Pure Love 2017 Chapter 17

Posted by Lee Yena, Released on

Option



Chapter 17

My feelings for you. It's never change.


Hyun Ji terus mengikuti kemana punggung tegap pria itu pergi. Seperti seekor anak ayam yang senantiasa mengikuti induknya. Ia terus berusaha menahan senyuman diwajahnya, paling tidak agar orang-orang yang mengenakan seragam pelayan itu tak menyadari kalau ia sedang salting. Bahkan jantung nya bergemuruh seperti genderang yang sedang bertabuh di tengah medan peperangan.


Kalau ia tak mati-matian menahan kedua kakinya agar tetap menapak dilantai, mungkin ia akan segera jatuh pingsan dengan gaya tak elit diatas porselen putih ini. Berterima kasihlah pada gaya gravitasi bumi yang ditemukan oleh Isaac Newton—walaupun sebenarnya ia juga ragu terhadap teori itu—dan harga dirinya yang masih mau bertahan sampai saat ini. Langkahnya terhenti sesaat setelah sampai di depan sebuah pintu.


"Nah, kamarmu disini. Kalau ada apa-apa kabari aku atau kau bisa menekan bel yang ada diatas nakas meja, pelayan akan segera datang disini." jelasnya lalu meletakkan koper hitam yang dibawanya tadi.


"Baiklah, aku mengerti." jawab Hyun Ji seadanya. Paling tidak itu lebih baik dari pada ia menjawabnya dengan nada gugupnya seperti saat datang tadi. Astaga, dia sangat malu.


"Istirahatlah, satu jam lagi kita akan makan siang. Kamu mau kan?"


Hyun Ji menolak? Yang benar saja? Tidak ada kata penolakan dalam kamus hidupnya bila menyangkut dengan nama pria itu. Apalagi ditawari makan siang bersama dengannya.


"Ne, aku mau." balas Hyun Ji seraya mendongakkan kepalanya, menatap lurus kearah pria itu seraya menarik senyuman dibibirnya.


"Kalau begitu aku pergi dulu ya." Kai tersenyum lalu mengacak-acak rambut ikal gadis itu lalu melenggangkan kakinya pergi, menjauh dari kamar yang akan ditempati oleh Hyun Ji.


Setelah dirasa Kai telah pergi jauh. Hyun Ji mengelus rambutnya sendiri, merasakan sisa-sisa tangan pria itu. Aroma maskulin yang bercampur dengan bau shampoo yang dia pakai tadi pagi. Benar-benar wangi.


Seketika ia menegang saat mengingat kejadian itu. Kejadian dimana ia kehilangan first kiss nya. First kiss nya yang berharga. Tapi karena pria yang merebutnya adalah Kai, ia memilih diam.


Tapi, bagaimana kalau insiden itu terulang lagi? Atau yang akan terjadi malah lebih parah dari itu?


"No, no way." Hyun Ji menggelengkan kepalanya berkali-kali, "Mungkin aku lagi capek." sahutnya.


Hyun Ji segera membuka pintu dan menarik kopernya untuk diletakkan didalam kamar. Hyun Ji berdecak kagum saat memandang kamar yang akan ditempatinya. Gila, kamarnya saja seluas ruang keluarga.


"Empuknya." pujinya saat Hyun Ji merebahkan dirinya di kasur yang didomisasi dengan warna putih, menikmati empuknya tiap sudut tempat tidur berukuran king size yang bahkan cukup untuk menampung 3 orang dewasa sekaligus.


Perlahan rasa kantuk mulai melanda. Hyun Ji menguap beberapa kali, tanpa aba-aba gadis itu menutup pelupuk matanya pelan.


10 detik.


30 detik.


1 menit.


Kesadarannya telah memudar, pelupuk matanya telah tertutup erat. Bibirnya mulai mengeluarkan suara dengkuran halus. Lambat laun, ia pun masuk alam bawah sadarnya. 


•••


Matanya masih terpaku dengan berkas-berkas yang diletakkan diatas meja, sesekali ia menyesap kopi hangat yang diletakkan di sebelah kanannya. Walaupun ia dirumah, tetapi masih saja dia masih disibukkan dengan urusan bisnis nya yang menumpuk.


Kai, pria itu bisa saja menyuruh asisten kepercayaan nya Xi Luhan untuk menyelesaikan semuanya. Tetapi ia juga tak bisa percaya 100% kalau menyangkut masalah perusahaan. Ini adalah hal yang harus ia kerjakan sendiri. Kalau dia sudah diambang batas baru diserahkan pada Xi Luhan. Patut diakui, Kim Jongin adalah tipe pria perfeksionis dalam segala hal. Apalagi dalam masalah pekerjaan.


Tok! Tok! Tok!


