Chapter 7
My feelings for you. It's never change.
Sore hari
Kai tengah berada di rumahnya yang ada di komplek perumahan elit Gangnam, Seoul. Dia memutuskan untuk pindah dari hotel yang kemarin dia tempati bersama Jae Oh. Bisa dibilang rumah yang ditempati. Kai lumayan mewah dan terkesan klasik. Dengan luas hampir 2 hektar, dilengkapi taman bunga, parkir mobil dan kolam renang. Membuat siapapun pangling akan kemewahan yang jelas tersaji di rumah tersebut.
Sekarang, Kai tengah sibuk membereskan kamar yang akan ditempati Jae Oh. Dengan lihai, Kai meletakkan pakaian, mainan, dan apa saja yang dibutuhkan oleh anak semata wayangnya, Kim Jae Oh.
"Haaah ..." Kai menghela nafas berat. Sudah lama ia tak menempati rumah peninggalan orang tuanya ini. Ia dan beberapa orang suruhannya membersihkan tiap sudut rumah yang sudah lama kosong. Kai tidak pernah berniat menyewakan ataupun menjual rumah tua yang bagi Kai sangat amat berharga.
Maka tak heran, kesan capek dan lelah terpampang jelas diwajah tampan nan mempesona milik Kai, salah satu CEO paling kaya dan sukses di Korea serta masuk dalam jajaran 100 orang terkaya di dunia versi majalah TIMES 2017. Membuat siapapun segan bahkan takut saat berhadapan dengannya.
Kai berjalan keluar dari kamar Jae Oh sambil mengelap keringat yang meluncur bebas di pelipisnya, "Benar-benar melelahkan." gumam Kai pelan. Kai berjalan menuju sofa yang terletak di ruang tengah.
Buk!
Pria bermarga Kim itu menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Melepaskan rasa lelah yang tadi sempat menyelimuti dirinya.
"Appa!" panggil Jae Oh sambil berlari kearah Kai, "Lihat appa ada bunga mawal!" kata Jae Oh senang sambil memegang tangkai mawar yang baru saja dipetiknya dari taman. Melihat kelakuan anaknya itu, Kai hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Jae Oh ternyata nakal ya. Sini!" Sahut Kai sambil beranjak dari tempat duduknya. Kai berjalan pelan menghampiri Jae Oh dan menggendongnya erat, "Coba lihat sayang. Kasihan, bunganya jadi layu." sahut Kai sambil memegang bunga yang tadi dipetik Jae Oh.
"Mianhaeyo, Appa." sahut Jae Oh pelan. Kai tertawa pelan melihat ekspresi anaknya yang begitu menggemaskan.
"Ne, Gwaenchanayo Jae Oh." balas Kai sambil mencium pipi kanan Jae Oh, "Nah, Jae Oh mau main apa?" tanya Kai lembut.
"Main jadi chupelman!" jawab Jae Oh senang. Kai pun segera menurunkan Jae Oh di sofa dan menggendong Jae Oh dengan posisi Jae Oh tengkurap seperti akan terbang.
"Ciyaaa! Super Jae Oh datang!" seru Kai sambil menerbangkan tubuh Jae Oh diudara yang dibalas tawa riang dari Jae Oh. Bagi Kai, menghabiskan waktu bersama anaknya merupakan momen yang membahagiakan sampai.
Bicheul sodneun Sky
geu arae seon ai I
Kkumkkudeusi Fly
My Life is a Beauty
Suara dering ponsel Kai menggema disepanjang ruangan. Menghentikan aktivitas ayah dan anak yang sekarang tengah menghabiskan waktu kebersamaan mereka. Kai menoleh ke arah ponsel yang berada di samping TV yang tak jauh dari tempat mereka bermain sekarang. Kai segera menurunkan tubuh Jae Oh di sofa.
"Jae Oh mainnya nanti dulu ya." ucap Kai yang dibalas dengan anggukan dari anaknya. Kai pun mengelus kepala Jae Oh pelan dan berjalan menuju ponsel yang terus saja berdering. Kai mengangkat ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya, "Ternyata benar. Kau rupanya." gumam Kai dingin.
Tiit!
"Untuk apa kau menelponku?" tanya Kai dingin.
"Kai." ucap wanita itu.
"Apa maumu, Krystal!?" jawab Kai dengan nada pelan namun menusuk.
"A-aku hanya ingin meminta sesuatu padamu." jawab Krystal dengan nada gugup.
Kai mengalihkan perhatiannya pada Jae Oh yang sekarang tengah bermain-main dengan bunga mawar yang tadi dipetiknya. Memastikan apakah Jae Oh tengah memperhatikan percakapan mereka. Kai meletakkan ponselnya sebentar dan mendekati Jae Oh, "Jae Oh Appa ada urusan sebentar. Jae Oh main sendiri dulu ya." sahut Kai sambil mengacak-acak rambut Jae Oh asal. Jae Oh pun mengangguk patuh dan berlari menuju taman yang berada agak jauh dari ruang tengah. Meninggalkan Kai sendirian.
