Chapter 8
My feelings for you. It's never change.
Ceklek!
Terdengar suara gelak tawa dari ruang tamu. Tampak dua orang wanita tengah duduk di sofa empuk sedang asik bergosip-ria, "Eh, Hyun Ji kau tahu tidak? Baekhyun 2 hari yang lalu terjatuh di panggung saat dia sedang membawakan presentasi perusahaannya! Aku dengar-dengar sih karena dia terlalu bersemangat waktu itu! Hahahaha!" seru Victoria, wanita yang telah 1 tahun terakhir ini menjadi kekasih dari Chen.
"Hahahah! Pantas saja Taeyeon Eonnie kemarin tampak badmood, rupanya Baekhyun ya. Ada-ada saja tingkahnya Baekhyun Oppa." balas Hyun Ji. Pembicaraan mereka terus berlanjut sampai Chen masuk ke ruang tamu sambil memegang tangan mungil Jae Oh.
"Eh, Oppa?" tanya Hyun Ji heran. Dia menatap anak yang dibawa oleh Oppanya. Ekspresi bingung juga dikeluarkan oleh Victoria.
'Siapa anak itu?' batin Hyun Ji, "Oppa, itu siapa?" tanya Hyun Ji bingung. Hyun Ji terus menatap wajah anak itu. Seakan-akan ia begitu familiar dan entah mengapa mengingatkannya pada seseorang.
"Oh, dia? Ayo sekarang perkenalkan namamu." pinta Chen halus.
Jae Oh pun mengangguk, "Pelkenalkan nama chaya Kim Jae Oh!" seru Jae Oh sambil membungkukkan badannya, memberi hormat.
"Waah, lucunya! Perkenalkan nama Noona Victoria!" ujar Victoria gemas.
Sedangkan Hyun Ji, hanya terpaku mendengar nama anak itu. Anak memiliki marga yang sama dengan Kai, "Kim Jae Oh." gumamnya pelan. Tunggu sebentar. Itukan nama-
Hyun Ji menatap Chen bingung "Oppa, apakah tadi Kai Oppa kesini?" tanya Hyun Ji.
Chen menganggukkan kepalanya pelan, "Ne, tadi dia kesini."
"Lalu Kai Oppa dimana? Kok dia tidak masuk?"
"Dia bilang sih katanya ada urusan mendesak. Karena itulah dia menitipkan Jae Oh padaku." jelas Chen.
"Oh." balas Hyun Ji singkat. Hyun Ji mengembang senyumnya saat ia kembali menatap Jae Oh. Menatap anak yang merupakan buah hati dari Kai dan Krystal. Oh, Tuhan. Betapa beruntungnya mereka. Hyun Ji segera melempar rasa irinya jauh-jauh. Rasa iri yang masih tertancap dihatinya selama 6 tahun pada Krystal, "Namaku Hyun Ji. Salam kenal ya, Jae Oh." sahut Hyun Ji memperkenalkan dirinya. Yang kemudian dibalas senyuman manis Jae Oh.
•••
Di Cafe Coffebean
Malam pukul 19.00
Malam ini suasananya tampak begitu ceria, banyak sekali pasangan kekasih yang tengah bercengkrama dan menghabiskan waktu mereka di cafe itu. Apalagi hari ini adalah hari Valentine, hari dimana semua orang berbagi kasih sayang dengan orang-orang yang mereka cintai.
Melihat pemandangan yang tengah tersaji didepannya, membuat wanita kelahiran California yang duduk di sudut cafe tersenyum miris, "Aku lupa inikan hari Valentine." gumamnya pelan. Tangannya terus mengaduk-aduk kopinya yang mulai dingin. Mencari kesibukan yang setidaknya dapat mengalihkan perhatiannya sekarang.
Tak terasa waktu terus berlalu, satu persatu orang mulai meninggalkan tempat duduk mereka. Membuat suasana di cafe itu mulai terasa agak sepi. Wanita itu terus memperhatikan arloji cantik yang terpasang di tangan kanannya, "Jam 19.45." lirihnya pelan, "Kai tidak datang ya?"
Krystal mengalihkan pandangannya ke kaca, menatap sekilas gemerlapnya lampu-lampu hias yang terpasang rapi di tiap sudut pertokoan di depan cafe itu. Krystal agak ragu dengan keputusannya sekarang untuk menemui Kai disaat situasi mereka tengah memanas.
"Haah ..." Krystal menghela nafasnya pelan sambil merenggangkan lehernya yang mulai terasa pegal. Dirinya masih kukuh untuk menunggu pria yang masih berstatus sebagai suaminya.
Seorang pelayan pria datang ke meja Krystal, "Permisi, Nona." sapanya sopan.
"Ne, ada apa?"
"Apakah Nona tidak ingin memesan makanan penutup? Kebetulan cafe kami menyediakan diskon khusus hari Valentine." jelasnya.
"Aah ... aku rasa kopi ini sudah cukup. Terima kasih atas tawarannya." tolak Krystal.
"Baiklah. Kalau begitu saya permisi Nona." balas pelayan itu sambil membungkukkan tubuhnya dan segera pergi meninggalkan meja Krystal.
Tak selang beberapa menit setelah pelayan itu pergi terlihat seorang pria masuk ke dalam cafe. Hanya dengan setelan kemeja putih yang dibalut jas hitam dan celana berwarna senada yang elegan, membuat pria itu tampak begitu mempesona. Terdengar suara bisik yang dilontarkan oleh beberapa wanita yang tengah menikmati malam mereka di cafe ini yang sukses membuat Krystal mengernyitkan alisnya. Siapa pria yang tengah dibicarakan oleh mereka.
Krystal segera mengalihkan pandangannya ke arah pria yang berjalan tepat menuju ke arahnya, "K-Kai?" Ekspresi gugup, panik, dan rasa takut bercampur menjadi satu. Tiba-tiba Krystal merasakan hawa panas mulai menyelimuti tubuhnya sekarang.
Lain halnya dengan Kai, dia tampak santai dan tersenyum saat Krystal melihat kedatangannya. Senyuman yang bagi Krystal tampak sangat mengerikan. Mata elang Kai terus menatap lekat mata hazel kecoklatan Krystal. Senyum atau lebih tepatnya smirk tajam menghiasi wajah tampan Kai. Membuat Krystal meneguk salivanya sendiri. Tanpa Krystal sadari, ia mulai menggenggam erat gelas kopi yang dipesannya. Menyalurkan rasa takut yang jelas-jelas terpampang diraut wajah cantiknya sekarang.
Tap!
Kini Kai tepat berada di depan Krystal dan mulai menarik kursi agar ia bisa duduk, "Sudah lama menunggu, eh?" tanya Kai sambil mengembangkan senyumannya.
"Lumayan." balas Krystal singkat. Kai hanya terkekeh pelan saat mendengar jawaban Krystal yang sangat amat jujur itu.
Kai mengambil buku menu dan melihat menu apa saja yang ada disana. Tak selang beberapa menit, Kai memanggil pelayan dan memesan minuman favoritnya, Black Coffe. Setelah pelayan itu pergi dari tempatnya, Kai segera mengalihkan perhatiannya pada Krystal.
"Nah ... Jadi apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Kai to the point.
Krystal menarik nafas pelan, "Kai, apakah tak ada jalan lain. Selain bercerai?" tanya Krystal.
Mata hazel Krystal menatap teguh Kai. Seakan menyiratkan kesungguhan akan niatnya. Berusaha memperbaiki kesalahan yang telah ia perbuat. Mendengar pertanyaan Krystal, Kai hanya tertawa hambar, "Setelah semua yang kau perbuat. Kau masih berharap dapat terus bersamaku?" balas Kai dingin.
Mata Krystal mulai memanas, air mata yang sedari tadi ia tahan mulai mengalir dari pelupuk matanya. Kai sontak terkejut saat melihatnya menangis, ingin rasanya ia menghapus air mata yang mengalir dipipi wanita ini. Tapi ia menahan niatnya. Ia tak ingin luluh terhadap tipu daya Krystal. Untuk yang kedua kalinya.
"Heh, kau pikir dengan menangis seperti itu kau dapat meluluhkan hatiku? Don't be silly, Krystal!" balas Kai datar.
Tak lama kemudian pesanan Kai datang. Pelayan cafe menaruh pesanannya perlahan. Melihat suasana yang tengah memanas, pelayan itu segera membungkuk dan meninggalkan meja mereka berdua.
Kai menyesap minumannya pelan dan menaruh cangkirnya diatas meja, "Aku sudah tahu hubunganmu dengannya." Kai merenggangkan lehernya pelan. Lalu kembali menatap Krystal tajam, "Kalian sudah lama menjalin hubungan bukan? Bahkan sampai sekarang, sampai kita menikah! Heh, menyedihkan sekali." ujar Kai datar.
"Ka-kami tidak pernah!" sanggah Krystal cepat.
"Jangan bohong!" Kai membentak Krystal kasar, membuat Krystal kembali menutup mulutnya rapat, "Kau pandai sekali berakting Krystal. Benar-benar luar biasa." ujar Kai sambil mengembangkan smirknya.
Kai menggeser cangkirnya disisi kiri meja dan mendekatkan wajahnya pada Krystal, "You know what? Aku bahkan sempat meragukan Jae Oh adalah anakku!" balas Kai dengan nada berapi-api, "Tapi diam-diam aku sudah menjalankan tes DNA pada Jae Oh dan untung saja hasilnya cocok denganku!" lanjut Kai.
Mendengar pernyataan Kai, Krystal hanya terdiam membisu, "Aku tetap menghargaimu sebagai ibu dari Jae Oh. Ibu kandungnya! Tapi maaf saja. Aku tak pernah memaafkan seorang pengkhianat!" seru Kai geram.
Kai segera menjauhkan badannya dari Krystal dan merapikan setelan jasnya. Sementara Krystal hanya terdiam mendengarnya. Kata-kata Kai sukses membuat Krystal tercekat. Seorang pengkhianat?
Kai segera bangkit dari tempat duduknya, "Dan satu hal lagi, perceraian kita akan berlangsung besok lusa." ujar Kai.
"K-Kai!? Ap-"
"Aku rasa tak ada yang perlu dibicarakan lagi." potong Kai. Tanpa menghiraukan kata-kata yang keluar dari bibir Krystal. Pria itu segera membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan meninggalkan mejanya.
Krystal terkejut. Sontak ia berdiri dan menarik lengan Kai, menahan pria itu agar tidak pergi menjauh darinya, "Kai, aku mohon." panggil Krystal pelan. Suara Krystal mulai serak karena tangisannya.
Kai menarik nafas berat, ia segera melepaskan pegangan tangan Krystal dari lengannya, "Krystal, it's over." balas Kai pelan tanpa memandang Krystal yang masih berdiri dibelakangnya. Dengan langkah cepat, Kai meninggalkan Krystal yang masih menatap punggungnya.
Krystal menjatuhkan tubuhnya di kursi sambil memalingkan wajahnya ke arah kaca. Berusaha menyembunyikan air mata yang masih setia mengalir di pipinya, "Mianhae." gumamnya pelan. Krystal menggigit bibirnya kuat, menahan isak tangis yang seakan-akan tak bisa dibendung lagi, "Kai, mianhae."
TO BE CONTINUES