Perhatiannya teralih saat mendengar ketukan dari arah pintu. Sejenak ia merenggangkan kedua lengannya lalu beranjak dari kursinya dan berjalan menuju pintu, lalu membukanya.


"Ya, ada apa?"


"Maaf mengganggu tuan, makan siang nya sudah siap." ujar seorang pelayan seraya membungkukkan sedikit punggungnya.


"Hm, baiklah. Kau panggil Jae Oh dan gadis bernama Hyun Ji yang sedang beristirahat di kamar tamu. Aku akan segera menyusul." titahnya.


"Baik, tuan." pamitnya lalu pergi.


Dia kembali masuk ke dalam, merapikan berkas-berkas yang bertebaran di atas meja. Setelah di rasa telah rapi, ia kemudian keluar. Meninggalkan ruang kerjanya-berada di lantai dua-dan melangkahkan kakinya menuju ruang makan yang berada di lantai satu.


Kai mulai gelisah. Sudah lebih dari 15 menit ia menunggu di meja makan, tetapi Hyun Ji belum menunjukkan batang hidungnya. Sementara ia dan anaknya sedang menyantap makanan yang telah tersedia diatas meja.


"Pelayan!" panggil nya.


Tak lama datanglah seorang pelayan menghampirinya, "I-iya tuan. Ada apa tuan memanggil saya?"


"Bukannya aku sudah menyuruhmu memanggil Hyun Ji. Ini sudah waktunya makan. Dimana dia sekarang?" tegas Kai seraya menatap tajam kearah pelayan itu.


"Ma-maaf tuan. Saya sudah mengetuk kamarnya berkali-kali. Tapi nona Hyun Ji tak mau keluar." jawab pelayan wanita itu.


Kai menghela nafas berat lalu bangkit dari tempat duduk nya, "Jae Oh, appa pergi sebentar ya. Mau ke kamar kakak Hyun Ji." katanya.


Jae Oh yang duduk disebelah Kai hanya menatap sekilas dan mengangguk. Melanjutkan aktivitas menghabiskan makan siangnya. Bahkan nasi di piring nya sudah tersisa setengah. Kai meninggalkan meja, melenggangkan kakinya menuju kamar Hyun Ji.


Tok! Tok! Tok!


"Hyun Ji, ini sudah jam makan siang. Ayo kita makan."


Tidak ada jawaban.


Tok! Tok! Tok!


"Hyun Ji."


Dahi Kai mulai mengkerut. Masih tidak ada jawaban yang diterimanya. Tampak raut wajah Kai mulai khawatir, "Hyun Ji, apa kau sakit?"


Hening. Ia kembali tak mendapatkan balasan apapun. Kai menghela nafas berat. Akhirnya ia membulatkan tekad nya untuk masuk ke dalam kamar.


Ceklek!


"Hyu-" perkataan Kai terputus saat melihat ke arah ranjang.


Selimut putih terjatuh dilantai, seprai yang berantakan, serta seorang gadis yang tengah terlelap seraya memeluk erat gulingnya.


Glup!


Kai meneguk salivanya saat matanya tak sengaja melihat ke arah rok Hyun Ji yang tersingkap keatas. Memperlihatkan paha yang putih mulus dan bokong yang begitu menggoda untuk disentuh. Bahkan ia bisa melihat motif underwear yang Hyun Ji kenakan.


"Hello kitty? How cute."


Kai mendekati Hyun Ji. Ia menunduk mensejajarkan wajahnya dengan Hyun Ji. Matanya menelusuri lekuk wajah gadis yang tengah terlelap itu.


Imut. Gadis di depannya sangat imut.


Perlahan Kai menepuk pipi Hyun Ji, "Hyun Ji, ayo bangun." bisiknya.


"Nghhh ..." terdengar suara lenguhan dari Hyun Ji. Gadis itu mengerjabkan matanya berkali-kali.


Sedikit demi sedikit kesadarannya mulai pulih, tergantikan oleh ekspresi terkejut saat dirinya mendapati seorang pria tengah memandanginya dari jarak yang dekat.


"O-oppa!" teriaknya lalu dalam sekejab mengubah posisi tidurnya menjadi ekspresi duduk.


"Maaf mengejutkanmu. Tapi ini sudah waktunya makan siang." tutur Kai seraya memasang senyuman hangat dan kemudian bangkit berdiri.


"Kajja." ajaknya.


"N-Ne, Oppa." balas Hyun Ji. Ia segera menurunkan kakinya ditepi ranjang, mengikuti Kai yang sekarang tengah menunggunya untuk berdiri.


Sembari mengikuti pria itu, Hyun Ji merutuki dirinya sendiri. Baru sehari. Ralat, ia baru dirumah ini sekitar 1 jam lebih. Dia sudah membuat dirinya malu karena kebiasaan tidurnya yang sulit di ubah.


TO BE CONTINUES

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset