Chapter 21
My feelings for you. It's never change.
Manik obsidian pria itu menatap lekat renteng makanan berukuran sedang yang diletakkan di atas meja. Ia mendongakkan kepalanya, menatap Irene--asisten pribadinya--yang tengah berdiri dihadapannya dengan tatapan bertanya.
"Ini dari Hyun Ji?"
"Ya, tuan." jawabnya singkat, "Dia sebenarnya ingin menemui tuan presdir. Tetapi-" Irene tak melanjutkan kata-katanya dan hanya menatap Kai dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Tetapi apa?" tanya Kai gusar.
"Dia tampaknya tak menyukai ... Err ... kekasih baru tuan."
Kai terhenyak saat mendengar perkataan Irene. Kai mendecih pelan saat mengingat wanita yang baru saja memuaskan dirinya.
"Entahlah tuan. Itu hanya perasaan saya saja." Irene menggeleng pelan.
"Kalau begitu saya permisi." Irene membungkukkan badannya, meninggalkan ruangan kerja pria itu.
Kriiiet.
Baam.
Kai menghela nafas berat. Penasaran, ia segera membuka tutup kotak makanan dan mendapati bau harum yang menguar dari sana.
Nasi goreng seafood dengan toping udang plus tomat. Ia terhenyak, ini adalah makanan favoritnya.
Darimana Hyun Ji tahu semua ini?
Kai tersenyum simpul, dengan cekatan ia mengambil sendok yang ada didalam kotak makanannya itu dan mengambil nasi goreng itu sesuap. Mencicipi seberapa enak makanan yang Hyun Ji buat.
"Enak." ungkapnya kemudian kembali memasukkan suapan nasi goreng itu kedalam mulutnya.
×××
Kai menghela nafas berat, pikirannya tak henti-hentinya gusar. Bingung dengan apa yang ia rasakan sekarang. Ini sudah dua hari dan selama dua hari itulah, Hyun Ji selalu tak mengacuhkan dirinya.
Ok, mungkin dia terlalu berlebihan. Tapi, Ayolah! Dia paling tidak suka ini. Apa ia melakukan kesalahan? Atau Hyun Ji sudah tak betah lagi tinggal bersamanya?
Sedangkan Jae Oh, anaknya yang hampir genap berusia empat tahun tengah bergelayut manja dipangkuan sang ayah seraya memainkan robot mainannya.
Jae Oh mendongak. Menatap manik sang ayah, "Appa, Noona kemana?"
"Appa tidak tahu sayang." ucapnya lembut. Jujur, ia juga memikirkan hal yang sama, dimana gadis itu sekarang?
Kai semakin khawatir saat jarum jam menunjuk ke angka 12. Tepat tengah malam dan Hyun Ji masih 'hilang' tanpa memberi kabar apapun padanya.
"Jae Oh tunggu dirumah ya. Appa akan mencari Noona." tutur Kai seraya memindahkan posisi anaknya, dari pangkuannya ke bantalan sofa disebelahnya.
"Baik, Appa."
×××
Hyun Ji p.o.v
Aku menghela nafas pelan. Menatap lampu-lampu taman disebrang jalan. Begitu indah dan menyilaukan. Aku kembali menyesap kopi panas yang tadi kupesan. Menghabiskan waktu di cafe langganan plus fasilitas wifi merupakan surga bagi siapapun yang ingin menghabiskan malamnya seorang diri.
"Apa yang kau lakukan malam-malam begini gadis cantik?" sapa seseorang dari arah belakang.
Deg!
Tubuhku tersentak pelan saat mendengar suara yang tak asing di telingaku. Aku membalikkan tubuhku dan tersenyum renyah saat manik mataku bertemu dengannya.
"Sehun!" seru ku seraya bangkit dari bangku kafe dan menghantamnya dengan pelukan. Ia hanya tertawa dan menepuk-nepuk pundakku.
Dia adalah Oh Sehun, teman masa kecil sekaligus sahabat baikku.
"Bagaimana kabarmu?" ucapnya seraya menundukkan kepalanya, menatap wajahku yang tak lebih tinggi dari dadanya. Aku kesal! Kenapa pertumbuhan pria begitu cepat? Usia kami kurang lebih sama hanya saja Sehun lebih tua tiga bulan dariku. Tapi kenapa tubuhnya sudah setinggi tiang jalanan?
Aku melepaskan pelukanku dari tubuh kekarnya dan menyunggingkan senyuman, "Baik. Kau sendiri?"
Ia terkekeh, "Seperti yang kau lihat. Aku semakin tampan bukan?"
Aku hanya mendengus pelan seraya memberikan tatapan mengejek, "Dasar narsis." ia hanya tertawa.
Aku mempersilahkan Sehun untuk duduk disebelahku dan dengan senang hati ia menurutiku, "Kau mau pesan apa?" ucapku seraya memberikan buku menu padanya.
