." panggil Chen sambil menepuk-nepuk sofa, mengisyaratkan agar Hyun Ji untuk duduk di sebelahnya.


Hyun Ji segera beranjak dari tempatnya berdiri, menempatkan tubuhnya duduk disebelah kakaknya, "Hyun Ji." Chen menarik nafas pelan. "Tapi kau harus janji ya, untuk sekarang jangan beritahu pada siapapun."


"Ne, Oppa. Tapi apa yang ingin Oppa katakan?" balas Hyun Ji bingung.


"Memang ada masalah Hyun Ji." tutur Chen.


"Mwo? Masalah apa?" katanya bingung.


"Sebentar lagi mereka akan bercerai. Ah, tidak lebih tepatnya besok." tutur Chen.


Hyun Ji tercengang, otaknya masih berusaha mencerna apa yang dimaksud dengan kata-kata 'mereka akan bercerai' barusan. Apa ia tak salah dengar? Mereka bercerai? Oh, katakan kalau itu cuma April Mob. Tapi tunggu dulu, inikan bulan Juli!?


"Mereka? Bercerai!? Besok!? Hahahaha!" tawa Hyun Ji hingga sudut matanya mengeluarkan air mata, "Haa ... Haaa ..." Hyun Ji terkesiap, jari-jarinya mengusap air mata yang mulai turun.


Ini sangat lucu. Benar-benar lucu. Ia masih ingat peristiwa 3 tahun yang lalu. Betapa bahagianya Kai saat bersanding dengan Krystal. Saat Kai melingkarkan cincin bermata berlian di jari manis Krystal. Pada saat mereka mengucapkan janji sehidup semati didepan altar.


Dan pada saat mereka ... Bagian yang paling menyakitkan untuk diingat.


"Oppa tidak bercanda Hyun Ji! Oppa serius!" ujar Chen kesal. Seketika gelak tawa Hyun Ji hilang, tergantikan dengan ekspresi are-you-fucking-kidding-me?


TO BE CONTINUES

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset