Chapter 20
My feelings for you. It's never change.
5 hari kemudian ...
Kai's Home
Pukul 10.45
"Wah, nona cepat sekali belajar nya." seru pelayan yang disambut senyuman tak enak dari Hyun Ji.
"Ah, bibi. Ini biasa saja kok." Hyun Ji menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Apa hebatnya memasak nasi goreng? Semua orang juga bisa." ujarnya seraya menatap nanar nasi goreng seafood yang ia buat.
"Kalau masakannya dibumbui dengan cinta. Pasti beda, nona." goda pelayan itu.
Sontak Hyun Ji bersemu merah, ia begitu malu, "Ih, bibi. Apaan sih?"
"Nona suka ya sama tuan Kim Jongin?"
"Si-siapa bilang!?" sentak Hyun Ji. Ia merutuki dirinya sendiri. Hyun Ji yakin pipinya sudah memerah seperti tomat masak.
"Bibi tahu sendiri kok. Bibi sering lihat kalau nona suka salting kalau lagi dekat sama tuan. Cieee ..."
"Bibi! Jangan kayak gitu dong!" Hyun Ji memasang ekspresi cemberutnya. Sedangkan pelayan disebelah nya hanya tertawa pelan.
"Bibi juga pernah muda nona." ia tersenyum, "Apalagi yang namanya cinta. Bibi dulu juga sama seperti nona Hyun Ji."
"Maksud bibi?" selidik Hyun Ji.
"Cinta bertepuk sebelah tangan." Hyun Ji terdiam, "Menyukai seorang pria yang telah resmi menikah. Apalagi menikah dengan sahabat sendiri. Hah, kalau ingat-ingat dulu. Rasanya begitu menyedihkan."
"Bibi Seul."
"Tak apa nona. Lagipula itu sudah lama berlalu." wanita paruh baya itu tersenyum. Walau bagi Hyun Ji tampak seperti senyum yang di 'paksakan'.
"Bedanya, tuan Kim Jongin sudah menjadi duda. Nona Hyun Ji pasti memiliki kesempatan buat mendapatkan hati tuan." katanya berusaha memberikan semangat.
Hyun tersenyum tetapi tak lama senyumnya memudar, "Entahlah, Bi ..." nada bicara Hyun Ji mulai merendah, "Mendapatkan hatinya. Itu sangat sulit." ringisnya.
"Aku tak pernah tahu perasaannya padaku." Hyun Ji menjeda kalimatnya. Ia menunduk, "Ia tak pernah menganggap ku lebih dari seorang adik. Dari dulu hingga sekarang."
Cairan bening perlahan mengalir dari pelupuk matanya. Hyun Ji tertawa lalu mengusap air matanya yang sudah meleleh hingga ke pipi, "Maaf bibi. Mataku sering kelilipan debu."
Bibi Seul menepuk pundak Hyun Ji, berusaha menyalurkan kekuatan padanya, "Jangan menyerah ya nona." bibi Seul tersenyum lembut, "Nona gadis yang baik."
Hyun Ji terenyuh, ia mengerjabkan matanya berkali-kali dan kembali menarik lengkungan indah di kedua sudut bibirnya.
"Terima kasih, bibi."
Tersadar, Hyun Ji segera memasukkan nasi goreng buatannya kedalam kotak bekal, "Sudah hampir jam makan siang. Aku pergi dulu ya bibi." ujar Hyun Ji seraya tersenyum.
"Nona hati-hati ya." seru Bibi Seul yang dibalas dengan anggukan singkat oleh Hyun Ji.
×××
Kim Cooperation
Pukul 11.25
Hyun Ji mempercepat langkahnya tak memperdulikan kerumunan orang berjas yang menatapnya dengan tatapan siapa-dia-ya-kok-aneh-banget-dandanannya.
Hyun Ji menghela nafas, apa salahnya ia menggunakan baju yang kelewat santai. Dengan baju kaos lengan pendek berwarna pink bercorak hello kitty, celana jeans selutut, tas selempengan di sisi kanannya serta tangan kanannya yang membawa rantang kotak makanan.
Ok, ia jengah. Kenapa tatapan mereka seperti ingin menghakimi dirinya karena menggelapkan uang perusahaan? Apa salahnya? Toh, ia juga bukan pegawai disini.
Hyun Ji segera menepis perasaan jengahnya dan langsung melangkah menuju ke lift yang ada beberapa meter didepannya sekarang.
Ting!
Pintu lift terbuka lebar di barengi beberapa orang berpakaian formal keluar dari sana. Hyun Ji tersenyum. Kebetulan sekarang liftnya telah kosong. Dengan santai, ia melangkah masuk ke dalam. Di tatapnya tombol lift yang menampilkan banyak angka. Ia menekan angka 21, lantai paling atas. Tempat dimana ruangan kerja Kai berada.
Ini bukanlah pertama kali ia kesini. Dulu saat ia masih menempuh pendidikan dibangku kuliah kakaknya Chen sering mengajaknya untuk ikut bersamanya pergi berkunjung ke perusahaan Kai, The Kim Cooperation.
