Chapter 3
My feelings about you. It's never change.
"Jae Oh! Ayo sini makan dulu." Krystal menyuapkan beberapa sendok bubur kepada Jae Oh, "Buka mulutnya ... Aaam~" dengan lahap Jae Oh memakan bubur yang disuapkan oleh Krystal.
Tok! Tok!
Suara ketokan pintu mengalihkan perhatian Krystal pada Jae Oh, "Tunggu dulu ya sayang. Eomma mau membuka pintu dulu." Krystal beranjak dari kursinya. Jae Oh mengangguk, mulutnya masih sibuk mengunyah bubur yang tersaji di atas meja.
Ceklek!
"Chagi! Kau sudah pulang!" seru Krystal senang. Tetapi tidak bagi Kai. Dia hanya menatap Krystal dingin. Seakan-akan ia tak pernah mengenal wanita itu, "Kai? Chagi? Wae-yo?" tanya Krystal bingung. Dia tidak pernah melihat Kai seperti ini. Ini bukanlah Kai yang dia kenal.
"Minggirlah." balas Kai dingin. Krystal hanya terpaku. Ini adalah pertama kalinya Kai memperlakukannya seperti ini. Krystal segera menggeser tubuhnya, memberikan jalan bagi Kai. Kai melemparkan tasnya ke atas kursi dan melonggarkan dasi yang dia pakai. Seakan melepaskan beban yang dia bawa dari tadi.
"Appa! Appa chudah pulang!" Jae Oh berlari menghampiri Kai dan menyerang Appanya dengan pelukan beruntun.
"Hahaha Jae Oh! Anak appa sudah makan belum?" balas Kai sambil mencium pipi kiri Jae Oh. Jae Oh mengangguk. Krystal hanya memperhatikan mereka dari ruang tamu. Pikiran Krystal kacau, wajah nya mulai pucat, "Jae Oh, kamu sudah tidur siang?" Kai menatap lembut Jae Oh. Bagi Kai, hanya Jae Oh lah penyemangat hidupnya sekarang.
"Belum Appa." balas Jae Oh polos. Kai tersenyum dan mengelus kepala Jae Oh.
"Sudah tidur dulu sana. Nanti kalau sudah tidur siang Appa akan ajak Jae Oh jalan-jalan!"
"Jalan-jalan? Apa benal Appa? " tanya Jae Oh senang. Kai mengangguk.
"Baiklah Jae Oh mau tidul chiang. Dada Appa!" seru Jae Oh sambil memeluk Appanya. Jae Oh segera berlari ke arah kamar.
Ceklek!
Jae Oh sudah menutup kamarnya. Kai berdiri dan mengalihkan pandangan nya pada Krystal yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua. Tatapan mata Kai berubah menjadi dingin, "Hei, kenapa wajahmu pucat, sayang? Bukannya kemarin kau sudah bersenang-senang?" balas Kai datar.
"A-Apa maksudmu?" tanya Krystal pelan.
"Hahaha, Jangan berpura-pura bodoh, Chagiya." Senyum iblis mengembang dari bibir Pria itu. Keringat dingin membasahi pelipis Krystal. Kai berjalan ke arah kursi dan mengambil 'sesuatu' dari tasnya, "Lalu ini apa hah!? Bukankah ini kau?" balas Kai sambil melemparkan foto itu kearah Krystal. Foto yang menjadi saksi bisu perselingkuhannya dengan pria lain.
"Kai, a-aku bisa menjelaskan ini semua!" Krystal kikuk, dia berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Tetapi semua sudah terlambat.
"Menjelaskan apa!? Menjelaskan perselingkuhanmu!" Wajah Kai merah padam. Tangan Kai mengepal, menahan rasa sakit yang telah melukai dirinya. Melukai hatinya.
"Kai, a-aku ... Tolong dengarkan aku!" tangis Krystal pecah, Krystal berjalan mendekati Kai.
Grep!
"Kai! Aku mohon dengarkan aku ... Hiks!" Krystal memeluk erat suaminya. Berusaha untuk meminta belas kasihan dari Kai. Dengan kasar, Kai melepaskan pelukan Krystal darinya.
"Kai!! Mianhae! Mianhae ... Hiks!" air mata tak henti-hentinya membasahi pipi Krystal, "Mianhae, aku memang melakukan itu. Karena-" Krystal menggantungkan kalimatnya. Apakah ia harus jujur pada Kai?
"Karena apa hah! Karena apa!?" balas Kai kasar.
"Karena a-aku ... Kesepian Kai." balas Krystal pelan. Krystal menunduk kepalanya, dia tidak berani menatap mata Kai. Bahkan untuk mengangkat wajahnya. Dia sangat ketakutan.
"Apa?" Kai tak percaya, wanita yang sangat dicintainya dan telah dinikahinya selama ini telah menghianatinya, "Ha ... Hahaha ..." Hanya karena kesepian?
"Aku sudah muak dengan ucapanmu, Krystal." Kai memegang dagu Krystal. Menatap lekat kedua bola mata Krystal, "Aku bekerja untuk kalian berdua! Untuk kalian! Dan kau selingkuh hanya karena kau kesepian!?" Kai melepaskan pegangannya dari dagu Krystal. Berusaha untuk menenangkan dirinya. Suasana hening menyeruak, hanya dentingan jarum jam yang masih setia menemani mereka berdua, "Aku akan membawa Jae Oh."
Krystal terkejut. Apa yang sedang dipikirkan suaminya? Kenapa harus membawa Jae Oh? Apakah mereka akan ...
"Membawa Jae Oh? Apa maksudmu Kai? Apakah kita akan berce-!?"
"Ya, kita akan bercerai!" balas Kai, "Dan kau!" Kai menatap Krystal geram, "Kau jangan coba-coba mengambil Jae Oh dariku!" lanjut Kai.
Kai pergi menjauh, meninggalkan Krystal yang masih terpaku dengan ucapan suaminya tadi. Krystal hanya bisa menangis merutuki dirinya sendiri. Pernikahannya harus berakhir dengan cara yang menyedihkan. Karena dirinya. Kini janji suci yang telah mereka ucapkan bersama didepan Tuhan hanya akan menjadi bagian dari masa lalu. Masa lalu mereka.
•••
"Lying beside you, here in the dark. Feeling your heart beat with mine. Softly you whisper, you're so sincere. How could our love be so blind." Bibir Hyun Ji mengikuti alunan lagu yang diputarnya. Lagu yang disetel olehnya cukup romantis, sangat bertolak belakang dengan kehidupannya sekarang yang masih berstatus single.
Saat ini Hyun Ji tengah menghabiskan waktunya untuk bersantai di taman sambil menikmati udara pagi di ibukota Seoul. Menghilangkan stres yang dialaminya selama bekerja.
Braaak! Craas!
Hyun Ji terkejut, dia segera berlari ke dalam rumah. Dilihatnya vas bunga kesayangannya yang merupakan pemberian dari sahabat nya Krystal pecah. Mata Hyun Ji membulat, dia segera mengumpulkan tiap serpihan vas yang jatuh.
"Iiish! Kenapa bisa pecah sih!?" gerutu Hyun Ji. Sambil membawa serpihan vas, Hyun Ji berjalan ke arah tong sampah yang tak jauh dari sana. Kemudian Hyun Ji mengambil vacum cleaner untuk membersihkan sisa serpihan vas dan tanah yang bertebaran dilantai rumahnya.
"Kok perasaanku tidak enak ya?" Hyun Ji terdiam sesaat. Ada sesuatu yang mengganggu hatinya, "Aah! Mungkin cuma perasaanku saja." balas Hyun Ji sambil melanjutkan pekerjaan tambahan di hari liburnya ini.
•••
Kai terus memegang anak laki-laki semata wayang nya Jae Oh berjalan melewati banyak orang di bandara. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka terutama para yeoja. Hanya dengan setelan celana hitam, jaket hitam dan baju kasual berwarna abu-abu Kai tampak begitu mempesona.
"Hei coba lihat pria itu!"
"Ya ya aku lihat. Aigoo~"
"Waah, dia sangat tampan. Ngomong-ngomong anak siapa yang dibawanya?"
"Apakah itu adiknya!?"
"Babo! Mana mungkin adiknya semuda itu!"
"Terus itu siapa? Ooh ... Mungkin anaknya?"
"Lupakan dia pasti sudah menikah."
"Hei! Mana ada laki-laki yang sudah menikah membawa anaknya sendirian di bandara atau-" yeoja itu menggantungkan kalimatnya.
"Jangan-jangan dia duda!"
"Sstt! Jangan keras-keras! Nanti kita ketahuan!"
Begitulah kira-kira percakapan yeoja-yeoja yang memperhatikannya tadi. Kai hanya tersenyum saat mendengar sekilas percakapan mereka dan melanjutkan perjalanannya ke loket untuk mengambil tiket yang telah dipesannya.
"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu, Tuan?"
"Pagi, apakah tiket atas nama Kim Jongin dan Kim Jae Oh sudah ada?"
"Tunggu sebentar ya, Tuan." Pelayan itu segera mengecek, "Tiket pesawat atas nama Kim Jongin dan Kim Jae Oh di kelas VVIP kan?" sahutnya sambil memegang tiket yang telah dicetak tadi.
"Iya, betul." balas Kai sopan.
"Ini Tuan! Arigato, semoga perjalananmu menyenangkan!" balas pelayan itu sambil menundukkan kepalanya sebentar.
Kai menganggukkan kepalanya, "Arigato." Kai menatap Jae Oh lembut kemudian mengusap kepala Jae Oh, "Ayo, nak! Kita ke pesawat!"
"Ayo, Appa! Jae Oh tak chabal mau naik pechawat!" sahut Jae Oh senang sambil menarik-narik tangan sang ayah. Sekilas, Kai melihat tiket yang tadi dipesannya. Tertulis tempat yang akan dia tuju. Seoul, Korea Selatan.
TO BE CONTINUES
