Chapter 22
My feelings for you. It's never change.
"Kita jalani saja dulu."
"A-apa kau yakin?"
"Ya, aku yakin."
Hyun Ji menghela nafas berat, memikirkan tawaran Sehun. Perbincangannya kemarin malam masih berputar-putar didalam kepalanya. Membuat otaknya dua bahkan tiga kali berpikir lebih keras dari biasanya.
Hyun Ji terus mengotak-atik ponselnya, berusaha mencari kesibukan ditengah hari minggu yang tampak begitu cerah bersinar. Pihak hotel yang juga menyediakan fasilitas wifi semakin membuat Hyun Ji leluasa untuk mencari segala macam jenis hiburan di internet dan bermalas-malas diatas ranjang. Tetapi, untuk pertama kalinya. Ia begitu bosan.
Sehun sempat menawarkan Hyun Ji untuk menginap sementara di apartemen pribadinya. Tapi, ia menolak. Alasan? Entahlah, Hyun Ji hanya merasa tak enak setelah kejadian itu.
Hyun Ji membuang ponselnya sembarang diatas kasur yang ia tempati. Ia menatap nyalang lampu gantung yang berada tepat di hadapannya. Berkali-kali ia menarik nafas, menetralkan batinnya yang tengah berkecamuk.
"Semoga saja kau benar, Sehun."
×××
"Aku pulang." sapa Hyun Ji pada sang pemilik rumah. Tak ada sambutan berarti selain senyuman beberapa orang pelayan dan Bibi Seul yang tak sengaja melewati ruang depan.
Hyun Ji mendengus dalam hati. Ia teringat jika ini bukan rumahnya. Malu? Tentu saja. Mungkin ia akan dicap sebagai gadis caper dimata mereka. Tapi sudahlah. Itu tak penting.
"Ah, nona sudah pulang." sambut Bibi Seul seraya mendekat beberapa langkah kearah gadis bersurai hitam itu.
Hyun Ji tersenyum, "Iya, Bibi. Semalam ada urusan." sahutnya. Bibi Seul menganggukkan kepalanya tanda merespon ucapan Hyun Ji.
"Noona!" sebuah teriakan kecil menyerang gendang pendengaran Hyun Ji, membuat kedua wanita terpaut usia cukup jauh itu menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Jae Oh!" Hyun Ji segera berlutut dan merentangkan lebar kedua tangannya, menyambut pelukan yang dijatuhkan oleh anak laki-laki berparas imut itu.
"Akhirnya Noona pulang!" Jae Oh tertawa renyah, membuat Bibi Seul dan Hyun Ji tak dapat menahan untuk membuat lengkungan indah di bibir mereka.
"Jae Oh lindu sama Noona!" ungkap Jae Oh seraya memamerkan deretan gigi susunya. Membuat putra tunggal dari keluarga besar Kim itu berkali-kali lipat lebih imut dari biasanya. Astaga, Hyun Ji tak dapat menahan dirinya untuk tidak mencubit pipi bulat nan menggemaskan milik Jae Oh.
"Jae Oh sendirian? Dimana Appa?" tanya Hyun Ji seraya mengedarkan pandangannya sekeliling ruangan.
"Dia sudah pergi bekerja, nona." jawab Bibi Seul. Hyun Ji sontak menoleh kearah Bibi Seul dengan ekspresi sedikit kecewa.
"Oh, begitu. Terima kasih bibi." Hyun Ji menghela nafas. Ia segera bangkit dan mengelus puncak kepala Jae Oh, "Noona istirahat dulu ya. Nanti sore Noona ajak ke taman kota. Jae Oh maukan?"
Mendengar ajakan Hyun Ji, matanya berbinar-binar. Jae Oh mengangguk kegirangan.
"Janji ya, Noona!" ucap Jae Oh lalu mengangkat tinggi jari kelingkingnya pada Hyun Ji.
Hyun Ji tersenyum lembut dan membalas janjinya seraya melingkarkan jari kelingkingnya pada Jae Oh, "Noona janji!"
×××
"Bagaimana? Serukan?"
Jae Oh membalas pertanyaan Hyun Ji dengan anggukan pelan. Mulutnya tak dapat mengeluarkan sepatah kata karena tengah sibuk dengan benda manis dan lembut berwarna pink yang ada digenggamannya.
Hyun Ji hanya menggeleng pelan, memaklumi anak berumur hampir genap 4 tahun ini. Ia kembali memfokuskan langkahnya hingga kedua mata nya bertemu dengan sosok pria yang baru saja keluar dari mobil sport hitam pekat didepannya.
"Appa!" Jae Oh melepaskan genggamannya dari Hyun Ji, menghampiri sang ayah yang baru saja sampai didepan pekarangan rumahnya. Sementara, Hyun Ji hanya terpaku ditempatnya berdiri.