Keren bukan? Di usia yang dibilang masih cukup muda. Kai oppa telah menjabat sebagai CEO perusahaan besar dan salah pemegang saham terbesar dalam perekonomian negera. Dalam jajaran pemegang saham terbesar, Chen oppa juga termasuk dalam salah satunya.
Ting!
Tak terasa, ia telah sampai. Hyun Ji segera melenggangkan kakinya. Berjalan menyelusuri lorong seraya menebarkan pandangannya. Mencari-cari dimana letak ruang kerja milik pria bernama Kim Jongin.
"Irene eonni!?"
"Hyun Ji!"
Teriaknya secara bersamaan, sontak keduanya pun memperkecil jarak dan berpelukan erat seperti di kartun teletabis.
"Aah! Kau sudah besar ya! Semakin cantik saja!" ujar Irene seraya menangkup kedua pipi Hyun Ji gemas dan menggoyang-goyangkan kedua tangannya.
"Eonni! Lepasin! Sakit tahu!" sungut Hyun Ji. Irene segera melepaskan tangannya dari kedua pipi Hyun Ji dan menggumamkan kata maaf berkali-kali.
"Bagaimana hubunganmu dengan Suho oppa?" Hyun Ji mulai membuka pembicaraan mereka.
"Ah, dia ..." Irene tersenyum malu-malu, "Nih, lihat." ia menunjukkan cincin berlian yang melingkar di jari manisnya.
"What? Kalian sudah menikah? Kenapa kalian tak mengundang aku!?"
"Maaf, Hyun Ji. Kedua orang tuaku dan Suho sepakat pernikahannya diadakan secara tertutup." Irene menghela nafas, "Yang di undang hanya keluarga dan sanak saudara. Aku bahkan masih merasa bersalah karena tidak mengundang kau dan Lisa waktu itu." jelas Irene panjang lebar.
Sementara Hyun Ji membalasnya dengan anggukan, tanda mengerti atas apa yang dikatakan oleh Irene.
"Iya tak apa." jawab Hyun Ji.
"Kau membawa bekal? Untuk siapa?" perhatian Irene teralih pada rantang makanan yang Hyun Ji bawa.
"Oh, ini." Hyun Ji mengangkat tangannya, "Ini untuk Kai oppa."
"Oh, untuk dia." Irene terdiam sejenak, "Tapi nampaknya ia masih ada tamu. Siapa namanya? Kang? Kang? Ah! Kang Seulgi!."
"Benarkah? Tak masalah. Aku akan menunggunya hingga selesai."
"Tapi-" perkataan Irene terhenti saat melihat Hyun Ji yang malah tampak sangat terkejut dengan apa yang ia lihat. Seorang wanita berpakaian minim yang melangkah tenang keluar dari pintu kokoh itu. Terdapat papan yang bertuliskan 'CEO The Kim Cooperation'.
Itu ruang kerja Kai oppa, batin Hyun Ji.
"Apa yang kau lihat?" Irene membalikkan tubuhnya, mencari objek yang membuat Hyun Ji meremang. Dan benar saja, orang yang tadi barusan ia bicarakan muncul didepan mereka.
Tanpa mengindahkan tatapan aneh dari dua wanita yang menatapnya aneh. Seulgi terus melangkahkan kakinya, melewati mereka berdua hingga dirinya menghilang dibalik lift.
"Siapa dia?" tanya Hyun Ji spontan.
"Dia yang namanya Kang Seulgi." ucap Irene, "Kau mengenalnya?"
Hyun Ji menggelengkan kepalanya, "Aku tak mengenalnya. Tetapi aku pernah melihat wanita itu."
"Oh ya?" ucap Irene seraya menganggkat alisnya sebelah, "Dimana?"
"Di- Ahh! Sudahlah onnie. Itu tidak penting." ucap Hyun Ji. Berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Sudah beberapa kali wanita itu datang kemari. Jujur saja aku tidak begitu menyukai nya."
'Apalagi aku!' batin Hyun Ji berceloteh.
"Dan yang lebih parah dari itu. Dia mengaku sebagai pacar dari bosku." jelas Irene seraya melipat kedua tangannya gusar.
Deg!
'Apa katanya? Pacar!?'
"Eonni, aku boleh minta tolong enggak?"
"Boleh. Katakan saja."
"Tolong berikan ini pada Kai oppa." ucap Hyun Ji seraya menyerahkan rantang makanannya pada Irene.
"Baiklah. Tapi apa kau tak mau menemuinya?"
"Tak apa. A-aku baru ingat kalau ada janji dengan seseorang. Hehehe ..."
Bohong. Itu semua bohong.
"Kalau begitu aku permisi dulu ya. Bye!" ucap Hyun Ji seraya mengembangkan senyumannya. Ia melangkah, meninggalkan Irene yang masih menatapnya heran.
Hyun Ji menggigit bibirnya. Menahan suara isakan yang hampir keluar dari bibirnya.
"Hiks ..." Sekali lagi. Hati kecilnya kembali terluka.
TO BE CONTINUES