"Kau tak akan larikan?" ia menatap ku ragu.
Aku sontak tertawa saat memperhatikan wajahnya yang tiba-tiba serius. Ingatanku berputar pada kejadian 7 tahun yang lalu saat aku meninggalkan Sehun di restoran mahal dengan tagihan yang cukup menguras kantongnya. Aku bahkan masih ingat saat mengingat wajahnya yang merah padam menahan malu saat itu.
"Ya-ya, kau tak perlu khawatir."
"Baiklah, aku pesan es doger saja."
Aku segera memanggil pelayan dan memesankan minuman favorit Sehun. Aku mengerling mataku malas saat melihat pelayan wanita itu sibuk menggoda Sehun dan rupanya Sehun dengan senang hati melayaninya.
Oh Sehun, semasa sekolah siapa yang tak mengenal dirinya? Playboy kelas kakap dengan puluhan mantan yang bertaburan di seluruh penjuru Korea Selatan. Berbagai macam wanita pernah ia kencani. Sebut saja artis, model, penyanyi tersohor, guru dan janda muda pernah ia dekati. Dan aku salah satu wanita yang beruntung bisa begitu dekat dengannya. Saking dekatnya, aku sempat diteror oleh fans fanatik Sehun yang ada di berbagai sekolah.
Tak berapa lama pesanannya datang.
"Sehun, kenapa nomor ponselmu sering tak aktif? Aku kan jadi susah kalau mau menghubungimu!?" omelku.
"Ciee ... yang rindu sama diriku yang tampan ini."
Mimik wajahku berubah seperti ibu-ibu hamil yang tengah menahan rasa mual, "Bisa tidak tingkat kepedean mu itu dikurangi. Sedikit saja." ujarku seraya menyatukan jari telunjuk dan jempolku.
Walau harus ku akui. Wajah sahabatku ini benar-benar tampan. Sialan!
Sehun hanya tertawa menanggapi cibiranku. Tampak ia membuka ponselnya dan menyodorkan nomor pribadinya. Akupun segera mengambil ponsel milikku untuk mencatat nomornya.
"Bagaimana pekerjaanmu di sana?"
"Lumayan melelahkan." ia mendengus pelan, "Cukup untuk membuat tubuhmu patah tulang setiap harinya."
"Wow, pasti melelahkan ya menjadi koreografer di SM Entertainment." kataku takjub.
"Iya benar. Memang melelahkan, tetapi untung saja gajinya lumayan. Kalau tidak aku akan lebih memilih mengikuti kuliah bisnis dan meneruskan perusahaan ayahku."
Aku mengangguk pelan, "Tapi tetap saja kau akan mengambil alih perusahaan ayahmu bukan?"
"Itu sudah pasti." ungkapnya seraya memamerkan senyuman jahilnya. Dasar! Mentang-mentang ayahnya adalah orang ketiga terkaya se-Asia.
"Ah! Bagaimana hubunganmu dengan Tzuyu?" tanyaku seraya menyeruput kopi yang tadi ku pesan.
Ia terhenyak saat mendengar pertanyaanku. Sontak aku menatap manik hitamnya bingung.
"Sehun?"
"Belum ada kemajuan." pandangannya tampak melemah.
"Apa Chanyeol Oppa masih belum merestui kalian?"
Ia mengangguk, "Ne."
Aku terdiam sejenak, menatap raut kegelisahan yang tergambar diwajah tampannya.
"Oh, begitu." kataku singkat, "Kalau kau memang mencintai Tzuyu, kenapa kau tak culik saja dia?" kekehku.
Sehun sontak terkejut, "Menculiknya?" tak lama ia menyeringai, "Ide yang bagus."
Seringai dibibirnya membuatku merinding seketika. Aku berkali-kali mengutuk ucapanku tadi. Aku sangat tahu tabiatnya. Selama hidupku, Sehun adalah orang yang paling nekad. Ia tak pernah main-main dengan ucapannya. Aku ingat saat kami kelas 3 SMA, ia pernah mencuri kunci motor guru paling killer disekolah. Yang tak pelak membuat guru berkepala plontos itu tertahan di sekolah dengan sumpah serapah yang meluncur mulus dari bibirnya.
"Sehun! Jangan berpikir untuk menculik Tzuyu! Bisa-bisa kau dicincang habis oleh Chanyeol!" gertakku.
Sementara ia hanya cekikikan tak jelas. Dasar! Setelah setahun yang lalu berkencan dengan janda kurang belaian kini ia jatuh cinta dengan seorang gadis yang baru menginjak bangku SMA. Aku terkadang heran, selera playboy cap kodok yang satu ini aneh juga.
"Hei-hei sudahlah." ia menyela tatapanku, "Aku tak mungkin menculiknya dengan cara seperti itu. Aku akan menculiknya dengan cara yang baik-baik!"
Aku menatapnya curiga.
"Ya, aku harap kau memegang ucapanmu." aku dapat melihat Sehun tersenyum. Mengiyakan dengan perkataanku, tetapi entah mengapa senyumannya kali ini begitu tulus. Membuat pikiran buruk tentangnya tadi lenyap entah kemana.
Akupun membalas senyumannya.
"Disini kau rupanya."
Senyumku memudar saat mendengar suara bariton yang tadi menghantam telingaku. Kami berdua sontak menoleh kearah yang sama.
"Ka-Kai oppa!?"
Aku membeku saat menatap mata obsidiannya. Tatapannya kali ini terasa dingin, tak ada kehangatan sama sekali. Astaga! Aku seperti tengah tertangkap basah berselingkuh didepan umum! Apa-apaan ini?
"Kau? Ah, aku ingat. Kau suami dari Krystal Jung bukan?" Sehun mulai memecahkan suasana yang terasa suram.
"Aku mantan suaminya." Kai menekan kata 'mantan' dalam kalimatnya yang sontak mendapat tatapan terkejut dari Sehun.
Sementara, aku terdiam saat merasakan hawa aneh yang menyeruak darinya. Entah mengapa otakku menerawang, pria didepanku tengah ...
Cemburu? Entahlah, aku tak mau menebak.
"Hyun Ji."
Aku terkesiap, "N-Ne?"
"Kenapa kau tak mengabariku? Kau membuatku khawatir." ucapnya, "Aku sampai bertanya kepada Chen dimana tempat-tempat yang biasa kau kunjungi." jelasnya.
Apa? Apa aku tak salah dengar? Dia khawatir denganku?
Ia menghela nafas berat, "Tapi syukurlah kau tak apa-apa."
Aku hanya terdiam seraya mencerna maksud dari kalimat yang keluar dari bibirnya. Hingga aku merasakan kedua pipiku mulai memanas.
"E-eh! Kai oppa!?" pekikku terkejut saat merasakan pergelangan tanganku yang ditarik paksa olehnya. Sehun sontak berdiri dan membalas menarik pergelanganku yang satunya.
"Hei-hei! Santai saja bung! Tenanglah! Aku tak akan menggigit gadis ini." gertak Sehun seraya menatap tajam Kai Oppa.
Aku mendelik kearah Sehun dan memasang mimik tak suka padanya. Sedangkan Sehun hanya membalas tatapanku dengan senyuman nakalnya. Shit!
"Kau." geram Kai.
Aku bergetar saat menatap manik Kai Oppa. Tak biasanya Kai Oppa terbawa emosi seperti ini.
"Oppa, aku mohon lepaskan." rengekku seraya memohon kepada nya untuk melepaskan cengkraman tangannya dariku.
Sontak Kai Oppa melepaskan cengkraman tangannya. Bahkan cengkraman Kai meninggalkan bekas kemerahan yang tercetak jelas dipergelangan tanganku. Dia seketika menatap ku dengan rasa bersalah yang tergambar dari air mukanya.
"Hyu-Hyun Ji. Mianhae."
Aku masih terdiam seraya menatap manik malamnya yang begitu dalam. Aku terenyuh saat hazel Kai yang menyiratkan rasa bersalah terhadapku. Hingga aku merasakan sebuah tangan besar kembali menyentuh pergelanganku.
Itu tangan Sehun.
"Hyun Ji. Ayo pergi." bisik Sehun.
Dan aku memilih untuk memenuhi ajakan Sehun. Tanpa mengalihkan pandanganku pada pria yang masih terpaku dibelakangku. Aku yakin, jika sesaat mataku bertemu dengan nya. Hatiku akan luluh untuk berlari, kembali kerengkuhan tubuh kekarnya sekarang.
Kini aku sudah berada di depan mobil sport berwarna hitam. Sehun mempersilahkan aku untuk masuk kedalam mobilnya. Aku hanya menurut tanpa memberi sepatah katapun.
Setelah memastikan aku sudah berada dimobil, Sehun segera masuk dan menghidupkan mesin mobilnya meninggalkan kafe tempat kami bertemu tadi. Tak ada hal berarti selama kami didalam mobil, Sehun hanya fokus pada setirnya dan aku menatap gedung pencakar langit diseberang jembatan gantung yang sedang kami lewati.
"Hyun Ji, jadilah pacarku." ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya padaku.
Aku terkesiap saat mendengar kata-kata Sehun tadi. Aku menoleh, menatap dalam hazel mata Sehun, "Apa? Apa katamu?"
"Sudah aku bilang." kini pandangan kami bertemu, Sehun memperlambat laju kendaraannya dan membalas tatapan mata yang sedari tadi aku layangkan padanya, "Jadilah pacarku."
TO BE CONTINUES