Hyun Ji mengembangkan senyuman saat menyaksikan kehangatan antara ayah dan anak yang tengah berlangsung didepannya. Baginya, momen ini begitu melelehkan seperti es krim yang terkena panasnya cahaya mentari.
Fokusnya tiba-tiba pecah saat matanya bertemu dengan mata elang pria itu. Pandangannya berbeda. Entah mengapa kali ini begitu menusuk? Seperti ada bara api yang menyala diantara kornea indahnya atau ini hanya perasaannya saja?
"Kau tak mau masuk kedalam?" tanya Kai yang tengah menggendong Jae Oh. Ia menarik sudut bibirnya saat melihat Hyun Ji yang tampak sedikit gugup.
"Ah, baiklah." ucap Hyun Ji singkat. Ia mengambil langkah pelan, seakan membiarkan Kai untuk mengambil langkah pertama.
×××
Hidangan khas makanan Korea tersaji diatas meja. Dengan aroma yang menggoda hidung. Membuat siapapun ingin mencicipi hidangan yang tersaji.
Masakan Bibi Seul memang yang terbaik, pikir Hyun Ji.
Bibir gadis itu tak henti-hentinya mengunyah potongan daging sapi panggang yang barusan ia potong. Atensinya hanya berfokus pada makanan sebelum suara berat itu memanggil namanya.
"Hyun Ji." panggil Kai.
Hyun Ji tergelak, bahkan ia sampai tersedak daging di kerongkongannya. Dengan cepat, tangannya mengambil gelas berisi air putih yang tak jauh dari piringnya dan meminumnya hingga habis.
Kai tertawa pelan, "Maaf kalau aku membuatmu tersedak."
Hyun Ji menggeleng pelan, "Tak apa, Oppa. Ada apa?"
"Kalung itu?" perhatian Kai berpindah kepada kalung cantik bermata cincin yang terpasang apik di leher jenjang Hyun Ji. Sontak Hyun Ji memegang mata kalung nya dan tersenyum kikuk.
"Ah ini?" ujarnya, "Ini pemberian pacarku." sambungnya.
"Pacar?" Kai mengernyit heran. Ia segera meletakkan alat makan digenggamannya dan menatap nyalang kalung yang Hyun Ji pakai.
"Siapa dia?"
Hyun Ji menelan saliva saat mendapatkan tatapan tajam dari Kai. Ia mengeratkan kepalan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih.
"Dia Oh Sehun. Pria yang kemarin Oppa temui di Cafe."
Kai terdiam. Rahang tegasnya tampak mengeras saat mendengar jawaban Hyun Ji. Tapi dengan secepat kilat ia merubah ekspresi nya kembali dingin.
"Oh, dia." sahutnya singkat. Pria itu kembali terdiam lalu melanjutkan sesi makannya yang sempat tertunda. Sementara, gadis didepannya menundukkan pandangan matanya. Tak mampu menahan rasa canggung yang kembali menyelimuti mereka.
"Kapan kalian jadian?"
Hyun Ji mendongak, "Sebenarnya kami sudah saling mengenal sejak masa SMA. Tapi baru kemarin kami resmi berhubungan." jawab Hyun Ji.
Kai terdiam lalu mulai mengembangkan senyuman, "Kalian tampak serasi." kata-kata yang meluncur dari bibir Kai membuat hati gadis itu perih. Seakan tersayat ribuan pisau tak kasat mata. Apa pria itu tak memiliki perasaan padanya barang setitik pun?
"Percayalah padaku Hyun Ji."
Perkataan Sehun kembali berputar didalam kepalanya. Hyun Ji kembali menguatkan tekadnya. Ia tak boleh kalah kali ini.
"Terima kasih, Oppa." jawab Hyun Ji seraya memasang senyum andalannya. Hebat! Aktingmu sangat bagus Hyun Ji. Kau berhasil membohongi perasaanmu sendiri.
Drrrrrttt ...
Hyun Ji mengalihkan pandangannya pada ponsel yang ia letakkan tak jauh darinya. Ia memasang mode getar agar tak mengganggu waktu makannya.
Tit ...
"Ya, sayang?" sapa Hyun Ji pada orang di ujung sana.
"..."
"Hm, malam ini?" Hyun Ji menautkan alisnya bingung.
"..."
"Baiklah, aku tunggu ya. Bye!" tutup Hyun Ji. Ia segera mematikan panggilannya dan kembali melahap makanan yang ada didepannya. Dan tanpa ia sadari, pria itu berkulit eksotis itu tengah menyeringai seraya menguatkan kepalannya pada sendok makan.
×××
Polesan make up tipis dan lipteen cherry andalan yang biasa Hyun Ji pakai telah teraplikasikan diatas kulit nya. Ia menyebik bibirnya, memperhatikan pantulan wajahnya diatas cermin riasnya yang berukuran sedang.