Kai kembali mengangkat telponnya, "Cepat! Aku tidak punya banyak waktu!" gertak Kai kesal. Membuat wanita yang berada di ujung telpon menarik nafas pelan.
"Kai, bisakah kita bertemu?" pinta Krystal.
"Wah, kau menyusulku ke Korea. Heh, untuk apa? Ku pikir kau sekarang tengah bersenang-senang dengan pria brengsek itu?" balas Kai dengan nada sarkastik.
"Kai tolong dengarkan aku." balas Krystal parau, "Ada hal yang ingin aku bicarakan Kai. Aku mohon datang lah di kafe Coffebean malam ini jam 7." lanjut Krystal.
Kai terdiam. Menimbang-nimbang jawaban yang akan diberikan pada Krystal, "Aku tak berjanji akan datang, chagiya." seringai mengembang dari bibir Kai.
"Kai, aku mohon." balas Krystal lemah, ingin sekali ia berteriak dan menangis sekeras-kerasnya. Meminta Kai dan Jae Oh kembali kepelukannya.
Tapi semua itu percuma. Kai bukanlah tipe pria yang mudah luluh dengan air mata, "Aku bilang sekali lagi. Aku tak pernah berjanji untuk datang!" balas Kai dingin.
Tiit!
Kai memutuskan panggilan Krystal.
Braak!
Kai meletakkan ponselnya kasar. Tangan kiri Kai mengacak-acak rambutnya asal. Berusaha menenangkan perasaannya yang sekarang tengah bercampur aduk karena percakapan singkat tadi, "Ah, shit." gumam Kai pelan sambil memijit pelipisnya yang mulai terasa pusing.
•••
Kai terus menuntun Jae Oh berjalan melewati jalan di lorong apartemen mewah. Menggenggam erat tangan Jae Oh, "Appa kenapa kita kecini?" tanya Jae Oh.
Kai yang sedari tadi fokus memperhatikan jalan mengalihkan pandangannya ke arah Jae Oh dan menghentikan langkahnya sebentar, "Appa ada urusan, Jae Oh. Jadi Appa akan titipkan Jae Oh ke teman Appa. Tenanglah, teman Appa baik kok." balas Kai lembut.
Jae Oh menganggukkan kepalanya, "Oh, baiklah Appa." seru Jae Oh.
"Anak pintar." puji Kai singkat. Kai pun segera melanjutkan langkahnya hingga ia tepat berada didepan kamar apartemen yang dia tuju, "Nah, kita sampai!" seru Kai senang.
Ting Tong! Ting Tong!
Tak lama pintu apartemen pun terbuka. Menampilkan sosok pria yang tak asing bagi Kai, "Kai? Mwoya?" tanya Chen heran. Tiba-tiba perhatian Chen teralih saat dia melihat anak yang sedang dibawa oleh Kai, "Waah, siapa pria kecil ini? Jae Oh ya?" tanya Chen sambil mensejajarkan tubuhnya pada Jae Oh.
"Ne, ini Jae Oh. Kim Jae Oh." jawab Kai.
"Tak kusangka dia sangat mirip denganmu Kai!" seru Chen sambil mencubit pipi Jae Oh pelan. Kai hanya bisa terkekeh pelan melihat Jae Oh yang pasrah saja dicubit oleh Chen. Setelah merasa puas mencubit pipi lucu Jae Oh, Chen pun kembali berdiri.
"Chen, bolehkah aku menitipkan Jae Oh padamu?" tanya Kai penuh harap.
"Boleh-boleh saja sih. Tapi-" Chen menggantungkan kalimatnya, "Kau ada urusan apa sampai kau mau menitipkan Jae Oh padaku?" lanjut Chen heran.
Kai menghela nafas pelan, "Ini penting Chen Hyung. Ini menyangkut masalah wanita itu." balas Kai tegas.
"Wanita itu?" Chen mengernyitkan alisnya bingung. Mendengar perkataan Chen, Kai segera menatapnya dengan tatapan masa-kau-tak-tahu-siapa-dia, "Oh, ne. Aku mengerti." balas Chen paham yang kemudian dibalas anggukan kepala oleh Kai.
"Jae Oh, jadilah anak baik dan dengarkan kata Chen Ahjussi." seru Kai singkat. Kai menatap Jae Oh sambil mengelus rambut anaknya pelan, "Jangan nakal ya." gumam Kai pelan.
Kai mengalihkan pandangannya pada Chen, "Chen Hyung. Tolong jaga Jae Oh."
Chen mengangguk, "Ne, pasti." jawab Chen mantap. Kai pun tersenyum dan membalikkan punggungnya. Meninggalkan Jae Oh dan sahabatnya, Chen. Melihat sosok Kai yang mulai menjauh, Chen segera mengajak Jae Oh untuk masuk ke dalam apartemennya, "Nah, Jae Oh ayo masuk! Kalau lama-lama diluar nanti kedinginan!"
"Ne, Ahjussi!" balas Jae Oh senang.
TO BE CONTINUES