"Perfect!" pujinya.
Ia merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantarakan. Lalu Hyun Ji membiarkan rambutnya tergerai indah. Tak lupa, ia juga menambahkan aksesoris tambahan seperti penjepit rambut dengan pita kecil diatasnya. Ia bangkit dari kursinya dan mengambil tas selempengan yang terletak diatas tempat tidurnya.
Dengan baju lengan pendek berwarna putih yang menampakkan lengkuk leher jenjangnya serta celana hotpants. Ia melangkah pergi meninggalkan kamarnya.
Sedangkan diruang tamu, Kai tengah bersantai. Sesekali menyesap kopi hitam favorit nya yang telah tersaji diatas meja. Pandangannya tak lepas dari siaran televisi yang tengah menampilkan acara berbau khas laki-laki. Apalagi kalau bukan siaran langsung pertandingan sepak bola.
"Oppa." sapa Hyun Ji yang tengah berdiri memperhatikan Kai yang pandangannya fokus ke layar televisi.
Kai menoleh. Sesaat ia tersentak, memperhatikan penampilan Hyun Ji dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Begitu cantik, pikirnya. Jangan lupakan bibir pink yang begitu menggoda dirinya untuk dikecup. Astaga, apa yang ia pikirkan?
"Aku pergi dulu." ucap Hyun Ji seraya menyunggingkan senyuman lembutnya.
Kai mengangguk, "Hati-hati." sahutnya.
Setelah dirasa cukup, Hyun Ji segera melangkah kearah pintu utama. Meninggalkan Kai yang masih tertohok ditempatnya duduk sekarang. Pandangan matanya tak bisa lepas dari punggung gadis itu, ada perasaan aneh yang timbul saat Hyun Ji pergi meninggalkannya. Begitu juga saat Hyun Ji menerima panggilan tadi, otaknya mendidih saat mendengar kata 'sayang' meluncur halus dari bibir Hyun Ji.
Ia benci ini.
Hyun Ji tersenyum sumringah saat mendapati mobil Sehun telah terparkir di depan pekarangan apartemen Kai, "Sehun!" pekiknya lalu berlari kecil ke arah pria berparas tampan itu.
Sehun yang tengah berada di kursi kemudi membalas senyuman Hyun Ji lalu membuka pintu dengan menekan tombol otomatis.
"Ayo." ajak Sehun.
×××
"Ayo, dimakan." ucap Sehun seraya menyendoki Hyun Ji dengan 1 sendok penuh es krim rasa vanila.
"Dibuka mulutnya. Aaa ..."
Hyun Ji dengan senang hati menerimanya, walau berakibat bibirnya berlepotan dengan lelehan es krim.
"Sehun! Pelan-pelan!" gerutu Hyun Ji saat berusaha membersihkan lelehan es krim yang turun dari bibirnya.
Sehun tertawa melihat ekspresi cemberut Hyun Ji yang menurutnya sangat amat lucu. Tak tahan, tangan besarnya segera mencubit pipi mulus Hyun Ji.
"Akh! Sakit bodoh!" pekik Hyun Ji. Sehun kembali tertawa hingga matanya menyempit seperti bulan sabit. Hyun Ji menggerutu pelan.
"Dasar chadel!" oloknya.
"Gini-gini juga banyak yang naksir. Nah kamu? Apa kabar?"
Jleb! Hati Hyun Ji tertohok saat mendengar perkataan Sehun.
"Ugh! Lupakan!" rutuknya.
Hyun Ji merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia selalu saja kalah beradu mulut dengan manusia tiang berkulit pucat ini? Dan lagipula kenapa lidah pria ini bisa setajam silet sih? Pikirnya.
"Sehun ..." panggilnya pelan, "Apa kau yakin ini akan berhasil?" bisik Hyun Ji.
"Sudah seminggu kita seperti ini. Tapi tak ada yang berubah." lirih Hyun Ji.
"Maksudmu? Kau meragukanku?" Sehun menoleh kepada Hyun Ji dengan tatapan menyelidik.
"Dengar Hyun Ji." Sehun menghela nafas, "Kalau dia benar-benar menyukai mu. Pasti dia akan memata-matai kita. Dimanapun kita berada."
"Kenapa kau begitu yakin?" Hyun Ji heran.
"Karena itulah yang kurasakan saat aku baru menyadari perasaanku pada Tzuyu." Hyun Ji terdiam.
"Eh!?" Hyun Ji terkejut saat merasakan tangan kekar Sehun yang menarik lekuk pinggangnya, membuat tubuh mereka saling bertubrukan.
"Dan itu tak akan berhasil kalau kita belum benar-benar melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih."
"Mak-maksudmu?"
Sehun tersenyum, "Cium aku."
TO BE CONTINUES
